ADAT
KAMPUNG NUMBEI DALAM ARUS GELOMBANG PERKEMBANGAN ZAMAN
Oleh: Frederick Mzq
Taroman Tahu Atok sebagai simbol pengetahuan dan perlindungan masyarakat Kampung Numbei
Budaya merupakan
sikap hidup manusia dalam hubungannya secara timbal balik dengan alam dan
lingkungan hidupnya, yang di dalamnya sudah tercakup pula segala hasil dari
cipta, rasa, karsa, dan karya, baik yang fisik materil maupun yang psikologis
dan spiritual.
Koentjaraningrat
dalam bukunya Pengantar Antropologi II (2005: 12) mengemukakan bahwa budaya
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Budaya Kampung Numbei
Kampung Numbei merupakan daerah di Kabupaten Malaka, Kecamatan Malaka Tengah, Desa Kateri dengan jumlah penduk ± 70-an KK. Di kampung Numbei ada beberapa suku yakni Suku Mamulak, Mota Ibun, Uma Klaran/Taromi, Tahu Atok, Debu Ain/Naisore dan beberapa suku yang lainnya. Bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa Tetun Terik. Secara umum, budaya di Kampung Numbei memiliki keterpaduan antara beberapa suku yang ada, meskipun terdapat perbedaan pada hal-hal tertentu. Namun dalam hal ini penulis lebih melihat kesamaannya.
Ada tiga kata
kunci yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan budaya yakni mulai dari
diri sendiri, mulai dari hal kecil dan mulai dari sekarang”
“Hidup itu harus
saling menghargai antar sesama sesuai tradisi adat yang berlaku”
“Didalam kehidupan
bermasyarakat harus saling menghargai antar sesama”
“Dimana ada
konflik harus hadir sebagai pembawa damai dengan konsep hadomi malu, haklaran, hakneter no haktaek malu”
“Haklaran saling memperhatikan satu sama
lain”.
” Hakneter – haktaek harus saling
mengargai”
“Diri sendiri
harus diurus beres sebelum urus yang lain’.
“Tidak boleh ada
konflik karena tidak akan menyelesaikan persoalan”.
Gelombang Zaman
Sebagian kecil
budaya yang disebutkan di atas, dalam perjalanannya tak dapat dihelakkan dari
perkembangan zaman, ditambah lagi perkembangan teknologi yang dirasakan oleh
seluruh masyarakat. Akibatnya budaya-budaya itu mulai terkikis seiring waktu
dikarenakan masyarakatnya mengingingkan yang express dan instan dalam
kehidupan.
Sebagian contoh
kecil budaya itu merupakan cerminan bagaimana ia menghadap zaman, dan tentunya
apabila hal yang kecil itu dibiarkan, maka budaya-budaya yang lebih besar
lainnya akan dihujam era globalisasi.Itu dapat dilihat dari beberapa contoh
kecil pada kegiatan-kegiatan pesta. Penulis mengambil contoh pada pesta, karena
budaya Kampung Numbei sangat kental tercermin sejak hari pertama pesta hingga
selesai.
Saat ini, acara
pesta masyarakat lebih menginginkan lebih cepat dan express yang memangkas
waktu dari biasanya, akibatnya budaya-budaya juga ikut terpangkas. Dahulunya
masyarakat mengundang pada acara tertentu harus menggunakan sekapur sirih, kini
diganti dengan kertas kecil yang hanya ditulis jadwalnya yang konon juga
disebut sekapur sirih. Budaya penyajian sirih pinang di masyarakat Kampung
Numbei pada dasarnya dihidangkan dengan pada kabir (tempat sirih pinang yang dianyam menggunakan daun lontar) kepada
setiap tamu, saat ini hal itu diganti dengan adat modern yakni menggunakan
piring kaca. Teknik menganyam kabir/koba pun
dengan corak motfinya yang khas hanya bisa dilakukan oleh kaum perempuan yang
sudah lanjut usia (ferek-ferek/Nenek-nenek
tua) sedangkan anak muda sudah tidak
mengetahuinya lagi.
Selayang Solusi
Pelestarian
terhadap suatu kebudayaan dapat berjalan lancar apabila mendapat dukungan dari
dari semua pihak. Suatu kebudayaan juga dapat lestari apabila didukung oleh
partisipasi dari masyarakatnya, tidak menutup kemungkinan apabila dalam
perjalanannya terdapat hambatan-hambatan, karena setiap perubahan yang terjadi
terhadap masyarakat akan berdampak buruk terhadap kebudayaannya.
Namun demikian,
hal itu dapat diatasi dengan beberapa cara yang mesti didukung dengan semangat
pelestarian. Karena apabila tanpa semangat dari setiap unsur masyarakat, maka
hal ini juga tak dapat dilakukan.
Pertama, para tokoh
masyarakat mesti dapat memberikan pendidikan adat dan budaya bagi penerus
generasinya terutama pemuda, sehingga mereka mengetahui adat dan budaya serta
maknanya dalam pelestarian. Dalam hal ini tokoh masyarakat mesti harus
menggelar pendidikan adat atau sosialisasi adat yang berkelanjutan di Kampung
Numbei.
Kedua, pemuda mesti
memupuk semangat dalam pelestarian adat dan budaya melalui belajar dengan tokoh
masyarakat. Sehingga sebagai penerus daerah dapat memahami adat dan budaya
daerahnya.
Ketiga, pelestarian
adat dan budaya tak dapat dijalankan oleh tokoh masyarakat dan pemuda saja
tanpa dukungan masyarakat. Maka dalam hal ini masyarakat mesti mendukung aturan
dan kegiatan adat budaya sehingga dapat lestari seumur masa.
Keempat, diharapkan
tokoh masyarakat Kampung Numbei dapat membuat wadah atau forum dewan adat dan
budaya Kampung Numbei sebagaimana daerah-daerah lainnya yang telah terlebih
dahulu membentuknya. Sehingga forum ini dapat menjadi rujukan masyarakat dalam
berbudaya dan beradat. Selain itu dengan forum ini juga dapat memperkaya
literasi bacaan budaya Kampung Numbei yang dapat diketahui dan dibaca semua
masyarakat.
Dalam
menjaga dan melestarikan budaya lokal yang ada dalam masyarakat dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seorang anggota
masyarakat khususnya kita sebagai generasi muda dalam mendukung kelestarian
budaya dan ikut menjaga budaya lokal diantaranya adalah :
a.
Mau mempelajari budaya tersebut,
baik hanya sekedar mengenal atau bisa juga dengan ikut mempraktikkannya dalam
kehidupan kita
b. § Mau mempelajari budaya tersebut, baik hanya sekedar mengenal atau bisa juga dengan ikut mempraktikkannya dalam kehidupan kita
§ Ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan
§ Mengajarkan kebudayaan itu pada generasi penerus sehingga kebudayaan itu tidak musnah dan tetap dapat bertahan
§ Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan budaya orang lain
§ Mempraktikkan penggunaan budaya itu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya budaya berbahasa
§ Menghilangkan perasaan gengsi ataupun malu dengan kebudayaan yang kita miliki
§ Menghindari sikap primordialisme dan etnosentrisme
§ Ajarkan budaya kepada orang lain
NEON IDA LARAN
IDA HAFUTAR RAI NUMBEI, KETA HALUA ADAT BE SIA RAI RELA