Abraham Liyanto |
“Daerah 3T seperti NTT
sangat membutuhkan perhatian pemerintah. Dulu, masa-masa awal Indonesia
Merdeka, sekolah swasta Katolik maupun Protestan di daerah saya misalnya,
andalkan donatur dari luar tapi sekarang donatur dari luar sudah tidak ada.
Sekarang, semua serba mandiri,” kata Abraham di Jakarta, Senin, 21 Nopember
2022.
Ia menjelaskan uang
sekolah dari siswa sangat tidak cukup untuk membiayai proses kegiatan
belajar-mengajar. Karena ada biaya untuk gaji guru, biaya perawatan sekolah,
biaya pembelian fasilitas dan lain sebagainya.
Di sisi lain,
sekolah-sekolah swasta tidak mungkin pungut biaya besar kepada siswa karena
pendapatan orang tua di daerah 3T sangat rendah. Masalah lainnya adalah jika
sekolah-sekolah swasta pungut biaya tinggi, para murid tidak ada yang mendaftar
karena mereka lebih memilih daftar ke sekolah negeri. Karena sekolah negeri
sudah sampai ke desa-desa.
“Sekolah-sekolah swasta
di daerah 3T terancam punah. Saya lihat tidak hanya sekolah-sekolah Kristen,
tetapi juga sekolah swata lainnya. Gempuran sekolah-sekolah negeri hingga ke
desa-desa sangat mengancam sekolah swasta. Maka sangat butuh kepedulian
pemerintah,” tegas senator yang sudah tiga periode ini.
Menurut Ketua Majelis
Pendidikan Kristen (MPK) Wilayah NTT ini, daerah 3T tidak akan maju-maju jika
tidak ada peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia (SDM).
Peningkatan kualitas SDM hanya bisa dilakukan melalui sektor pendidikan. Namun
sangat disayangkan jika sektor pendidikan hanya diandalkan kepada sekolah
negeri.
“Apa pemerintah sanggup
jika hanya andalkan sekolah-sekolah negeri. Ingat, sebelum ada sekolah-sekolah
negeri, sekolah swasta sudah berjasa mencerdaskan bangsa ini. Di NTT,
sekolah-sekolah Kristen sebagai sebagai pelopor. Maka jasa mereka tidak bisa
dilupakan begitu saja,” tutur Abraham.
Dia mendukung program
pemerintah membuka sebanyak-banyak sekolah negeri karena itu memang tugas
negara. Namun sekolah swasta, termasuk sekolah-sekolah Kristen juga didukung
karena ikut membuka lapangan pekerjaan kepada masyarakat.
Mantan Ketua Kadin
Provinsi NTT ini mengakui, selama ini memang sudah ada perhatian dari
pemerintah terhadap sekolah-sekolah swasta, termasuk sekolah Kristen di daerah
3T. Namun tidak besar karena bantuan sebatas dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS). Itupun tidak semua sekolah Kristen mendapatkannya.
“Kami tidak berharap
setara seperti ke sekolah Madrasah di kalangan Muslim. Tapi setidaknya ada
tambahan perhatian, terutama sekolah-sekolah Kristen di daerah 3 T,” jelas
Abraham.
Dia menambahkan jika
sekolah-sekolah swasta di Indonesia Timur seperti NTT dan Papua tetap eksis,
akan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Dengan demikian, otomatis SDA
berlimpah. Maka tidak lagi aset, sumber alam dan hasil lain dikelola orang
asing tetapi dikelola oleh putra daerah sendiri.
“Indonesia bisa saja
jadi negara maju tetapi daerah-daerahnya belum tentu maju-sejahtera. Tetapi
kalau daerah-daerah seperti NTT dan Papua maju, otomatis Indonesia jadi negara
maju,” tutup Abraham.(ira.hel).*** harianbhirawa.co.id