KECANTIKAN DAN KETAMPANAN: CERMIN VS KAMERA
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1488908/original/050160400_1485509838-cermin.jpg)
Kenapa sih kita kelihatan lebih cantik atau tampan di cermin daripada di kamera? Berikut penjelasan ilmiahnya.
Mengapa terlihat lebih baik saat bercermin?
Sebenarnya jawabannya sangatlah sederhana: Familiaritas. Ya, disadari atau tidak, kita lebih banyak melihat wajah kita melalui cermin dibandingkan melalui kamera dan karena hal inilah kita telah terbiasa dengan wajah kita. Seperti yang disampaikan oleh Pamela Rutledge, direktur Media Psychology Center, “Kita melihat diri kita sendiri di cermin sepanjang waktu ‒ketika menyikat gigi, bercukur, merias wajah‒ Melihat diri sendiri di cermin melahirkan sebuah kesan yang kuat. Sebuah familiaritas. Dan rasa familiaritas melahirkan rasa suka.”
Dalam ilmu psikologi, fenomena di atas disebut juga dengan istilah mere-exposure effect theory atau teori efek paparan belaka. Teori efek paparan belaka menggambarkan fenomena sederhana tentang pengaruh stimulus berulang kali (baik itu penglihatan maupun pendengaran) yang membuat kita terbiasa dan lebih suka terhadap hal-hal yang familiar. Contohnya saat kita bercermin. Kita lebih sering melihat dan familiar dengan citra wajah kita di cermin dibandingkan dengan hasil foto sehingga berdasarkan teori efek mere-exposure kita lebih suka dengan citra wajah kita yang ada di cermin dibandingkan dengan hasil foto.
Cermin tidak berbohong, tapi mereka membalikkan fakta
Meskipun Anda lebih familiar dengan refleksi wajah Anda di cermin, namun sadarkah bahwa citra yang Anda lihat pada cermin adalah “bukan anda yang sesungguhnya”. Apa yang terlihat pada cermin adalah versi mirrored-nya atau versi terbalik citra Anda. Dengan kata lain, apa yang Anda lihat di cermin selama ini tidaklah sama dengan cara dunia melihat Anda. Cermin membalikkan citra Anda, sedangkan dunia melihat Anda apa adanya.
Cermin vs Kamera: Mana yang lebih akurat?
Jadi, jika apa yang Anda lihat pada cermin selama ini bukanlah anda yang sebenarnya, maka apakah apa yang Anda lihat pada hasil foto kamera adalah Anda yang sesungguhnya? Jawabannya adalah tidak sepenuhnya benar. Foto yang Anda lihat adalah hasil dari tangkapan kamera yang telah melewati berbagai tahap yang dapat mengubah citra foto. Meskipun sensor kamera dapat menangkap photon sama seperti mata manusia, namun perlu diingat bahwa kamera hanya menangkap gambar 2D, bukan 3D.
Lensa kamera yang berbeda juga dapat mengubah citra foto yang dihasilkan. Sebagai contoh, Perry, seorang fotografer profesional mengungkapkan bahwa jika seseorang ingin terlihat langsing, maka ia akan memilih lensa yang lebih panjang karena lensa pendek akan membuat sebuah objek lebih lebar dari aslinya. Dalam hal ini terjadilah distorsi oleh kamera.
Namun begitu, setidaknya kamera memperlihatkan gambaran Anda seperti apa yang orang lain lihat pada Anda. Ketika bercermin Anda terbiasa fokus pada bagian tertentu dari refleksi Anda dan tidak melihat refleksi Anda secara keseluruhan. Di sisi lain, saat melihat foto, bisa dipastikan Anda melihat tampilan Anda secara menyeluruh. Anda mulai melihat dan memperhatikan penampilan Anda dari perspektif yang lain yang sebelumnya tidak Anda perhatikan secara detail seperti: postur tubuh yang terlihat asing, posisi tangan yang canggung, atau gaya berpakaian Anda secara keseluruhan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa foto lebih akurat dan objektif merepresentasikan gambaran Anda dibandingkan dengan refleksi cermin. Apa yang terlihat pada foto adalah apa yang orang lain lihat pada kita. Meskipun hasil foto kadang tidak selalu terlihat bagus, faktanya sebuah studi mengungkapkan bahwa orang lain pada umumnya lebih suka melihat Anda di dunia nyata, dibandingkan dengan Anda di dalam foto. Dan jika Anda masih merasa foto-foto Anda terlihat aneh, solusinya sangat sederhana: perbanyaklah tersenyum di depan kamera. So go forth and take some selfies!
Sumber: