Covid-19: Indonesia belum temukan
varian baru virus corona, peneliti soroti kemampuan deteksi yang terbatas
Kapasitas Indonesia yang
terbatas untuk memeriksa mutasi virus menyebabkan hingga saat ini belum
diketahui pasti apakah varian baru virus corona yang pertama kali ditemukan di
Inggris sudah menyebar di dalam negeri, kata peneliti.
Sementara itu, sejak awal
pekan ini, sekitar 200 orang dari luar negeri sudah tiba di Indonesia menjelang
penerapan larangan WNA masuk Indonesia mulai tanggal 1 Januari, dalam upaya
mencegah penularan varian baru virus corona yang pertama dideteksi di Inggris.
Pemerintah sendiri
mengatakan sudah melakukan berbagai upaya untuk memitigasi penyebaran varian
virus, salah satunya dengan memberlakukan karantina wajib bagi mereka yang baru
tiba dari luar negeri.
Selain itu, akan
dilakukan pula upaya untuk mendeteksi varian virus baru, kata pemerintah.
Kerumunan di bandara
Melalui keterangan tertulisnya Selasa (29/12), pengelola Bandara Soekarno Hatta mengatakan ada sekitar 200 orang dalam kerumunan itu yang tengah menunggu untuk diantar ke tempat karantina.
"Proses menuju
lokasi karantina ini yang kemudian menyebabkan adanya kepadatan di Terminal
Tiga Kedatangan Internasional sebagaimana foto yang beredar di media sosial, karena
sejumlah pesawat juga datang bersamaan," kata Ketua Satgas Udara
Penanganan COVID-19 Kolonel Pas M.A Silaban.
Namun, seluruh penumpang
pesawat sudah berhasil dikarantina di sejumlah hotel yang ditunjuk pemerintah,
kata pengelola bandara.
Menanggapi celah
kedatangan pengunjung internasional sebelum 1 Januari, Juru Bicara Satgas
Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan para pengunjung telah
diwajibkan mengikuti mekanisme pencegahan penularan virus corona yang
ditetapkan satgas.
Dalam aturan yang
dikeluarkan tanggal 22 Desember lalu diatur bahwa pelaku perjalanan harus
menyerahkan hasil PCR negatif dari negara asal yang berlaku 2x24 jam sejak
keberangkatan.
Mereka juga diminta
melakukan karantina selama lima hari.
Selanjutnya, kata Wiku,
mulai tanggal 1 Januari 2021, seluruh WNA kecuali pejabat asing setingkat
menteri dan pemegang izin tinggal di Indonesia, akan dilarang masuk.
"Saya ingin
menekankan bahwa kebijakan yang diambil pemerintah merupakan upaya untuk
melindungi masyarakatnya dari penularan Covid-19 termasuk imported
case dari varian baru yang ditemukan di Inggris," ujarnya.
Varian baru virus corona
yang ditemukan di Inggris memiliki mutasi pada bagian "receptor-binding
domain", yang digunakan virus untuk menginfeksi sel tubuh manusia.
Kapasitas terbatas
Indonesia
Hingga kini, Satgas mengatakan belum menerima laporan varian baru virus corona yang pertama dideteksi di Inggris dan diumumkan pada 20 Desember lalu.
Sementara, negara
tetangga Indonesia, seperti Singapura, juga beberapa negara Asia seperti Hong
Kong, Korea Selatan, dan Jepang sudah mendeteksi varian itu.
Mutasi baru ini telah
terdeteksi di banyak negara Eropa, Kanada, Korea Selatan dan juga India.
Mutasi virus Covid-19 ini
disebutkan para ilmuwan menular secara lebih cepat namun tidak ada bukti yang
menunjukkan menyebabkan sakit yang lebih parah pada mereka yang terjangkit.
Walaupun belum terdeteksi
di Indonesia, bukan berarti varian virus baru belum masuk ke Indonesia, menurut
ahli virus Sidrotun Naim.
India memiliki jumlah
kasus virus corona terbanyak di dunia.
Ia menyorot kapasitas
Indonesia yang terbatas dalam mendeteksi mutasi virus melalui whole-genome
sequencing atau pengurutan gen virus secara menyeluruh.
"Apakah Indonesia
ada atau belum varian itu, kita tidak bisa bilang ada atau tidak. Yang jelas
datanya kita tidak punya karena kita tidak melakukan sequencing (pengurutan
DNA varian baru).
"Bagaimana bisa tahu
keberadaanya, ya harus dilakukan sequencing memang.
Misalnya untuk saat ini sedang banyak penularan di Jakarta, coba itu di sequence sudah
ada (varian virus baru) atau belum," kata Sidrotun.
India memiliki kasus virus corona terbanyak di dunia |
Proses mengetahui adanya
varian baru ini, kata Sidrotun Naim, terkendala karena memakan banyak biaya dan
waktu.
Ia merujuk data genom
virus yang dikumpulkan dari berbagai negara di Global Initiative on Sharing All
Influenza Data (GISAID) hingga Desember.
Kasus varian baru virus
corona terkini dikonfirmasi oleh Prancis.
Dari sekitar 300.000
data, Indonesia baru melaporkan pengurutan genom 125 virus corona, baik secara
utuh maupun parsial, dengan berdasarkan data terbaru di bulan Oktober.
Meski Sidrotun memuji
kemampuan Indonesia yang sudah meningkat pesat terkait pengujian genom virus,
data itu menunjukan Indonesia masih di belakang negara tetangganya.
Malaysia, misalnya, sudah
melaporkan 295 data dan Singapura dengan sekitar 1.500 data.
Sementara, setengah dari
total data global, dilaporkan oleh Inggris.
Padahal, menurut Ketua
Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada, Profesor Gunadi, Indonesia idealnya bisa melakukan
pengurutan genom 3.000 virus, atau 1% dari semua data global.
Sejauh ini, UGM sudah
mengurutkan genom 19 virus.
Ia lanjut menjelaskan
mengapa pemeriksaan varian virus penting.
"Pertama untuk
mengetahui jika ada mutasi baru yang diimpor dari luar, yang kedua mungkin ada
mutasi baru di Indonesia itu juga bisa, mengingat November, Desember, jumlah
kasus meningkat pesat," kata Gunadi.
Peningkatan kasus pesat,
kata Gunadi, terjadi di Inggris dan Afrika Selatan, dan saat diperiksa di kedua
negara tersebut terdeteksi varian virus baru.
"Kami hipotesisnya
di Indonesia mungkin ada varian atau mutasi baru yang spesifik Indonesia. Itu
fungsinya surveilans genomic. Nanti ketahuan itu," ujarnya.
Masih terlalu awal untuk
memastikan, namun para ilmuwan khawatir virus Covid-19 akan mengalami mutasi
yang membuatnya mampu lolos dari vaksin.
Terkait hal ini, juru
bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan pemerintah
berkomitmen untuk melakukan pemetaan genetik virus corona untuk dapat memahami
distribusi dan karakter virus.
Sementara itu, Menteri
Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang
Brodjonegoro mengatakan pada bulan Desember ini sudah dilakukan upaya untuk
mempercepat deteksi mutasi virus corona.
Salah satunya, kata
Bambang, dengan memberikan dana ke lembaga Eijkman untuk melakukan pemeriksaan
genom 1.000 virus corona.
Tingkatkan penelusuran
Menurut ahli virologi
Sidrotun Naim, Indonesia bisa mengejar untuk melakukan pengurutan genom virus
dengan memeriksa bagian-bagian penting virus saja, tidak perlu secara
keseluruhan.
"Bukan hanya karena
pertimbangan biaya, tapi juga kecepatan," ujarnya.
"Indonesia bisa buat
target, misal dalam sebulan harus 10 WGS (pemeriksaan keseluruhan) dan 100 parsial,"
ujarnya.
Varian baru virus corona
juga ditemukan di Afrika Selatan.
Dengan keterbatasan yang
ada untuk melakukan surveilans berbasis genom, Sidrotun menekankan pentingnya
penelusuran kasus Covid-19 demi memutus penularan virus.
"Kalau mau menangani
pandemi, fokus di peningkatan kapasitas tes, tracing, isolasi dan disiplin
masyarakat. Tracing manual asal serius sudah sangat membantu,"
ujarnya.
Sumber Berita: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55437436