Tumbuhkan kebun Anda sendiri, jangan kagumi kebun
orang lain dan panenlah untuk orang lain.
Penulis (Baju Real MadridP bersama rekan kerja sedang menikmati makan siang bersama usai pembersihan di lokasi pembibitan anakan sengon laut
Hari ini, mungkin banyak orang sudah tidak suka
berkebun. Karena berkebun sama sekali tidak keren. Bukan kegiatan yang prestise
dan bertabur gengsi. Hidup di era digital, sepertinya sudah tidak cocok lagi
menekuni aktivitas berkebun. Apalagi dikaitkan dengan pangkat, jabatan, bahkan
harta. Berkebun pastinya “bukan hobbyku” buat orang zaman now. Maka
berkebun,kini jadi aktivitas yang langka.
Kita sering lupa. Justru berkebun adalah
satu-satunya pekerjaan yang tidak diragukan lagi manfaatnya. Bukan hanya tanda
cinta pada alam semesta ciptaan-Nya. Tapi berkebun juga memberi makna yang luar
biasa menakjubkan.
Berkebun itu sederhana. Menanam pohon, membersihkan
kebun. Memupuk, merawat tanaman agar tetap tumbuh dengan baik. Atau membuang
daun kering sekalipun. Ada banyak yang bisa dilakukan saat berkebun. Selain
berkeringat, berkebun pun menjernihkan hati dan pikiran. Berkebun, bukan hanya
melatih kesabaran. Tapi mengajarkan akan pentingnya ikhtiar dan berbuat
kebaikan.
Pembersihan rerumputan liar di sekitar anakan pohon sengon laut
Berkebun, setidaknya mengajarkan pada saya 4 (empat)
hal dalam kehidupan. Itulah yang saya sebuat “fiosofi berkebun”. Apa saja?
1. TATA
atau menata. Berkebun bisa jadi sarana untuk menata diri; menata hati, pikiran,
dan perilaku. Karena siapapun hidupnya harus ditata. Karena bila tidak tertata,
maka akan berantakan. Menata itu berarti menjaga keseimbangan. Lahr batin, duni
akhirat dan apapun harus seimbang, harus ditata.
2. TITI
atau merintis/memulai. Berkebun pun mengajarkan pentingnya untuk memulai
ikhtiar baik. Kebaikan jangan hanya sebatas niat dan pikiran. Baik itu harus
dilakukan, di-eksekusi. Karena tidak ada kebun yang indah tanpa dimulai. Bahkan
tidak ada panenan di kebun bila kita tidak mulai menanamnya. Bila perlu, hasil
panenan kebun itulah yang diberikan kepada orang lain untuk menikmatinya.
3. TANDUR
atau menanam. Berkebun itu perbuatan menanam. Satu bibit tanaman ya harus
ditanam. Agar tetap tumbuh, membesar dan berbuah. Maka berkebun artinya
menanamlah dan rawatlah. Sambil berdia agar dapat dipanen dan memberi manfaat
buat orang lain.
4. TUKUL
atau tumbuh. Berkebuh itu membangun kesadaran untuk terus tumbuh. Sebagai
makhluk Tuhan, tanaman pun harus tumbuh. Maka manusia pun harus tumbuh, harus
berubah dari waktu ke waktu kea rah yang lebih baik. Dan biarkan apapun,
biarlah tumbuh apa adanya. Untuk melatih agar tetap berani menjaga tanaman dari
terpaan atawa godaan "angin" atawa "hama" yang bisa
memastikan. Gangguan pada kebun pasti ada dan bisa datang kapan saja.
Dan yang paling penting. Sat berkebun, siapapun
belajar untuk “mengejar sesuatu untuk berbuat kebaikan”. Bukan sebaliknya
“melakukan kebaikan demi sesuatu”.
Maka berkebunlah sekarang. Agar kita tidak terbuai
dalam hidup untuk mengejar hal yang sia-sia. Karena di dunia ini, banyak orang
yang mengejarnya. Tapi mereka tidak tahu yang dikejar itu hanya sia-sia. Dunia
memang begitu menggoda. Kenikmatan, kemewahan, kepangkatan, dan kekuasaan yang
dikejar itu hanya sesaat saja. Hingga jadi sebab terjerembab ke dalam
kebahagiaan semu. Itulah yang disebut “mburu kidang lumayu”; mengejar yang
sia-sia.
Sungguh, dunia ini ibarat air laut. Semakin kita
meneguknya, maka semakin haus rasanya. Semakin mengejar dunia, semakin
terpedaya olehnya. Sementara berkebun, kita dapat melatih diri untuk tetap
ikhtiar dengan baik di kebun sendiri …. #FilosofiKebun #BudayaLiterasi
Angkaes, Malaka
Jumat, 01 Oktober 2021