Kain Tenun NTT dengan Pewarna Alam Tak Berjalan tanpa Dukungan Pemangku Kepentingan, Kolaborasi Berdayakan Milenial

Kain Tenun NTT dengan Pewarna Alam Tak Berjalan tanpa Dukungan Pemangku Kepentingan, Kolaborasi Berdayakan Milenial



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Kain tenun menggunakan pewarna alam tidak akan berjalan tanpa dukungan pemangku kepentingan.

Karena Faktor kebutuhan ekonomi menimbulkan kekurangsadaran pemakaian pewarna ramah lingkungan itu akan tetap mempunyai nilai yang lebih tinggi untuk kain-kain produknya.

Hal ini dibutuhkan kolaborasi pentahelix dan berdayakan kaum milenial di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ketua Warlami, Myra Widiono mengatakan dengan pemakaian pewarna alam ini akan ada keberlanjutan dari pemasokan bahan baku, mempunyai konektivitas dengan wilayah-wilayah yang mempunyai bahan baku unik atau bahan yang tidak dimiliki wilayah lain, pewarnaan alam juga memberikan kreativitas untuk terus mengeksplorasi berbagai jenis warna sendu, warna-warna bladus atau warna-warna kalem tetapi, di NTT sendiri pewarna alam juga sangat hangat yang harus terus dilakukan namun membutuhkan stakeholder untuk bergerak.

"Di sini pewarnaan alami tidak akan berjalan mulus kalau tidak didukung pemangku kepentingan, jadi ligkungan juga harus mendukung di sini, itulah harapan kami dari Warlami,"tegas Myra dalam Talkshow Green Economy & Circular Economy yang diadakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT (KPw BI NTT) dalam serangkaian Exotic Tenun Fest (ETT) 2023 di Atrium Lippo Plaza Kupang pada Sabtu, 26 Agustus 2023.

PEWARNA ALAM - Kornelis Ndapakamang salah satu UMKM yang menggunakan pewarna alam mengikuti pameran dalam Exotic Tenun Fest 2023 di Atrium Lippo Plaza Kupang pada Sabtu, 26 Agustus 2023



Myra juga mengungkapkan tenun ini juga memunculkan wirausaha-wirausaha baru dalam keluarga dan juga membantu perekonomian keuarga khususnya dalam membiayai sekolah anak-anak pengrajin tenun di NTT.

"Namun untuk pemahaman tentang motif itu sendiri, saya rasa kalau penenun NTT itu sudah luar biasa dan mereka sangat menjiwai, tetapi saya nggak kecil hati, karena banyak teman-teman saya di sini juga pegiat Warlami yang kita juga tidak jenuh untuk terus motivasi dan juga memberikan insprasi kepada mereka bahwa mereka harus memakai pewarna alam karena ada advantage lain paling tidak, tenun itu bisa menjadi home industri, tenun itu bisa menimbulkan wirausaha baru di dalam keluarganya karena suaminya bisa diajak, jadi tenun itu tidak hanya urusan si penenun sendiri tetapi, bisa menjadi urusan keluarga. Tenun itu juga bisa membantu untuk membiayai sekolah anak-anak mereka,"jelasnya.

Hal ini pun dibenarkan Dr. Eng Stephanie Octorina Saing, Owner Tinung Rambu salah satu UMKM Tenun dengan Pewarna Alam. Menurutnya dengan kain tenun bisa mendorong satu ekonomi baru dan menjadi tumpuan ekonomi, pengrajin bisa menyekolahkan anak mereka, membangun kembali rumah adat,dan Kesehatan.

"Kalau ekonomi lestari, alam juga akan lestari.  Awalnya sempat ditinggal, tetapi setelah tahu pasar dan ada informasi baru dan terbuka untuk banyak hal, banyak kesempatan, itu saya kira mendorong satu ekonomi baru dan itu menjadi tumpuan ekonomi. Memang banyak kain-kain kita untuk sekolah, terakhir ini baru bisa membangun kembali rumah adat itu juga kita dari kain dan utnuk membangun rumah dan kesehata itu dari kain. Jadi mama-mama sangat bersyukur sekali ketika mereka tahu pewarna alam ini memiliki nilai lebih,"jelasnya.

Dari sisi story telling sendiri, menurutnya, sebenarnya semua pengrajin yang bekerja sama dengannya meemiliki kemampuan itu, namun kesulitan dalam menggali informasi karena para pengrajin khususnya pengrajin senior berbicara terbatas dalam berbahasa Indonesia, sehingga ia memeberdayakan dengan anak muda utnuk pendampingan, dalam menggali infornasi dan para pengrajin ini pun semangat bercerita.

"Karena fokusnya kami di NTT, itulah yang kami alami saat ini, jadi nilai inilah yang kami coba juga sampaikan bahwa budaya ini tidak hanya sebatas selembar kain, tetapi ada story behind yang semua customer kami tahu, jadi mereka belajar, tahu, mereka mencintai dan akan mengeksplor kembali di tempat-tempat lain," ujarnya.

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi, Prof. Dr. Adrianus Amheka, S.T., M.Eng. mengatakan, jika  melihat pasca Covid-19, ekonomi kita hancur dan hanya UMKM yang mendongkrak sekitar 60-70 persen untuk PDB. Kalau melihat data statistik ini sampai dengan tahun 2022 sekitar 125 ribu UMKM di NTT yang terbesar mungkin di Sikka, Sumba Barat Daya, Flores Timur, ini merupakan satu pangsa pasar yang besar. Kemudian terkait keberlanjutan dari sisi mengedukasi, memprovokasi, mengadvokasi, menurutnya bisa memberdayakan para milenial, atau yang bisa membangkitkan kembali Exotism of NTT sebagai Pride of Indonesia.

"Kami di DIKTI, Kami ada 84 ribu mahasiswa PTS. Kalau ditambah PTN dan perguruan tinggi lainnya ada 100 ribu mahasiswa. 100 ribu ini berbagai nilai daya saing dan sebagainya. Sehingga kalau bisa diberdayakan dari sektor pendidikan, bagaimana teman-teman turun ke desa-desa melakukan advokasi melalui KKN, bagaimana supaya meningkatkan exotism ini sangat baik namun, ekosistem ini tidak bisa jalan tanpa dukungan kelembagaan yang kuat. Kelembagaan ini penting, stakeholder, pemerintah, investor, perbankan akan mendukung generasi emas 2045 melalui sektor pariwisata yang mampu mendukung pendapatan per kapita di Kota Kupang atau NTT,"ungkapnya.

Singkatnya, hal ini akan terwujud jika ada kolaborasi, gotong royong dalam pentahelix, perkuat kelembagaan, pemerintah, nonpemerintah agar jangan diam,dunia pendidikan dan dunia industri jangan tutup mata. Karena capaian dari ETF 2023 ini akan terukur beberapa tahun ke depan. (*) poskupang.com





 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama