Untuk itu diperlukan
sebuah inovasi yang
dapat dikembangkan untuk mendukung hal tersebut, yaitu pembangunan screen house
pertanian.
Sebagai informasi,
screen house merupakan bangunan yang menerapkan konsep murah dan mudah dalam
pengaplikasian media tanam.
Budidaya dalam
screenhouse menjadi satu langkah jitu dalam menanggulangi serangan hama dan
tentunya kita juga dapat melakukan penanaman baik musim hujan maupun
kering.
Kepala Badan Penyuluhan
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian atau BPPSDMP, Dedi Nursyamsi di
setiap kesempatan mengatakan produktivitas pertanian harus terus ditingkatkan
oleh seluruh insan pertanian.
“Tugas utama SDM kita
dari semua lini adalah terus menggenjot produktivitas pertanian untuk mendukung
food security. Melalui smart farming bisa menjadi salah satu solusinya”, ungkap
Dedi dalam Rilis BPPSDMP - 15 Februari 2024 (HUMAS/106)
Seperti yang dilakukan
salah satu alumni Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK -PP)
Negeri Kupang dan Politeknik Pembangunan Pertanian Negeri (Polbangtan) Malang,
Arlot Sanam yang tergabung dalam kelompok Tani Taruna Tani One Heart.
Alumni yang juga
merupakan duta petani milenial ini mencoba menerapkan screen house
pertama di Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk peningkatan efektivitas produksi
pertanian terutama komoditi cabai merah dan bawang.
Komoditas tersebut
dipilih karena cabai merah dan bawang menjadi komoditi yang sangat diminati dan
harga jualnya pun tinggi khusunya di NTT.
Bantuan screen house,
kultivator dan bibit ini ia dapatkan melalui program yang diadakan oleh
Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura, Kementerian Pertanian.
Dibangun di lahan
seluas 300 meter persegi, screen house ini dapat memuat 1000 tray soil block
dimana 1 tray tersebut berisi 50 bibit cabai atau bawang.
Setelah screen house
selesai dibangun pada November 2023, ia dan rekan dalam kelompok tani lainnya
mulai mengembangkan usaha tersebut. Untuk tahun pertama target yang ia harus
lakukan adalah membagikan 1 juta bibit cabai dan bawang kepada petani di NTT
secara gratis.
Tujuannya yaitu agar
para petani yang
mendapatkan bibit gratis dapat merawat hingga bibit tersebut tumbuh subur.
Selanjutnya barulah ai dan rekan di kelompok tani dapat mulai menjalankan
bisnis yang berorientasi pada keuntungan.
Dalam menghasilkan
bibit yang baik, ia mensiasati campuran tanah yang digunakan untuk menanam
bibit-bibit tersebut terdiri dari pupuk kandang
limbah jamur, pupuk fosfat, kapur dolomit. Ia mengatakan juga untuk
menghasilkan media tanam yang baik ia mengikuti beberapa pelatihan.
“Kami sangat mendukung
untuk perkembangan smart farming yang ada di lahan kami, kedepannya kami ingin
mengembangkan timer irigasi otomatis agar memudahkan kita dalam sistem
pengairan dalam screen house,” jelas Arlot. *** POSKUPANG.COM