“Kita belum dapat
laporan soal serangan fajar atau temuan itu bahkan pengawas kami sendiri pun
belum dapat temuan,” jawab Ketua Bawaslu NTT, Nonato Da Purificacao Sarmento,
Sabtu 10 Februari 2024.
Nonato diwawancarai
usai apel siaga pengawasan masa tenang di Auditorium Universitas Nusa Cendana
(Undana), Sabtu 10 Februari 2024.
Ia menyatakan pengawas
di lapangan pun dilatih untuk mencegah adanya tindakan seperti itu termasuk di
kalangan keluarga mereka masing-masing.
“Kita mengimbau warga
untuk melapor. Kita tidak bekerja sendiri jadi dalam bimbingan teknis itu kita
sudah sampaikan kepada pengawas kami,” tukas Nonato.
Serangan fajar adalah
istilah lain untuk money politics yaitu berupa pemberian uang,
barang, jasa atau materi lainnya saat kampanye atau saat masa tenang jelang
pemilu.
“Kerja kita tidak bisa
sendirian maka harus dengan jejaring, minimal dengan keluarga untuk benar-benar
jauh dari praktek politik uang dan membantu menginformasikan soal itu,” jelas
dia lagi.
Nonato memastikan
laporan yang disampaikan oleh masyarakat akan diproses dan ditindak bila ada
pelanggaran.
“Ini bukan sekedar kerja kami. Ada warga
masyarakat yang bisa menyampaikan soal proses pelanggaran yang mungkin terjadi
yaitu kepada kami Bawaslu,” tukas dia.
Memang budaya
masyarakat NTT masih permisif, kata Nonato, sehingga cenderung tidak
mengungkapkan kepada petugas atau Bawaslu mengenai praktik ini.
“Masyarakat harus berani melapor meskipun di
lain sisi budaya kita ini kan budaya permisif tapi masyarakat harus
berpendirian dan punya keberanian,” tukasnya.
“Jika ingin pemilu kita
ini damai, bermartabat, berintegritas, hasilnya tanpa adanya kecurangan, begitu
ada indikasi pelanggaran sampaikan pada Bawaslu,” sambung Nonato. *** katongntt.com