Realita Bunga dan Hujan (Goresan Inspirasi dari Lagu Katolik Bagai Bumi Tersiram Hujan)

Realita Bunga dan Hujan (Goresan Inspirasi dari Lagu Katolik Bagai Bumi Tersiram Hujan)



====Sebuah Makna Yang menjadi benci

 

Karena memang Tak pantas untuk diharapkan

 

Menuai rindu Menggores tangis===

 

I

Hujan masih rintik-rintik menebar runtuhan air beranjak setapak membawa gempulan -pelangi. Bunga tak layu. tak begitu menyukai hujan. terlalu dingin, terlalu lamban. ia Tak ingin berjalan setapak ia ingin jalan yg banyak. seperti sinar mentari yang tak pamrih bersinar kala pagi. Hujan masih rintik-rintik. bunga tetap tak suka. tapi ia rindukan. tampak sempurna wangi, dan berwarna. Ia memang tak suka hujan. Tapi dia memerlukan hujan untuk tumbuh. seperti malam yang perlukan sinar bintang.

 

II

Bunga merapat, bersembunyi pada tangkai duri yang kokoh menajamkan dahan kalaupun hujan datang tangkai mawar tak ada yang berjatuhan ia berteriak pada bumi pegang dia, dengan cekatan. sebentar lagi hujan datang. bunga merambat pada bumi berharap bisa menelankan dahannya, hingga wanginya tak terdengar pada hujan. terasa gersang di bawah bumi. duri mawar memang kokoh helaian bunga pun tak rontok akan terjangan angin namun mawar manjedi sempit dan tak indah lagi.

 

III

Detakan hujan merindu warna mengelabu merangkai syahdu pada jalannya awan yang biru menawan rinaian tak singgah di satu tempat membasahi permukaan hingga isi lapisan bumi tersirami rapat menjadi basah akan makna Rindu hujan pada satu kesetiaan bukan mencri sebuah arti keindahan ia menatap bunga tertutup pada kesepian berbagi detakan, tidak dengan kemanjaan. yah... sang Hujan inginkan. bunga yang berduri, sedapat mungkin. decit hujan melembutkan durinya. Menghaluskan. Hingga Bunga sadar. Inilah Hujan. Tak meminta durinya untuk dilepas tapi dengan duri. bunga menjadi mewangi yang letaknya sampai dasar hati.

 

IV

Bunga pada hujan (sebuah cerita). Demi lembaran melodi putik yang selalu hasilkan madu Jangan menari untuk kali ini apalagi berdendang dikala dipetik saat jejak kupu-kupu melingkari lentikan sari.  Hujan akan datang: anginnya berdering getarkan pepohonan dan rantingan berdiam. memohon sangat, jangan katakan. apalagi ungkapkan Hujan Tak ada yang menghangatkan. cukup sudah. Bunga tak apa sendiri. Hujan pada bunga. Durasi untaian air kian menjemu tak mampu sirna rasa rindu pada sesuatu pengisi rasa menutupi geram derik kalbu. Inikah sebuah langit dan bumi bagai krikil setapak rai Numbei tak apa cantiknya tak serasi inilah sakura yang tak layu kapankah buliran membasahi gelegar petir terasa buntu sakura perlukan payung mimpi apa salahnya menjadi hujan? salahkah mencintai mawar yang berduri? lembaran denyut ini tak bisa ditutupi jangan lari lagi. dimana sakura, hujan selalu menemani.

 

V

Taukah hujan, kau seperti kejutan indah yang setia hadir disaat pertama, kedua, dan ketiga. Pertama adalah cara kita bertemu, dengan kebetulan. Kebetulan kau hadir di tempat itu. dan Kita bersapa, biasa. Kedua adalah cara kita berteman, dengan kepastian. Kepastian Kau hadir di kala tetesan air mata menjamah pada bintang. Ketiga adalah cara kita bertemu lagi, dengan Takdir. Takdir Kau menjadi senyum saat derita tak tertahan takdir dimana cinta begitu indah. Dan terasa berbeda. mempunyai Rasa itu. Taukah hujan, perlukah alasan dan sebab. Hanya melabuhkan rasa ini pada satu rasa. yang memang tanpa kalimat panjang. apalagi Romantis, nan cantik bak bidadari. Tidak. dan tidak. Ini tentang kamu. Tentang Rindu. dan menjamu jingga yang tenggelam. merebahkan bahagia. dan hanya kamu di gugusan langit. Katakan Pada wangi malam. Tak apa kau berada jauh, tak kutatap. Tapi tahukah, dalam diammu. ada satu sinar indah, yang hanya hati getaran ini,, denyutan yang berdecit. Kian berloncat-loncat Itu saja. rasanya selalu berbeda. tahukah kau hujan?. Ini memang suatu dan adalah berbeda.

 


VI

Wahai bunga,,, Karena dirimu Rasa ini ada. Kau hadir. meluapkan kegelisahan, melengkapi kesepian yang telah lama ku mencari. Karena dirimu, kujemput mentari. terima kasih pada senyum mu. Yang terpancar dari setiap ceriamu, Hilangkan perih hati ini obati kedahagaanku pada hidup ini. dan disaat kau ucapkan kata sakti itu. "ini bukan cinta, tak mengerti aku tentang suka,, Tak ahli dalam merindu ataukan menjadi pemuja sayang,, hanya. denganmu.itu berbeda." rasa ingin meledak isi dalam jiwa ini. Lalu terdiam terkesima dan terpana bungaku,, wahai peneman segala mimpi-mimpiku Ku lalu, mengunci kuat rasa ini. dengan Gembok yang besar. dan kuncinya kubuang. berharap Hilang. Ini rasa yang harus dikunci. aku bahagia. entah,, tak segarang ketika petir merontokkan pesona rinaian buliran dan gesekan hujanku.. mulut terdiam, lama sekali. Jantung berdebar, ku merasa. sedang berjumpa pada bidadari ia menunduk, Lugu. dan air matanya. dan senyum setelah itu. kepada kamu, wahai Bunga. cinta terletakkan.

 

VII

Tak perlu umbarkan. Ini sebuah rahasia. cerita dua waktu. elokkan satu rasa, Hujan tak paham. Bunga pun enggan. tercerita dalam pesisir panorama. Yang tak mampir dalam hitungan detik. meski letaknya berjauhan. Ukiran itu terpahat sudah lama. Bunga mencari dahaga selain hujan terdapatkan air keruh, menyesakkan. dan tak membuat kehausan menjadi lapang. Hujan singgah di beberapa dunia, siramkan air kesegaran, hingga senyum selalu terkembang pada sudut-Sudut bumi,, Namun tak pernah terlihat, airnya menyegarkan bunga yang kering. ada yang salah? apakah air ini tak begitu manis untuk ceria? Bunga itu kering, namun tak layu. Ini sebuah cerita dua waktu. Hujan datang dengan harap. sang bunga dapat tumbuh. Meski kesempatan sejengkal jari. Ia tak peduli. Hujan menebarkan airnya, sejernih mata jeli malaikat pernahkah melihat mentari menari di jalannya pelangi? Bunga sering melihatnya. Saat Hujan menjadi Penjaga Rahasianya. mengobati dan menyembuhkan. Ini sebuah cerita dua waktu. Salam dari persimpangan jalan Setapak Rai Numbei.

 

=============================

 

"Jika aku merangkai menjadi bunga, jadikan penebar air hujan, tak segersang dahulu yang hanya mampir, tunaikan kesegaran sementara, yang akhirnya menghilang... datangkan air hujan yang mewangi hingga saat kemarau datang ia akan terus melindungi..."

 

 


 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama