Dalam sebuah pernyataan
klarifikasi, Paroki St Fransiskus Asisi Lamahora menyebutkan bahwa konteks Misa
itu adalah perayaan pengukuhan pengurus OMK dan “tidak ada niat sedikitpun,
baik dari pastor yang memimpin Misa maupun OMK untuk mencederai Tata Perayaan
Ekaristi, apalagi berniat menciptakan liturgi yang baru.”
“Kami meminta maaf
kepada pihak-pihak yang merasa terganggu, tersakiti atau dirugikan akibat
lagu-lagu yang dinyanyikan Misa tersebut,” kata mereka.
Pastor Paroki, Pater
Asterius Jangu Ate, CSsR, menandatangani pernyataan itu, selain ketua dewan
paroki, ketua OMK dan pastor moderator mereka.
Dalam video yang
menjadi viral di media sosial selama pekan lalu itu, koor selama Misa itu
menyanyikan lagu-lagu pop sebagai pengganti lagu liturgi. Salah satunya adalah
lagu “Cinta Luar Biasa,” dari Andmesh Kamaleng, yang dipakai sebagai lagu
persembahan.
Orang-orang Katolik
menyampaikan kritikan lewat media sosial, termasuk mempertanyakan sikap imam
yang memimpin Misa yang membiarkan hal tersebut.
Paroki itu menyatakan,
imam yang memimpin Misa itu sebenarnya berniat untuk menegur langsung anggota
koor namun hal itu diurungkan agar tidak menganggu Misa dan baru menyampaikan
teguranya setelah Misa.
Paroki itu pun meminta
agar “video tersebut tidak lagi disebarluaskan untuk kepentingan yang lain.”
“Kami sungguh sangat
menyesal atas kejadian yang di luar dugaan ini. Peristiwa ini menjadi
pembelajaran berharga buat kami untuk lebih memperhatikan pemilihan lagu-lagu
dalam Perayaan Ekaristi,” kata mereka.
Pastor Yanto Yohanes
Ndona, O.Carm, lulusan magister liturgi dari Universitas San Beda Filipina dan
sering menulis artikel popular terkait liturgi menyatakan kasus ini mesti
mendorong orang-orang Katolik untuk berintropeksi diri terkait “sudah sejauh
mana katekese dan upaya memberikan pemahaman kepada umat dan juga imam tentang makna
liturgi dan lagu-lagu liturgi itu sudah berjalan.”
“Setiap kita sebagai
orang Katolik harus memiliki sebuah kesadaran bahwa liturgi dan lagu-lagu
liturgi adalah sebuah kekayaan rohani dan spiritual yang harus dipelihara dan
tidak dengan seenaknya diganti dengan hal-hal sekular yang tidak pada
tempatnya,” katanya.
Ia menambahkan, apa
yang dibuat oleh anggota koor dalam Misa itu tentu “bukan dengan tujuan
mengancurkan liturgi, namun lebih karena kurang paham dan kurang mendapatkan
katekese yang benar tentang liturgi.”
“Mari kita membiasakan
yang benar dan bukan membenarkan yang biasa,” katanya.
Sumber: Indonesian
parish apologizes for pop songs at mass