Pada foto terpampang tulisan “72 Tahun Hubungan
Diplomatik Indonesia dan Takhta Suci, 1950-2022.” Ketika ditanya via WhatsApp,
Amrih mengaku, foto itu bukan foto terbaru, tetapi foto bulan Desember 2020
saat ia diterima Paus di Vatikan. Foto tersebut memang sengaja dipajang untuk
mengenang kembali hubungan hangat kedua negara berdaulat.
Vatikan tentu saja punya tempat di hati Republik Indonesia. Pasalnya, Vatikan adalah negara Eropa pertama yang mengakui kedaulatan negara yang diproklamasikan Soekarno-Hatta. Maka, relasi kedua negara, tak sekadar ‘relasi diplomatik biasa’. Pengakuan Vatikan tersebut sangat berarti bagi eksistensi perjuangan RI untuk mendapat pengakuan kedaulatan dari pelbagai negara di dunia.
“Kita tentunya sangat mengapresiasi pengakuan
tersebut. Kita terus menjalin hubungan baik dengan Vatikan, dan saling
memberikan pengakuan hingga saat ini dan ke depan,” ujar Amrih menanggapi.
Relasi Vatikan dan Indonesia terus bertumbuh hingga
membuka kedutaan masing-masing di kedua negara berdaulat. Kedutaan Besar
Vatikan di Jakarta boleh dibilang hanya sepelemparan batu dari Istana Negara.
Begitupun kunjungan kehormatan antara kepala dan
pejabat tinggi kedua negara. Dua Paus pernah mengadakan kunjungan ke Indonesia.
Bahkan, hampir saja Paus Fransiskus menginjakkan kakinya di Indonesia tahun
2019 lalu. Karena pandemi Covid-19, rencana kunjungan itu dibatalkan.
Dalam menjalin hubungan kedua negara, Amrih
mengatakan, bidang yang sering dikerjasamakan selama ini terutama terkait
dengan kerukunan antarumat beragama. “Vatikan mengakui kemajemukan rakyat
Indonesia termasuk dari sisi agama dan budaya, dan mengakui kerukunan dan
kehidupan yang harmonis di Indonesia,” ujar Amrih.
“Banyak tokoh agama, termasuk dari Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama (NU), yang sering diundang dan menjadi pembicara di forum-forum
kerukunan antarumat beragama yang diselenggarakan oleh Vatikan,” papar Amrih
lebih jauh.
Di tahun ke-72, menurut Amrih, hubungan bilateral
berjalan baik dan normal. “Berbagai kegiatan sudah berjalan normal. Pengiriman
mahasiswa Indonesia untuk belajar di berbagai Universitas Kepausan di Roma juga
sudah dibuka kembali. Jumlahnya tidak banyak, sekitar 10-15 beasiswa S2 dan S3,
dan diharapkan jumlahnya terus meningkat,” ujar Amrih.
F. Hasiholan Siagian
HIDUP, Edisi No. 4, Tahun ke-76, Minggu, 23/1/2022