Perayaan Ekaristi tahbisan berlangsung juga dengan
memperhatikan protokol kesehatan ketat pada Sabtu, 5 Juni, pagi di Kapela Agung
STFK Ledalero.
Dalam tahbisan ini para tahbisan berasal dari tiga
keuskupan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Empat diakon dari Keuskupan
Larantunka, lalu tiga orang diakon dari Keuskupan Maumere. Dan sisanya
merupakan diakon dari Keuskupan Agung Ende.
Ketiga belas calon imam itu memilih, “Memberi dari
Kekurangan” sebagai tema tahbisan. Dan sekaligus menjadi pegangan sebagai
pelayan dan pewarta sabda Allah.
Adapun para tertahbis adalah, Fr. Yanto Lobo,
SVD, Fr. Luis Mite, SVD, Fr. Nelson Sogen, SVD. Kemudian Fr. Andi Saup, SVD,
Fr. Robi Dukarno,SVD, Fr. Karis Jua,SVD, Fr. Aris Gah SVD.
Lalu, Fr. Krispianus Leo SVD, Fr. Yanto Ria,SVD. Fr.
Laurensius Charlos Gaba,SVD. Dan Fr. Fidelis Mali, SVD, Fr. Yosep Lasakar, SVD,
dan Fr. Paskal Leuwayan SVD.
Pelayanan
Istimewa
Dalam homili tahbisan, Mgr. Fransiskus Kopong Kung
mengatakan bahwa seorang tertahbis harus bangga karena memiliki pelayanan
istimewa.
Dia juga menekankan bahwa pelayanan bukan dihitung
dari banyaknya tugas dan pekerjaan setiap hari. Melainkan roh, bagaimana
pelayanan itu dijiwai oleh roh yang memberikan manfaat positif bagi orang
lemah.
Tidak hanya bagi para tertahbis, Uskup Larantuka itu
juga menyebut seluruh umat dipanggil untuk melayani.
Karena itu merupakan salah satu ciri khas sebagai
orang kristiani, yang memiliki tanggung jawab pelayanan kepada sesama.
Rektor Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero Pastor
Frans Ceunfin, SVD menyebut bahwa tertahbis mesti memberikan diri sepenuhnya
kepada Tuhan.
Para Diakon juga mesti memperhatikan seluruh orang
yang terpinggirkan. Seperti Yesus yang memperhatikan janda miskin dan
terlantar. Ia pun berharap para kaum tertahbis meneladani sikap dan perilaku
Yesus Kristus dalam melayani orang miskin dan terpinggirkan.