====Sebuah Makna Yang
menjadi benci
Karena memang
Tak pantas untuk diharapkan
Menuai rindu
Menggores tangis===
I
Hujan masih
rintik-rintik menebar runtuhan air beranjak setapak membawa gempulan -pelangi.
Bunga tak layu. tak begitu menyukai hujan. terlalu dingin, terlalu lamban. ia
Tak ingin berjalan setapak ia ingin jalan yg banyak. seperti sinar mentari yang
tak pamrih bersinar kala pagi. Hujan masih rintik-rintik. bunga tetap tak suka.
tapi ia rindukan. tampak sempurna wangi, dan berwarna. Ia memang tak suka
hujan. Tapi dia memerlukan hujan untuk tumbuh. seperti malam yang perlukan
sinar bintang.
II
Bunga merapat,
bersembunyi pada tangkai duri yang kokoh menajamkan dahan kalaupun hujan datang
tangkai mawar tak ada yang berjatuhan ia berteriak pada bumi pegang dia, dengan
cekatan. sebentar lagi hujan datang. bunga merambat pada bumi berharap bisa
menelankan dahannya, hingga wanginya tak terdengar pada hujan. terasa gersang
di bawah bumi. duri mawar memang kokoh helaian bunga pun tak rontok akan
terjangan angin namun mawar manjedi sempit dan tak indah lagi.
III
Detakan hujan merindu
warna mengelabu merangkai syahdu pada jalannya awan yang biru menawan rinaian
tak singgah di satu tempat membasahi permukaan hingga isi lapisan bumi
tersirami rapat menjadi basah akan makna Rindu hujan pada satu kesetiaan bukan
mencri sebuah arti keindahan ia menatap bunga tertutup pada kesepian berbagi
detakan, tidak dengan kemanjaan. yah... sang Hujan inginkan. bunga yang
berduri, sedapat mungkin. decit hujan melembutkan durinya. Menghaluskan. Hingga
Bunga sadar. Inilah Hujan. Tak meminta durinya untuk dilepas tapi dengan duri.
bunga menjadi mewangi yang letaknya sampai dasar hati.
IV
Bunga pada hujan
(sebuah cerita). Demi lembaran melodi putik yang selalu hasilkan madu Jangan
menari untuk kali ini apalagi berdendang dikala dipetik saat jejak kupu-kupu
melingkari lentikan sari. Hujan akan
datang: anginnya berdering getarkan pepohonan dan rantingan berdiam. memohon
sangat, jangan katakan. apalagi ungkapkan Hujan Tak ada yang menghangatkan.
cukup sudah. Bunga tak apa sendiri. Hujan pada bunga. Durasi untaian air kian
menjemu tak mampu sirna rasa rindu pada sesuatu pengisi rasa menutupi geram
derik kalbu. Inikah sebuah langit dan bumi bagai krikil setapak rai Numbei tak apa cantiknya
tak serasi inilah sakura yang tak layu kapankah buliran membasahi gelegar petir
terasa buntu sakura perlukan payung mimpi apa salahnya menjadi hujan? salahkah
mencintai mawar yang berduri? lembaran denyut ini tak bisa ditutupi jangan lari
lagi. dimana sakura, hujan selalu menemani.
V
Taukah hujan, kau
seperti kejutan indah yang setia hadir disaat pertama, kedua, dan ketiga.
Pertama adalah cara kita bertemu, dengan kebetulan. Kebetulan kau hadir di
tempat itu. dan Kita bersapa, biasa. Kedua adalah cara kita berteman, dengan
kepastian. Kepastian Kau hadir di kala tetesan air mata menjamah pada bintang.
Ketiga adalah cara kita bertemu lagi, dengan Takdir. Takdir Kau menjadi senyum
saat derita tak tertahan takdir dimana cinta begitu indah. Dan terasa berbeda.
mempunyai Rasa itu. Taukah hujan, perlukah alasan dan sebab. Hanya melabuhkan
rasa ini pada satu rasa. yang memang tanpa kalimat panjang. apalagi Romantis,
nan cantik bak bidadari. Tidak. dan tidak. Ini tentang kamu. Tentang
Rindu. dan menjamu jingga yang tenggelam. merebahkan bahagia. dan hanya kamu di
gugusan langit. Katakan Pada wangi malam. Tak apa kau berada jauh, tak kutatap.
Tapi tahukah, dalam diammu. ada satu sinar indah, yang hanya hati getaran ini,,
denyutan yang berdecit. Kian berloncat-loncat Itu saja. rasanya selalu berbeda.
tahukah kau hujan?. Ini memang suatu dan adalah berbeda.
VI
Wahai bunga,,, Karena
dirimu Rasa ini ada. Kau hadir. meluapkan kegelisahan, melengkapi kesepian yang
telah lama ku mencari. Karena dirimu, kujemput mentari. terima kasih pada
senyum mu. Yang terpancar dari setiap ceriamu, Hilangkan perih hati ini obati
kedahagaanku pada hidup ini. dan disaat kau ucapkan kata sakti itu. "ini
bukan cinta, tak mengerti aku tentang suka,, Tak ahli dalam merindu ataukan
menjadi pemuja sayang,, hanya. denganmu.itu berbeda." rasa ingin meledak
isi dalam jiwa ini. Lalu terdiam terkesima dan terpana bungaku,, wahai peneman
segala mimpi-mimpiku Ku lalu, mengunci kuat rasa ini. dengan Gembok yang besar.
dan kuncinya kubuang. berharap Hilang. Ini rasa yang harus dikunci. aku
bahagia. entah,, tak segarang ketika petir merontokkan pesona rinaian buliran
dan gesekan hujanku.. mulut terdiam, lama sekali. Jantung berdebar, ku merasa.
sedang berjumpa pada bidadari ia menunduk, Lugu. dan air matanya. dan senyum
setelah itu. kepada kamu, wahai Bunga. cinta terletakkan.
VII
Tak perlu umbarkan. Ini
sebuah rahasia. cerita dua waktu. elokkan satu rasa, Hujan tak paham. Bunga pun
enggan. tercerita dalam pesisir panorama. Yang tak mampir dalam hitungan detik.
meski letaknya berjauhan. Ukiran itu terpahat sudah lama. Bunga mencari dahaga
selain hujan terdapatkan air keruh, menyesakkan. dan tak membuat kehausan
menjadi lapang. Hujan singgah di beberapa dunia, siramkan air kesegaran, hingga
senyum selalu terkembang pada sudut-Sudut bumi,, Namun tak pernah terlihat,
airnya menyegarkan bunga yang kering. ada yang salah? apakah air ini tak begitu
manis untuk ceria? Bunga itu kering, namun tak layu. Ini sebuah cerita dua
waktu. Hujan datang dengan harap. sang bunga dapat tumbuh. Meski kesempatan
sejengkal jari. Ia tak peduli. Hujan menebarkan airnya, sejernih mata jeli
malaikat pernahkah melihat mentari menari di jalannya pelangi? Bunga sering
melihatnya. Saat Hujan menjadi Penjaga Rahasianya. mengobati dan menyembuhkan.
Ini sebuah cerita dua waktu. Salam dari persimpangan jalan Setapak Rai Numbei.
=============================
"Jika
aku merangkai menjadi bunga, jadikan penebar air hujan, tak segersang dahulu
yang hanya mampir, tunaikan kesegaran sementara, yang akhirnya menghilang...
datangkan air hujan yang mewangi hingga saat kemarau datang ia akan terus
melindungi..."