Dituduh Suanggi, Sang Nenek di NTT Mengadu ke Polisi/Foto Rian / |
Maria dituduh sebagai
dalang meninggalnya keluarga mereka. Akhirnya, keberadaan Maria menjadi ‘buah
bibir’ masyarakat di lingkungan sekitarnya. Dirinya pun menahan rasa malu
ketika mendengar cemoan yang menghampirinya.
Namun demikian, Maria
enggan menanggapi stigma buruk yang menimpahnya. Sebab, ia meyakini bahwa
tuduhan atas dirinya hanyalah fiktif belaka.
Mirisnya, Maria dituduh memiliki
ilmu hitam/guna-guna (suanggi/pakondu
bahasa daerah setempat) lewat seseorang yang sedang pingsan (smaput/bodda
bahasa daerah setempat).
Guna memulihkan nama
baik keluarganya serta menghentikan stigma buruk itu, Maria mengambil jalur
hukum untuk menuntut oknum-oknum yang telah melakukan penuduhan kepadanya.
Hingga saat ini, keluarga Maria sedang menuggu proses hukum yang sedang
berjalan.
Kronologi kejadian
Sebagaimana
dilansir setapakrainumbei.blogspot.com berdasarkan pengakuan Maria Dada
Bulu (66) kepada wartawan NTT-News.com, pada Jumat (01/07/2022), bahwa
beberapa hari lalu, ada seseorang yang datang menghampiri kediamannya. Saat
itu, kata Maria, dia datang ditengah malam. Lalu, dia membangunkan Maria untuk
bisa mengikutinya disalah satu rumah yang juga berdekatan dengan kediaman
Maria. Maria pun masih menanyakan tujuan orang itu.
“Kamu nama siapa, untuk
apa saya ke sana?,” tanya Maria kepada orang itu dengan menggunakan bahasa
daerah setempat.
Seketika orang itu pun
menjawab, “Saya R*** (inisial orang itu), saya disuruh, mereka (M, BD, I )
untuk datang di rumah,” jawab orang itu kata Maria.
Lalu, Maria tidak
perpanjang kata lagi, langsung menuju ke rumah orang yang mengajaknya.
Sesampainya di sana, Maria pun terkejut ketika melihat orang banyak sedang di
rumah itu. Selain itu, Maria juga menemukan seorang yang sedang pingsan dan
disaksikan banyak orang kala itu.
Kemudian, ada seseorang
meminta Maria untuk bicara dengan orang yang sedang pingsan itu, akan tetapi,
Maria merasa terkejut dan tidak tahu apa yang hendak ditanyakan.
“Mereka meminta saya
tanya orang yang sedang pingsan itu, saya bilang kenapa harus saya yang tanya,
lebih baik kasih tahu apa tujuan saya dipanggil supaya saya dengar saja,” ujar
Maria.
Sesaat kemudian, orang
pingsan itu, kata Maria, tiba-tiba menyebut kuda marapu (darah marapu/bahasa
daerah setempat). Karena kuda yang disebut oleh orang pingsan itu merupakan
salah satu janji adat, Maria pun membenarkan pernyataan tersebut.
“Karena ada betul itu
kuda marapu, saya pikir itu sudah tujuan saya dipanggil, saya bilang ada betul
di orang pingsan itu, kalau saja suami saya tidak meninggal dunia, sebenarnya
bulan Oktober ini kami sudah selesaikan, karena masih duka, jadi kami belum
bisa urus,” tambah Maria.
Setelah Maria menjawab,
ada seseorang yang meminta kepada dia (orang yang sedang pingsan) untuk menyampaikan
semua penglihatannya kepada nenek Maria. Tidak lama kemudian, dia (orang
pingsan) langsung merespon dan menyampaikan sesuatu di Maria.
“Apakah kamu tidak
melihat tangan saya,” pertanyaan orang pingsan itu kata Maria.
Lalu, Maria menyanggah
pertanyaan tersebut dengan menanyakan tentang keadaan tangan orang yang sedang
pingsan itu.
“Kenapa dengan tangan
kamu?,” sanggah Maria.
Dia (orang yang sedang
pingsan) pun langsung menyebut bahwa tanggannya dikarenakan oleh obat yang
berada di orang lain.
“Karena obat yang di
orang,” sebut dia, kata Maria.
Maria mencoba mencari
tahu secara mendalam tentang obat itu tersebut. Akan tetapi, orang pingsan itu,
kata nenek Maria, tiba-tiba menyebut nama-nama orang sudah meninggal. Tentunya,
Maria merasa terkejut.
Maria menuturkan, ada
seseorang yang menanyakan pemilik obat yang digunakan dan menyebabkan beberapa
keluarga mereka meninggal dunia. Sayangnya, orang yang sedang pingsan itu
menuduh Maria sebagai pemilik obat tersebut.
“Dari maria, dia bilang
begitu, saya bilang, kamu jangan menuduh sembarangan, saya tidak merasa diri
guna-guna orang, kamu jang an tuduh saya, saya tidak mendengar apa pun yang
kamu tuduhkan di saya,” sanggah Maria kepada orang pingsan itu.
Dengan rasa kekecewaan,
malu dan batin tertekan di tengah orang banyak, Maria pun pamit ke rumahnya.
Setelah peristiwa itu,
Maria pun menenangkan diri dan berusaha menerima tuduhan-tuduhan yang tertuju
kepadanya. Namun demikian, untuk memulihkan nama baik keluarga dan meminta
oknum yang telah menuduhnya memiliki obat untuk guna-guna orang lain, kini
langkah hukum telah ditempuhnya.
Ia pun mengaku bahwa
sudah mengantongi rekaman yang menuduhnya sebagai pemilik obat yang menyebabkan
beberapa orang meninggal dunia. Dan beberapa orang yang menanyakan beberapa pertanyaan
kepada orang pingsan itu.
“Saya sudah laporkan ke
polisi, saya mau orang itu pertanggungjawabkan tuduhannya dan membuktikan obat
yang dia sebut adalah milik saya, saya tidak pernah merasa diri, saya juga
malu, orang-orang sekitar saya pasti menjauh saya dan dia harus
bertanggungjawab dan memulihkan nama baik keluarga saya,” haru Maria.
Untuk diketahui, nenek Maria pertegas dan klarifikasi bahwa apa yang disebut orang pingsan itu merupakan pencemaran nama baik. Dan penyebutan nama korban dan foto dalam berita ini sudah atas ijin yang bersangkutan.
***
Sumber:
NTT-News.com