Sebagai prolog awal,
pikiran saya terpaut pada kisah perang Meksiko-Amerika Serikat dan perbudakan.
Waktu perang, seorang tokoh bernama Henry David Thoreau (1817-1862) memilih
untuk masuk penjara daripada membayar pajak yang menurut dia akan digunakan
untuk memperluas wilayah yang mempraktikkan perbudakan.
Temannya yang sekaligus
penentang perbudakan, Ralph Waldo Emerson (1803-1882), mendengar tentang
keputusan kontroversial Thoreau tersebut. Ketika Emerson mengunjungi Thoreau di
penjara, dia bertanya dengan lembut, "Henry, mengapa kamu berada di sini
di penjara?" Thoreau memberikan jawaban klasik yang mencerminkan kesetiaan
dan komitmen penuh, "Waldo, mengapa kamu tidak di sini?"
Keputusan Thoreau untuk
rela hidup di dalam penjara sebagai bentuk protes terhadap perbudakan di
Meksiko menggambarkan cara radikal mengatasi ketegangan. Bagi Thoreau, pilihan
itu dianggap sebagai yang terbaik, walaupun harus menanggung konsekuensi masuk
penjara. Tindakan ini bukan hanya sekadar mengatasi ketegangan, tetapi juga
merupakan suara tegas dan nyata menentang perbudakan manusia.
Peristiwa ini
menunjukkan bahwa menghidupi ketegangan dengan cara yang tepat kadang-kadang
memerlukan langkah-langkah radikal dan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai
yang diyakini. Thoreau tidak hanya menghindari ketegangan dengan cara-cara
konvensional, tetapi memilih untuk menghadapinya secara langsung dengan
tindakan nyata yang membutuhkan pengorbanan pribadi.
Dalam konteks retret
tahap kedua ini, kisah Thoreau menjadi inspirasi dan peringatan bahwa
menghidupi ketegangan memerlukan keberanian untuk memilih jalur yang sesuai
dengan nilai-nilai yang diyakini. Perjalanan ini menjadi refleksi tentang
bagaimana kita dapat belajar dari tokoh-tokoh inspiratif seperti Thoreau untuk
menghadapi ketegangan hidup dengan bijaksana dan teguh pada prinsip-prinsip
yang dianut.
Hidup dalam tegangan
merupakan fenomena yang menggambarkan kompleksitas dan tantangan yang dihadapi
manusia sepanjang perjalanan personal historis. Analogi senar gitar yang distem
dengan presisi untuk menghasilkan harmoni indah menjadi perumpamaan yang
menarik, menggambarkan betapa pentingnya menghadapi ketegangan hidup dengan
bijaksana dan penuh kesadaran.
Ketegangan hidup,
seperti senar gitar yang ditarik dengan kencang, seringkali muncul dalam
berbagai bentuk dan konteks. Manusia dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit,
dilema moral, dan situasi yang memerlukan pengambilan keputusan. Dalam
realitas, kehidupan manusia penuh dengan kontras antara baik dan buruk, antara
pilihan yang baik atau lebih baik, bahkan di antara opsi yang sama-sama baik
namun memerlukan pemilihan yang sulit.
Salah satu ketegangan
hidup yang nyata adalah bagaimana manusia berinteraksi dengan fenomena
hedonisme, konsumerisme, dan sekularisme yang melibatkan teknologi modern.
Negara-negara maju seperti Jepang, Finlandia, dan Singapura telah memberikan
perhatian khusus pada kearifan lokal dan nilai budaya dalam menghadapi pengaruh
negatif modernisme. Sikap saling menghormati, menjaga integritas, dan
memperjuangkan hidup yang memiliki nilai menjadi landasan kuat untuk melawan
dampak negatif tersebut.
Diskresi hidup yang
didasarkan pada nilai-nilai utama membuat manusia lebih mudah menentukan arah
pilihan yang akan diambil. Contoh inspiratif datang dari sosok Mother Teresa
dari Calcutta, yang meskipun dihadapkan pada kekeringan rohani yang panjang dan
tawaran hidup mewah, memilih hidup sederhana dan mendedikasikan dirinya untuk
melayani orang miskin dan terpinggirkan. Kesetiaan pada nilai-nilai yang
dianggap lebih tinggi menjadi pilihan utama, meskipun menghadapi tekanan dan
ketegangan hidup.
Menghadapi ketegangan
hidup bukanlah tugas yang mudah. Diperlukan sikap mental prima dan pelatihan
terus-menerus agar manusia mampu menghadapi berbagai ketegangan yang ada
sepanjang perjalanan hidupnya. Bahkan, ketegangan hidup akan senantiasa ada,
meskipun manusia mungkin menginginkan kedamaian dan kesejahteraan. Salah satu
puncak ketegangan terbesar adalah ketika dihadapkan pada kematian, di mana
manusia dihadapkan pada pilihan apakah akan merelakan jiwa saat dipanggil atau
berusaha keras untuk memperpanjang hidup.
Ketidakpastian,
kegelisahan, dan kecemasan adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup
manusia. Namun, seperti senar gitar yang ditarik dan diatur dengan cermat,
manusia dapat memanfaatkan ketegangan hidup untuk menghasilkan harmoni dan
keindahan dalam melodi kehidupan mereka. Dengan menyusun dan menyeimbangkan
berbagai aspek kehidupan, manusia dapat menciptakan keseimbangan yang
memungkinkan mereka meresapi setiap nuansa yang ada, sebagaimana gitar
menghasilkan bunyi yang indah dari senar yang tegang.
Dengan pemberian akal
budi, semoga manusia mampu mengembangkan kemampuan berdiskresi yang
memungkinkan mereka menghadapi ketegangan hidup dengan bijaksana. Sehingga,
setiap individu dapat menjadi pemain gitar yang menghasilkan bunyi yang indah
atau pelukis warna dalam lukisan kehidupan ini, menciptakan harmoni yang
memukau dengan beragam nuansa.
Meskipun perjalanan
hidup penuh dengan tegangan atau tantangan dan perubahan, kemampuan untuk
menggabungkan berbagai warna atau corak hidup dan pengalaman dapat membentuk
sebuah lukisan indah. Yang penting, manusia diharapkan tetap berpegang pada
jalan yang benar, menjalani kehidupan dengan integritas, bahkan ketika
menghadapi liku-liku dan kejatuhan. Dengan demikian, setiap langkah yang
diambil akan menjadi kontribusi berharga dalam mengukir cerita kehidupan
yang penuh makna dan keindahan.
***
Tulisan ini dipersembahkan untuk Ibu dari Anak-anaku Felisha dan Felin
Medio Harekain Village, 13 Maret 2024