Polisi Nikaragua kepung uskup di kediamannya

Polisi Nikaragua kepung uskup di kediamannya

Dalam tangkapan layar yang diperoleh dari halaman Facebook Keuskupan Matagalpa, Mgr. Rolando Alvarez berbicara pada Misa di Matagalpa, Nikaragua, pada 5 Agustus. (Foto: AFP)


Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Sebuah organisasi hak asasi manusia (HAM) di Nikaragua merilis sebuah video pada 4 Agustus yang menunjukkan para polisi dengan perlengkapan anti huru hara di luar kantor keuskupan berupaya mencegah uskup untuk merayakan Ekaristi dan berdoa di katedral.

Peristiwa itu yang terjadi pada hari Kamis membuat Uskup Matagalpa, Mgr. Rolando Alvarez tidak bisa merayakan Misa, meski umatnya sudah berkumpul di katedral.

“Saya ingin menyampaikan kepada Anda bahwa saya sudah lama ingin pergi ke katedral untuk merayakan Ekaristi, tetapi pihak berwenang belum memberikan izin kepada saya,” kata Uskup Alvarez dalam sebuah pesan video yang menunjukkan polisi menutup pintunya.

Video kedua menunjukkan dia memegang monstran dengan Hosti Kudus di area jalan yang ditutup dan seorang polisi mencegahnya melakukannya.

Polisi mengatakan, “Mengapa Anda  tidak bekerja sama,” namun jawab uskup itu, dia mencoba melakukan apa yang biasa dia lakukan pada hari Kamis, untuk adorasi Sakramen Mahakudus dan berdoa.

Uskup Alvarez berbicara dengan sebuah stasiun radio Katolik yang baru-baru ini ditutup oleh pemerintah Nikaragua karena kritis terhadap pemerintahan Presiden Daniel Ortega dan istrinya, serta Wakil Presiden Rosario Murillo.

Tanpa menyebut uskup, Murillo, dalam program TV pemerintah, menyebutnya sebagai “badut”, dan “manipulator simbol-simbol agama.”

“Ada citra yang seolah keluar dari absurditas, citra yang mencerminkan manipulasi simbol yang harus tetap disakralkan bagi semua orang,” kata Murillo.

Dalam video itu, uskup mengatakan polisi tidak mengizinkan dia, bersama enam imam dan enam umat Katolik awam meninggalkan kantor keuskupan.

“Kami akan tinggal di sini tanpa merendahkan polisi,” kata uskup itu.

Melihat petugas di pintunya, dia mengatakan kepada mereka: “Kami tidak pernah meremehkan Anda. Saudara-saudara ini, mereka memiliki keluarga, mereka adalah teman-teman kami.” Ia kemudian memberkati mereka.

Tetapi, uskup itu tampak kesal ketika polisi tidak mengizinkannya berdoa, bahkan di jalan, ketika orang-orang mulai berkumpul di dekat gedung yang dikepung.

“Kalian adalah orang-orang yang tidak mengizinkan para imam, koor, mereka yang akan menghadiri (adorasi sakramen Mahakudus),” katanya kepada mereka.

Dia menyalahkan polisi atas kekacauan yang terjadi karena tidak mengizinkan orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan gereja.

“Siapa (yang) bertanggung jawab atas kegelisahan itu? Siapa yang menyebabkan kekacauan ini?” tanya uskup.

“Saya baru saja bersiap untuk adorasi Sakramen Mahakudus dan melindungi para imam ini,” katanya merujuk pada Hari Raya St. Johanes Vianney, pelindung para imam paroki.

“Saya tidak meminta mereka untuk datang, tetapi umat Tuhan yang setia datang untuk berdoa karena kami percaya pada kekuatan doa. Kami percaya pada kuasa Sakramen Mahakudus. Kami percaya bahwa Kristus hidup!”

Sumber: Nicaragua police besiege a defiant bishop

 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama