Kenapa Orang Indonesia Tergila-gila dengan Gorengan? (Opini Publikpun Digoreng?)

Kenapa Orang Indonesia Tergila-gila dengan Gorengan? (Opini Publikpun Digoreng?)

Ilustrasi gorengan Foto: dok.Shutterstock



Setapak rai numbei"Karena saya pesepak bola, saya tidak boleh makan sembarangan. Nasi goreng sudah termasuk berat. Karena di sini makanan Indonesia kebanyakan digoreng. Itu tidak baik buat pesepak bola," kata bek Persija, Marco Motta, dikutip dari YouTube resmi klub.

Saya sebagai penggemar makanan yang digoreng heran juga, lho. Kenapa, ya, orang Indonesia sangat tergila-gila menggoreng sesuatu?


Di negara lain juga ada gorengan. Namun, gorengannya orang Indonesia ini ada yang juga masuk ke level ekstrem. Sesuatu yang semestinya tak digoreng, jadi digoreng.


Kalau sekadar tempe, tahu, kentang, ayam, bebek, dan bahan makanan hewani dan nabati lainnya digoreng, itu masih wajar. Bahkan, sekumpulan sayur digoreng dalam balutan tepung menjadi bakwan pun masih wajar. Saya pun penggemar berat bakwan.

Tempe Goreng dan Bakwan


Namun terkadang, orang Indonesia suka memaksakan untuk menggoreng sesuatu. Ketika tak ada bahan-bahan lain yang bisa digoreng, tepung doang digoreng. Makanya, jadilah jajanan bernama cireng dan cimol. Ini pun masih wajar.


Saya tidak habis pikir, siapa orang yang pertama kali menemukan ide untuk menggoreng buah. Pertama adalah pisang, kenapa kepikiran digoreng dengan tepung? Kemudian, saya juga pernah melihat, meski jarang, buah nanas dan leci digoreng tepung.


Lebih aneh lagi, saya pernah melihat oreo, biskuit yang manis itu, digoreng. Saya pun pernah melihat ada menu es krim goreng. Beberapa waktu lalu, di Instagram, saya melihat susu digoreng!


Ada apa, sih, dengan orang Indonesia ini? Mungkin ini sebabnya bisnis kelapa sawit bisa moncer. Mungkin sebabnya kalau harga minyak goreng melonjak, jadinya ribet.

Penjual gorengan


Saya kadang berpikir, apakah jika tak mengandalkan minyak, hidup bisa jadi lebih sejahtera? Coba lihat abang-abang gorengan di pinggir jalan. Mereka kalau mau jualan, harus ada minyak goreng.


Saya kadang berpikir, kalau mereka jual rebusan laku tidak, ya? Maksudnya, makanan-makanan seperti tempe, tahu, singkong yang biasa mereka jajakan itu direbus lalu dijual. Kan, mereka cuma perlu air untuk merebus. Lebih hemat pengeluaran, enggak, sih?


Cuma masalahnya, tak bisa dimungkiri bahwa tempe, tahu, dan singkong kalau digoreng lebih enak daripada direbus. Ini subyektif, sih, setidaknya menurut saya.


Makanan yang digoreng memang enak. Namun, apakah segalanya harus digoreng? Parahnya lagi di Indonesia, isu dan opini publik pun bisa digoreng. Eh...

 



Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama