Christiano Erwiansyah (kiri) siswa kelas XII SMAK St. Ignatius bersama guru pendamping, Alfonsa Rahmayati Safrudin. Senin 22 Januari 2024. |
Olimpiade tersebut
merupakan kompetisi nasional tahunan
untuk pelajar bahasa Jerman berusia 15-17 tahun. Ajang ini digelar oleh
Goethe-Institut Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Guru Bahasa Jerman
Indonesia.
Erwin, begitu akrab
disapa, sebelumnya berhasil peringkat I di olimpiade Regionale Deutsch
Olimpiade (RDO) tingkat Manggarai Raya, Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat,
dan Manggarai Timur, dan perangkat II tingkat Provinsi NTT.
Atas prestasi itu, ia
terpilih mewakili NTT dalam olimpiade yang digelar pada 16 Januari di
Goethe-Institut Jakarta. Erwin berhasil meraih peringkat ke 22 setelah
berkompetisi dengan 66 pelajar dari 55 SMA/SMK/MA dari 27 provinsi.
Erwin mengaku
tidak menyangka di usianya yang terbilang masih muda sudah bisa mewakili
sekolah dan provinsi dalam olimpiade bahasa asing tingkat nasional. Ia mengaku
bangga dengan capaian yang diraih.
"Perisapan sangat
panjang, saya harus mengikuti seleksi di tingkat kabupaten dan provinsi. Puji
Tuhan walaupun hanya berada di peringkat ke 22 saya bangga dengan capaian saya.
Ini merupakan tahap awal untuk terus mengembangkan skill bahasa Jerman saya,
agar bisa lebih baik," ujarnya, ditemui Pos Kupang, Senin 22 Januari 2024.
Erwin sendiri mengaku
tertarik dengan bahasa Jerman saat duduk di bangku kelas X SMAK Loyola. Karena
mengambil jurusan IPA di kelas XII, ia tidak lagi mendapatkan pelajaran bahasa
Jerman. Meski begitu bahasa Jerman tetap dia tekuni dengan belajar secara
otodidak.
Ia makin bersemangat
belajar bahasa Jerman saat
mengetahui ada program Ausbildung yang merupakan program pertukaran budaya ke
Jerman. Agar bisa mengikuti program itu, salah satu persyaratannya harus mampu
berbahasa Jerman.
"Saya tertarik
mengikuti program itu, syaratnya harus bisa bahasa Jerman, makanya mulai kelas
XII saya mulai fokus belajar bahasa Jerman. Puji Tuhan saya dipilih menjadi
peserta olimpiade mewakili sekolah," ungkapnya.
Menurut dia, belajar
bahasa Jerman lebih sulit ketimbang bahasa Inggris. Kendati demikian ia akan
terus berusaha mengembangkan skill dengan belajar memperbanyak kosakata, latih
berbicara dan menulis dalam bahasa Jerman.
"Dari segi tata
bahasa, bahasa Jerman lebih sulit dan kompleks dibandingkan bahasa Inggris. Ini
tentu menjadi tantangan tersendiri bagi saya," ucap remaja yang punya
cita-cita bisa kuliah di Jerman itu.
Kepala SMAK Loyola
Pater Agustinus Susanto Naba, SVD, mengaku bangga atas prestasi yang
ditoreh Erwin, membawa nama SMAK Loyola mewakili kabupaten dan
provinsi dalam olimpiade tingkat nasional.
Ia juga mengapresiasi
kinerja guru bahasa Jerman, Alfonsa Rahmayati
Safrudin, yang merupakan guru pendamping Erwin.
"Para peserta
didik yang sekarang duduk dibangku kelas X
dan XI, harus disiapkan dengan baik agar ketika nanti mewakili sekolah SMAK
Loyola boleh juga meraih prestasi yang sama seperti yang sudah dibuat oleh
Erwin," tandasnya. *** flores.tribunnews.com