Presiden Jokowi bersama sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju saat meninjau lokasi rencana ibu kota baru di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kaltim. Foto: Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden |
Lantas, apakah IKN di Kalimantan Timur bebas dari
ancaman banjir dan bencana
lainnya? Berikut ini rangkuman selengkapnya mengenai hal tersebut:
Jakarta Mau
Tenggelam Jadi Salah Satu Alasan Jokowi Pindahkan Ibu Kota
Berdasarkan Buku Saku Pemindahan Ibu Kota Negara,
salah satu urgensi yang menyebabkan ibu kota harus dipindah adalah Jakarta yang
terancam tenggelam, banjir, gempa bumi, dan tanah turun di Jakarta.
Tanah turun di Jakarta mencapai 35 sampai 50 cm
selama kurun waktu tahun 2007 sampai 2017. Sementara itu, sekitar 50 persen
wilayah Jakarta disebut memiliki tingkat keamanan banjir di bawah 10 tahunan.
Padahal idealnya kota besar minimum tingkat keamanan banjir minimum 50 tahunan.
Selanjutnya wilayah Jakarta terancam oleh aktivitas
Gunung Api yaitu Krakatau dan Gunung Gede, ada potensi gempa bumi-tsunami
megathrust selatan, Jawa Barat dan Selat Sunda. Selain itu, ada ancaman gempa
darat sesar baribis, sesar lembang, dan sesar cimandiri.
Urgensi kedua adalah penurunan daya dukung
lingkungan Jakarta. Selanjutnya pertumbuhan urbanisasi di Jakarta sangat tinggi
yang berimbas pada kemacetan tinggi dan kualitas udara tidak sehat.
Selain itu, ada urgensi lain pemindahan IKN yaitu
sekitar 57 persen penduduk Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa, kontribusi
ekonomi Pulau Jawa 58,48 persen terhadap PDB nasional, krisis ketersediaan air
di Pulau Jawa terutama DKI Jakarta dan Jawa Timur, dan konvensi lahan terbesar
terjadi di Pulau Jawa.
Akankah IKN
Nusantara Bebas Gempa, Banjir, hingga Tsunami?
Badan Geologi Kementerian ESDM dan beberapa pihak
lain telah melakukan kajian dan hasilnya sudah disampaikan pada Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Menurut hasil kajian Badan
Geologi, ibu kota baru relatif aman dari ancaman gempa. Tapi bukan berarti
benar-benar bebas dari ancaman gempa.
Desain Istana Kepresidenan karya Nyoman Nuarta di ibu kota baru. Foto: Dok. Nyoman Nuarta |
"Secara umum hasil kajian kami, sudah kami
sampaikan ke Bappenas, beberapa survei sudah dilakukan detail namun ada
beberapa yang perlu penelitian lebih lanjut. Stabilitas tanahnya, juga dari
sisi air tanah, ini sudah dilakukan kajian. Juga potensi kebencanaan. Daerah Kalimantan
relatif stabil dari record seismik. Namun kami mencatat ada juga beberapa
patahan di sana. Ini perlu dilihat lagi apakah beberapa patahan di sana
berpotensi mengganggu," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko
Budi Lelono dalam konferensi pers capaian kinerja dan rencana kerja 2022,
dikutip dari akun youtube Badan Geologi pada Minggu (23/1).
Gempa bumi tetap bisa terjadi di Kalimantan karena
adanya sesar-sesar di sana, seperti Sesar Sangkulirang, Sesar Maratua, dan
Sesar Mangkalihat.
Ancaman
Kebakaran
Ancaman bencana lain yang dikaji oleh Badan Geologi
adalah kebakaran akibat tersingkapnya cadangan batu bara di dalam tanah.
Wilayah Kalimantan Timur memang punya banyak sumber daya alam, salah satunya
batu bara.
Badan Geologi memetakan lokasi batu bara yang mudah
tersingkap untuk menghindari bahaya tersebut. Diharapkan nantinya tata kota IKN
Nusantara memperhatikan hal itu.
Ancaman Banjir
Berdasarkan catatan kumparan, pada 3 Januari 2020
lalu Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengungkapkan bahwa pihaknya telah
menghitung keamanan ibu kota baru dari bencana banjir.
Basuki menambahkan, lokasi ibu kota baru jauh dari
ancaman bencana. Hanya saja ia menegaskan, jika ada alam yang tidak diatur
secara benar maka tentu saja akan berpotensi banjir.
"Dari sejarah hidrologinya enggak ada.
Bencananya juga minim. Tapi kalau berubah environment nya bisa banjir,"
ungkapnya.
Ancaman Tsunami
Hasil studi sementara dari para peneliti Institut
Teknologi Bandung (ITB) yang bekerja sama dengan BMKG, BNPB, PUPR, yang
berkolaborasi dengan peneliti dari Inggris, mengungkap adanya potensi terdampak
gempa hingga ancaman tsunami di ibu kota baru di Kalimantan Timur.
Guru Besar bidang Seismologi di Institut Teknologi
Bandung (ITB), Sri Widiyantoro mengatakan, kendati Kalimantan relatif aman dari
bencana jika dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Indonesia, namun bukan
berarti ia terbebas dari bencana.
Menurut Widiyantoro, tsunami di Kalimantan Timur bisa terjadi jika terjadi tanah longsor bawah laut, atau gempa tektonik di Selat Makassar yang berada antara pulau Kalimantan dan Sulawesi. Wilayah itu, merupakan rumah bagi lebih dari 1,6 juta orang dan calon ibu kota di Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara yang berdekatan dengan Teluk Balikpapan.
Meski punya potensi, namun Widiyantoro tak
menjelaskan seberapa meter, tinggi tsunami akan melanda kawasan tersebut.
Begitu juga soal potensi tsunami apakah besar, sedang, ringan atau kecil.
***
Sumber: kumparan.com