Pemilu 2024 dan Janji Manis Politik (Suara Akar Rumput Bergoyang)

Pemilu 2024 dan Janji Manis Politik (Suara Akar Rumput Bergoyang)



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk) Kini calon presiden dan calon legislatif mulai menawarkan janji-janji politik yang manis ke masyarakat menjelang Pemilu 2014. Janji-janji politik adalah kosa kata wajib dalam kampanye politik.

Janji politik biasanya diucapkan menjelang pemilihan umum. Fungsi janji adalah memberikan harapan dan mengikat ingatan pemilih. Setiap janji politik akan mengikat alam bawah sadar pemilih dan menggerakkan emosi pemilih untuk memilih siapa yang memberi janji. Demikianlah power dari janji.

Janji politik di Indonesia umumnya tentang sistem dan kehidupan yang lebih baik. Ini semacam mimpi dan loncatan politik yang sangat jauh ke depan dan berlawanan dengan keadaan yang nyata hari ini.

Misalnya janji politik untuk memperbaiki gaji guru PNS 10 juta per bulan, gaji guru honorer 2 juta per bulan dan harga BBM murah. Kenyataannya, gaji guru PNS jauh dari angka 10 juta, gaji guru honorer sangat kurang layak dan harga BBM mahal terutama bagi kalangan bawah.

Dalam kenyataannya, untuk merealisasikan janji manis politik ini maka calon presiden dan calon legislatif harus benar-benar merevolusi sistem yang ada untuk mengkondisikan kebijakan-kebijakan baru yang berbeda dan lebih baik dari kenyataan hari ini.

Di sinilah letak masalahnya karena saat di atas kursi kekuasaan, baik presiden maupun DPR diikat oleh aturan hukum dan birokrasi yang ada, disandera oleh kepentingan politik partai, berhadapan dengan kepentingan bisnis serta tentu saja telah berada di zona nyaman. Presiden dan DPR tentu membutuhkan good will dan benar-benar inisiatif politik nyata untuk melawan dan mengatasi rintangan-rintangan politik apa pun demi mewujudkan janji politiknya.

Jika berkiblat kepada jejak digital politisi maka sangat banyak program kerakyatan yang dijanjikan oleh mereka saat berkampanye politik. Namun, ketika ia berkuasa ternyata tak berkutik di hadapan birokrasi, kepentingan partai politik dan kepentingan bisnis. Nasib rakyat cenderung tidak jelas.

Kasus terakhir adalah konflik agraria di Rempang Batam membuktikan bahwa kasus konflik agraria umumnya tanpa terobosan berarti dan cenderung tak memperjuangkan kepentingan masyarakat atas tanah.

Dalam banyak kasus, aparat polisi masih digunakan dominan dan perjuangan rakyat atas tanah selalu melalui proses panjang dan aksi kekerasan melawan aparat. Dengan kata lain, tak ada lompatan dan terobosan di sektor konflik agraria seperti yang dijanjikan dalam kampanye politik.

Alhasil, Slavoj Zizek sebagai filsuf paling berbahaya di Barat telah menyampaikan sinisme terhadap janji politik yang manis. Mereka melakukan apa saja walau harus ke Mars, tapi tidak untuk kaum pinggiran.



 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama