Faktanya, ada orang yang suka membaca buku. Ada pula
yang gemar menulis buku. Bahkan ada orang yang pandai menyimpan buku tanpa
pernah membacanya. Ada pula orang yang mendekati atau menjauhi buku. Tapi satu
hal yang sulit dibantah. Bahwa buku dapat membantu seseorang mengubah masa
depan. Di samping dapat menambah kecerdasan akal dan pikiran siapa pun.
Buku pun bisa jadi peringatan. Karena apa yang
terjadi pada manusia, sudah diprediksi di dalam buku. Tapi sayang, hanya
sedikit orang mengambil hikmah dan pelajaran dari buku. Lembar dwmi lembar
kehidupan manusia pun secara teori sudah tercantum dalam buku. Tapi sedikit
saja yang membacanya.
Buku dan manusia bak sekeping mata uang. Buku
ditulis oleh manusia. Manusia pun belajar banyak dari buku. Jadi, manusia itu
memang seperti buku. Karena siapa pun bisa menulis cerita untuk sebuah buku.
Satu halaman cerita suka, satu halaman cerita duka. Seperti manusia, lembar
demi lembar pada sebuah buku pasti punya cerita sendiri.
Ada buku tebal ada buku tipis. Ada manusia bijak ada
manusia baper. Ada buku bagus ada buku jelek. Ada manusia bermanfaat ada
manusia tidak berguna. Ada buku yang menarik untuk dibaca. Tapi tidak sedikit
buku yang tidak enak dibaca apalagi dinikmati. Semua sah-sah saja. Seperti
manusia pun begitu. Bebas-bebas aja, tinggal bagaimana cara menyikapinya?
Tapi satu yang pasti di buku, apapun yang sudah
ditulis. Tidak akan pernah bisa di-edit lagi. Begitu lula manusia, apapun
perjalanan hidup yang telah dilewati pun tidak akan bisa dipanggil lagi. Masa
lalu tidak akan bisa diputar ulang kembali. Maka berhati-hatilah; jangan lengah
terhadap waktu. Karena tiap lembar halaman kehidupan. Akan baik atau buruk,
tergantung apa yang akan dituliskannya. Tergantung orangnya dan cerita apa yang
akan disajikan?
Buku memang seperti manusia. Siapapun dan apapun
dia. Semua orang berhak menuliskannya, berhak pula mengabaikannya. Siapa pun
boleh nhomong begini dan begitu. Mau seperti ini dan seperti itu. Silakan dan
buatlah cerita sesuka hati. Asal tahu batas-batasnya. Hingga nanti tiba di
halaman terakhir, hingga selesai semuanya. Lalu bertanya dalam hati, “apakah
kita sudah menjadi pribadi yang pantas di hadapan-Nya?”
Lalu, kata banyak orang dan data UNESCO, Indonesia
dianggap rendah minat baca terhadap buku. Ada di peringkat kedua dari bawah
soal literasi dunia. Minat baca buku orang Indonesia dinaggap memprihatinkan.
Hanya 1 dari 1.000 orang yang rajin membaca buku. Tentu data itu tidak salah
tapi tidak sepenuhnya benar. Karena persoalannya bukan pada minat membaca. Tapi
lebih kepada ketersediaan akses membaca buku yang minim. Tidak banyak tempat
yang mampu menyediakan tempat membaca buku di nusantara ini.
Maka atas dasar itulah, Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor terua berjuang untuk
menyediakan akses bacaan kepada anak-anak kampung dan masyarakat. Tidak kurang
250 pengguna layanan setiap minggunya ada di taman bacaan ini. Aktivitasnya pun
bertahan, mulai dari taman bacaan, berantas buta aksara, kelas prasekolah,
koperasi, anak yatim binaan, jompo binaan, anak difabel, rajin menabung, donasi
buku, literasi digital, literasi finansial, dan literasi adab. Semua yang
dilakukan TBM Lentera Pustaka adalah mendekatkan buku dengan anak-anak, dengan
masyarakat. Agar terbiasa melihat dan bergaul dengan buku. Sesederhana itulah
taman bacaan.
Maka buku dan manusia, memang begitu dekat. Karena
buku persis seperti “buku cerita” perjalanan hidup manusia. Cover depannya bak
tanggal kelahiran. Cover belakangnya ibarat tanggal kematian. Dari buku,
manusia bisa belajar. Dari mana dan mau ke mana dia pergi? Seberapa manfaat
dirinya untuk orang lain? Bukan seberapa kaya atau sukses dalam hidup.
Dari buku, siapa pun bisa belajar. Berusahalah untuk
tidak menjadi manusia yang berhasil. Tapi berusahalah menjadi manusia yang
berguna. Kapan pun dan di mana pun.
Dan ketahuilah, buku seburuk dan sejelek apapun
halaman sebelumnya. Selalu tersedia berikutnya, halaman yang baru, halaman yang
bersih. Untuk bisa dituliskan sesuatu yang lebih baik lagi. Selalu ada cerita
dan waktu baru yang bisa dipakai untuk yang lebih bermanfaat di hadapan-Nya,
bukan di hadapan manusia. Salam literasi.