Tanggal 14 Februari
menjadi ajang bagi para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta untuk
menyatakan perasaan mereka, sering kali melalui pertukaran kartu
"valentines".
Simbol-simbol modern
Valentine, seperti kartu berbentuk hati dan gambar Kupido bersayap, menjadi
ikon dari perayaan ini sejak abad ke-19.
Industri kartu ucapan
telah memperkirakan bahwa sekitar satu miliar kartu valentine dikirimkan setiap
tahunnya di seluruh dunia, menjadikan Hari Valentine sebagai hari raya kedua
terbesar setelah Natal dalam hal pertukaran kartu.
Di Amerika Serikat,
tradisi Valentine telah meluas dari pertukaran kartu menjadi pemberian berbagai
macam hadiah, seperti bunga mawar dan cokelat, terutama oleh pria kepada
wanita. Industri perhiasan berlian juga mulai mempromosikan hari Valentine
sebagai kesempatan untuk memberikan perhiasan kepada pasangan.
Namun, akar perayaan
Valentine tidak hanya terbatas pada romantisme modern. Sejak zaman kuno, bulan
Februari telah dihubungkan dengan perayaan kesuburan dan cinta.
Di Athena kuno, bulan
Gamelion dipersembahkan untuk pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Sementara
itu, di Roma kuno, perayaan Lupercalia diadakan untuk menghormati dewa
kesuburan, Lupercus.
Koneksi antara
Valentine dengan romantisme juga tidak jelas. Paus Gelasius I menetapkan 14
Februari sebagai hari raya Santo Valentinus pada tahun 496 M, mungkin sebagai
upaya untuk menggantikan perayaan Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15
Februari.
Meskipun keaslian santo
Valentinus ini dipertanyakan, hari Valentine tetap menjadi momen yang penting
bagi banyak orang. Di beberapa paroki, perayaan Valentine bahkan masih
dirayakan dengan misa khusus dan pemberkatan untuk para kekasih dan mereka yang
sedang jatuh cinta.
Dari santo yang tidak
diketahui sejarahnya hingga perayaan modern yang dipenuhi dengan romantisme,
Hari Valentine terus berevolusi seiring waktu, tetapi tetap mempertahankan daya
tariknya sebagai hari di mana cinta dan kasih sayang dirayakan.