Filosofi Berkebun, Semakin Kita Meneguknya, Semakin kita Haus Rasanya

Filosofi Berkebun, Semakin Kita Meneguknya, Semakin kita Haus Rasanya

Filosofi Berkebun, Semakin Kita Meneguknya Semakin Haus Rasanya


Tumbuhkan kebun Anda sendiri, jangan kagumi kebun orang lain dan panenlah untuk orang lain.



Hari ini, mungkin banyak orang sudah tidak suka berkebun. Karena berkebun sama sekali tidak keren. Bukan kegiatan yang prestise dan bertabur gengsi. Hidup di era digital, sepertinya sudah tidak cocok lagi menekuni aktivitas berkebun. Apalagi dikaitkan dengan pangkat, jabatan, bahkan harta. Berkebun pastinya "gak banget" buat orang zaman now. Maka berkebun,kini jadi aktivitas yang langka.

Kita sering lupa. Justru berkebun adalah satu-satunya pekerjaan yang tidak diragukan lagi manfaatnya. Bukan hanya tanda cinta pada alam semesta ciptaan-Nya. Tapi berkebun juga memberi makna yang luar biasa menakjubkan.

Berkebun itu sederhana. Menanam pohon, membersihkan kebuh. Memupuk. Atau ngoret istilahnya, merawat tanaman agar tetap tumbuh dengan baik. Atau membuang daun kering sekalipun. Ada banyak yang bisa dilakukan saat berkebun. Selain berkeringat, berkebun pun menjernihkan hati dan pikiran. Berkebun, bukan hanya melatih kesabaran. Tapi mengajarkan akan pentingnya ikhtiar dan berbuat kebaikan.

Berkebun, setidaknya mengajarkan pada saya 4 (empat) hal dalam kehidupan. Itulah yang saya sebuat "fiosofi berkebun". Apa saja?

1. TATA atau  menata. Berkebun bisa jadi sarana untuk menata diri; menata hati, pikiran, dan perilaku. Karena siapapun hidupnya harus ditata.  Karena bila tidak tertata, maka akan berantakan. Menata itu berarti menjaga keseimbangan. Lahr batin, duni akhirat dan apapun harus seimbang, harus ditata.

2. TITI atau merintis/memulai. Berkebun pun mengajarkan pentingnya untuk memulai ikhtiar baik. Kebaikan jangan hanya sebatas niat dan pikiran. Baik itu harus dilakukan, di-eksekusi. Karena tidak ada kebun yang indah tanpa dimulai. Bahkan tidak ada panenan di kebun bila kita tidak mulai menanamnya. Bila perlu, hasil panenan kebun itulah yang diberikan kepada orang lain untuk menikmatinya.

3. TANDUR atau menanam. Berkebun itu perbuatan menanam. Satu bibit tanaman ya harus ditanam. Agar tetap tumbuh, membesar dan berbuah. Maka berkebun artinya menanamlah dan rawatlah. Sambil berdia agar dapat dipanen dan memberi manfaat buat orang lain.

4. TUKUL atau tumbuh. Berkebuh itu membangun kesadaran untuk terus tumbuh. Sebagai makhluk Tuhan, tanaman pun harus tumbuh. Maka manusia pun harus tumbuh, harus berubah dari waktu ke waktu kea rah yang lebih baik. Dan biarkan apapun, biarlah tumbuh apa adanya. Untuk melatih agar tetap berani menjaga tanaman dari terpaan atawa godaan "angin" atawa "hama" yang bisa memastikan. Gangguan pada kebun pasti ada dan bisa datang kapan saja.

Dan yang paling penting. Sat berkebun, siapapun belajar untuk "mengejar sesuatu untuk berbuat kebaikan". Bukan sebaliknya "melakukan kebaikan demi sesuatu".

Maka berkebunlah sekarang. Agar kita tidak terbuai dalam hidup untuk mengejar hal yang sia-sia. Karena di dunia ini, banyak orang yang mengejarnya. Tapi mereka tidak tahu yang dikejar itu hanya sia-sia. Dunia memang begitu menggoda. Kenikmatan, kemewahan, kepangkatan, dan kekuasaan yang dikejar itu hanya sesaat saja. Hingga jadi sebab terjerembab ke dalam kebahagiaan semu. Itulah yang disebut "mburu kidang lumayu"; mengejar yang sia-sia.

Sungguh, dunia ini ibarat air laut. Semakin kita meneguknya, maka semakin haus rasanya. Semakin mengejar dunia, semakin terpedaya olehnya. Sementara berkebun, kita dapat melatih diri untuk tetap ikhtiar dengan baik di kebun sendiri ....

 

Filosofi Kebun



Gambar pohon yang kita buat disebut-sebut dapat dilihat sebagai perspektif kita terhadap perkembangan pribadi diri sendiri. Hal itu masuk akal bagi saya, karena pohon adalah figur kehidupan yang bertumbuh. Dari benih kecil berubah perlahan menjadi kekokohan. Begitulah diharapkan juga terjadi pada hidup manusia yang pribadinya terus bertumbuh dan berkembang.

Ketika saya dulu menyukai kegiatan berkebun, saya mengamini pemikiran di atas. Ada banyak hal di kebun yang bisa merepresentasikan kehidupan manusia. Beberapa minggu berada di kebun, dipadukan dengan kontemplasi pribadi, saya belajar memahami sebuah hal dasar dalam hidup manusia melalui kebun saya.

Pada siang hari, tanaman mengisap zat asam arang dan mengeluarkan zat asam. Pada malam hari, yang mereka lakukan adalah sebaliknya. Di sini peran udara sangat penting. Saya mengusahakan aliran udara cukup baik pada kebun saya. Namun, saya baru tahu bahwa beberapa tanaman saya peka terhadap angin. Reaksinya parah ketika saya letakkan mereka di tempat yang terbuka penuh angin. Daun-daun cepat layu dan rontok. Oleh karena itu, tanaman-tanaman sensitif ini punya “inkubator” tersendiri agar tetap mendapat udara tanpa masuk angin.

Dalam kehidupan, bukankah kita sering menemui banyak pribadi yang berbeda-beda? Setiap orang butuh berinteraksi dengan orang lain dalam hidupnya, karena manusia sejatinya adalah mahkluk sosial. Namun, kadang kita lupa memahami bahwa tidak semua orang seperti kita. Mereka punya pribadi masing-masing yang berbeda-beda. Sering kali kita melakukan sesuatu yang kita anggap baik, lucu, asik, membantu bagi mereka, tapi akhirnya malah melukai.

Mengaca pada beberapa tanaman saya yang sensitif, saya melihat kesamaan pada orang-orang tercinta di sekitar saya. Tidak semua perlakuan baik saya bisa mereka terima, karena saya kurang memahami kondisi pribadi mereka yang berbeda dari saya, bahwa apa yang biasa bagi saya bisa jadi sensitif bagi mereka.

Memberikan perlakuan sesuai dengan keperluan mereka, itu yang seharusnya kita lakukan. Tidak selalu menggunakan kacamata sendiri untuk menilai, tidak menyamaratakan orang dalam sebuah stigma, berpikir dua kali sebelum bertindak, dan berikan senyuman, teguran, sapaan, nasehat, bantuan, candaan yang sesuai dengan pribadi masing-masing orang.

Tanaman-tanaman kita akan sehat jika kita memahami karakteristik mereka, dan mungkin berlaku sama bagi percintaan, persahabatan, kekeluargaan, dan bisnis. Hubungan antar manusia akan langgeng bila saling memahami keistimewaan masing-masing dan berikan perlakuan yang sesuai bagi pribadi-pribadi tersebut.

Semoga kita menjadi pribadi pengasih yang mampu memahami pribadi-pribadi istimewa di sekitar kita.

Salam damai dari kebun saya ðŸ™‚

#FilosofiKebun

#BudayaLiterasi

 

 

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama