Cerita Alven Bocah Penyadap Nira di Sikka NTT, Tiap Hari Panjat 13 Pohon Lontar

Cerita Alven Bocah Penyadap Nira di Sikka NTT, Tiap Hari Panjat 13 Pohon Lontar

Alven (10), penyadap nira lontar di Iligetang, Kelurahan Beru, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka. 



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk Numbei)Meski masih anak-anak, Alven sudah bekerja layaknya orang dewasa. Bocah berusia 10 tahun ini setiap hari memanjat pohon lontar untuk menyadap nira.

Aktivitas itu Alven lakukan setelah pulang sekolah, untuk membantu kakek dan neneknya. Ayah dan ibu Alven merantau di Papua.

Alven bersama tiga adiknya tinggal bersama kakek dan neneknya di Iligetang, Kelurahan Beru, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ketika POS-KUPANG.COM menemui Alven pada Minggu 17 April 2022.  Dia duduk bersilah, beristirahat setelah memanjat pohon lontar. Sebilah pisau bersarung terselip dipinggangnya.

Keringat mengucur tubuhnya. Sesekali dia menghela napas, kemudian menghembusnya perlahan.

Alven mengaku tidak takut memanjat pohon lontar. Dia justru mendapat kebahagiaan. "Rasanya kalau di atas pohon itu macam di atas rumah tingkat, senang sekali," ucapnya.

Alven menuturkan, memanjat pohon lontar merupakan kemauannya, sudah selama dua tahun. Tujuannya, membantu kakek dan neneknya. Pekerjaan itu dilakukannya dengan senang.

"Sudah dua tahun, saat SD kelas 2 saya sudah panjat pohon, 1 hari hampir 13 pohon," sebutnya.

Setelah memanjat pohon lontar, Alven mengatakan, sering mengalami capek dan sakit badan. Rasa capek dan sakit hilang saat dia sudah berada kembali berada di atas pohon lontar.

Alven bercita-cita menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Nenek Alven, Katarina menuturkan, cucunya sekolah di SDK Delang. Menurutnya, Alven sudah terbiasa memanjat pohon lontar. "Dia sudah biasa panjat pohon lontar," ujarnya.

Nira lontar yang disadap Alven, kemudian dimasak dan disuling menjadi moke, arak local.

Menurut nenek Katarina, Alven juga sering membantu menjual moke.

Kakek Alven, Yakobus senang karena Alven sudah bisa membantu mereka, memanjat pohon lontar. "Ia biasa bantu saya, anaknya sangat kuat," ujar Yakobus.

Dia berharap cucunya itu bisa sukses pada masa yang akan datang. "Saya harap dia bisa sukses, di masa yang akan datang. Dia rajin, bantu kami iris moke dan jual moke," katanya.

Yakobus sekeluarga sudah menekuni pekerjaan sebagai penyadap nira lontar, kemudian disuling menjadi moke selama 22 tahun.

Meski keuntungan dari usaha moke yang diperoleh tidak besar, Yakobus mampu menyekolahkan beberapa anaknya.

"Untuk penghasilan tidak seberapa, hanya beberapa orang anak sudah kami sekolahkan dari usaha moke ini," ujarnya.

Yakobus juga menjelaskan mereka akan tetap menekuni usaha moke. "Kami akan terus menekuni pekerjaan ini. Untul cari hidup, mau tidak mau harus mau," tandas Yakobus. (cr1)


***
Artikel ini telah tayang di Pos-Kupang.com dengan judul Kisah Alven Bocah Penyadap Nira di Sikka NTT, Tiap Hari Panjat 13 Pohon Lontar, https://kupang.tribunnews.com/2022/04/17/kisah-alven-bocah-penyadap-nira-di-sikka-ntt-tiap-hari-panjat-13-pohon-lontar?page=2.

.


 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama