Nama kota Worms di Jerman menjadi nama yang dikenal
dunia, karena di sinilah Martin Luther "diadili" otoritas gereja dan
kekaisaran atas tesis-tesisnya yang memojokkan Gereja Katolik dan pimpinannya,
Paus Leo X.
Luther adalah "tokoh perintis" dan
pembaharu, kata pendeta perempuan Jutta Herbert, 58 tahun. Dia adalah dekan
gereja Protestan Jerman
di wilayah barat daya kota Worms.
Pengadilan tesis Martin Luther 500 tahun lalu itu
kemudian dikenal sebagai "Sidang
Worms" dalam sejarah gereja.
Di sinilah teolog Katolik itu mengucapkan kalimat
yang paling sering dikutip di Jerman: "Di sini saya berdiri, dan saya
tidak bisa (bersikap) lain".
Martin Luther menolak menarik kembali
kritik-kritiknya terhadap gereja Katolik, yang tertuang dalam 95 tesisnya yang
disebar kepada publik.
Pertikaian itu membuat dia berhadapan dengan Kaisar
Jerman dan Gereja Katolik yang ketika itu sangat berkuasa.
Beberapa bulan setelah Sidang Worms, Martin Luther
dikucilkan dari Gereja Katolik, dan di kemudian hari melahirkan sebuah
"gereja reformasi" yang disebut Gereja Protestan.
Pembelaan dramatis atas 95 tesis Sidang Worms (Diet
of Worms) berawal dari peristiwa di kota Wittenberg, sekitar 500 kilometer di
timur laut Worms.
Di sanalah Martin Luther memperkenalkan 95 tesisnya
yang terkenal kepada publik, dengan memancangkan tulisannya di pintu gerbang
katedral utama.
Karena dia berulangkali menolak merevisi
pandangannya, Luther dipanggil menghadap ke sidang kekaisaran di kota Worms.
Dalam sidang inilah Martin Luther bersikeras
mempertahankan tesis-tesisnya, sekaligus menyerang praktek penjualan surat
penghapus dosa yang ketika itu diperdagangkan Gereja Katolik untuk mengumpulkan
dana.
Siapa yang membeli surat itu, bisa menghapus
dosa-dosanya, begitu doktrin yang melatarbelakangi jual-beli surat itu, yang
dikritik keras oleh Luther.
Persidangan dramatis di Worms kemudian disebut-sebut
sebagai awal kebangkitan gerakan protes yang kemudian melahirkan gereja baru,
yaitu Gereja Protestan.
Tidak heran kalau kota Worms terutama menjadi kota
tujuan wisata utama bagi kelompok-kelompok gereja Protestan dari seluruh dunia.
Lihat Juga:
Integritas Seorang Pemimpin Katolik Harus Berawal Dari Keluarga
Filosofi Semut Dalam Dunia Kerja
Dulu Tak Bayar Sekolah, Pria Ini Sukses Jadi CEO
Pada 18 April lalu di kota Worms digelar peringatan
500 tahun persidangan Martin Luther dengan acara multimedia "The Luther
Moment," yang memproyeksikan peristiwa dramatis lima abad lalu itu ke
dinding gereja.
Slogan yang
dipertanyakan para ahli sejarah
Apakah dalam Sidang Worms Martin Luther benar-benar
mengeluarkan kata-kata "Di sini aku berdiri.." yang menjadi sangat
terkenal itu, masih dipertanyakan para ahli sejarah.
Karena dalam protokol dari Sidang Worms tidak
tercatat ada kata-kata itu. Yang dicatat adalah seruan Martin Luther ke langit:
"Tuhan tolonglah saya.." Yang pasti, dari Sidang Worms terjadilah
perpecahan besar antara Gereja Katolik dan Protestan, yang berlangsung hingga
saat ini, sekalipun sekarang kedua gereja tidak terlibat pertikaian.
Bahkan sejak lama ada Gerakan Ekumene yang bertujuan
menjembatani dua cabang utama gereja kristen ini.
Di kota Worms sendiri, dengan jumlah penduduk
sekitar 85 ribu orang, 28,3% beragama Protestan dan 23,4% beragama Katolik.
Jutta Herbert menekankan, kota Worms memang dikenal
sebagai kota Martin Luther, tetapi bukan kotanya kaum Protestan, melainkan kota
Protestan dan Katolik sekaligus. (hp/gtp)