Danrem 161/Wira
Sakti, Brigjen Joao Xavier Barreto Nunes, di Makorem Wira Sakti, Kupang, NTT,
Rabu (17/4/2024). Foto: Yufengki Bria/detikBali |
"Ada pistol
rakitan yang diperkirakan sejak 1999 dan kebanyakan masyarakat menggunakannya
untuk baku hantam," ungkap Nunes di Makorem 161/Wira Sakti, Kupang, NTT,
Rabu (17/4/2024).
Nunes mengungkapkan
sebanyak 235 pucuk senjata api disita oleh Korem 161/Wira Sakti Kupang pada
2022-2023. Asal-usul senjata tersebut masih diselidiki.
Nunes mengimbau
masyarakat yang masih menyimpan senjata api segera menyerahkan senjata
tersebut. "Kami berharap masyarakat bisa sadar, terbuka hatinya, dan
segera mengembalikannya," pintanya.
Sejumlah senjata api
yang disita oleh tentara di Makorem 161/Wira Sakti, Kupang, NTT, Rabu
(17/4/2024). Senjata tersebut merupakan bekas dari konflik Timor Leste. Foto:
Yufengki Bria/detikBali |
Warga di perbatasan
Indonesia dan Timor Leste, Alfonso Hendriques Costa Soares Pinto, mengungkapkan
sejumlah warga di Pulau Timor, NTT, masih menyimpan senjata api rakitan setelah
gejolak di Timor Leste pada 1999. "Masih banyak (warga) yang menyimpan
senjata api" ujar warga Kabupaten Belu tersebut.
Pria yang memiliki nama
samaran Lafaek -buaya- itu memiliki sejumlah senjata api dari pejuang
kemerdekaan Timor Leste. Dia merampasnya dari para pejuang Timor Leste
tersebut.
Alfonso menyerahkan
tujuh senjata api kepada tentara di Kabupaten Belu. Dia menyarankan agar
tentara mendekati para pemilik senjata api dengan persuasif agar mereka mau
memberikan senjata tersebut. *** detik.com