Pemilih cerdas artinya pemilih
yang rasional, obyektif, memilih berdasarkan penilaian dirinya, bukan atas
dorongan uang, faktor saudara, suku dll.
Dengan menetapkan diri
sebagai pemilih cerdas tentu memilih tidak sekedar asal memilih, tapi
berdasarkan kriteria pilihan. Seperti bagaimana intregritasnya,
komitmennya, dedikasinya dan menguasai berbagai masalah masyarakat serta
bertanggung jawab pada aspiratif terhadap usulan pemilihnya.
Pemilih cerdas,
rasional dan obyektif itu adalah pemilih yang memiliki hubungan emosional,
bukan hubungan transaksional dengan calon pilihannya dan yakin betul bahwa yang
dipilihnya itu bakal menang. Maka pemilih cerdas itu pasti akan melindungi,
memelihara, menyayangi serta senantiasa akan mengkampanyekan pilihannya kepada
orang lain. Pemilih cerdas itu tak akan merepotkan calon yg akan dipilihnya
tetapi malah meringankan beban calon.
Untuk menjadi pemilih
cerdas, obyektif dan rasional, pemilih tentunya harus tahu dan memahami
kiat-kiat apa yg akan dibuat ketika calon pilihannya itu menang. Apa dan bagaimana
visi misinya, apa logis dan realistis bisa dilaksanakan atau tidak?
Seorang Calon Kepala Desa sebelum mencalonkan atau dicalonkan tentunya harus
sudah punya rancangan dan program. Akan kemana, akan berbuat apa
ketika dirinya kelak terpilih, apa yang perlu dibenahi, apa yang perlu
disegerakan untuk ditangani.
Pemilih cerdas,
rasional dan obyektif, tentunya sudah bisa membaca, rekam jejak si
calon Kepala Desa selama ini. Apakah ia berwawasan dan pantas untuk menjadi
Kepala Desa? Bukan karena alasan suka atau tidak suka, atau alasan saudara
kelompok, suku dan lainnya, apalagi alasan ‘memberi apa dan berapa?’
Melihat trek record calon bisa dilakukan melalui media,
pernyataan-pernyataannya ketika tatap muka dengan masyarakat, atau pengalaman
jasa baktinya pada masyarakat selama ini.
Berkaitan dengn
pandangan pemilih cerdas, rasional dan obyektif adalah pemilih yang
bisa membedakan mana calon Kepala Desa yang visioner, berwawasan mana calon
Kepala Desa yang hanya mengandalkan popularitas semu, dikenal karena kemampuan
ekonominya, karena ‘taburannya’. Pemilih rasional akan dapat membedakan mana
calon Kepala Desa yang memiliki visi mana calon Kepala Desa ambisi.
Calon Kepala Desa yang
lebih baik perkataannya, perbuatannya, dan memiliki intregritas niscaya
dia akan lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Kriteria calon
Kepala Desa visioner seperti itulah kiranya lebih berhak mendapat kesempatan
untuk dipilih. Bila kita mendaptkan Kriteria seperti itu yang diinginkan
pemilih, karena tentu akan lebih baik dalam mengerjakan programnya ketika
terpilih sebagai KEPALA DESA.
Masyarakat sudah mulai
terbiasa dengan polarisasi kampanye yang monoton. Maksudnya, praktik kampanye
yang penuh dengan obral janji, namun sampai masa jabatanya berakhir pun belum
ada bukti. Hal ini tentu akan berdampak kepada partisipasi masyarakat dalam berdemokrasi.
Fakta lain, pesta
demokrasi kerap berdampak pada perpecahan antar masyarakat, apapun kontes
pemilihanya. Termasuk pemilihan kepala desa.
Yang diperlukan saat
ini ialah kedewasaan dalam berpolitik, jangan mudah tersinggung. Kedepankan
sikap toleransi, saling menghargai, dan kedamaian.
Jangan mudah disuap,
kita mulai benahi proses berpolitik dari diri kita sendiri. Standarisasi untuk
memilih bukan dilihat dari siapa yang memberi lebih besar pada saat serangan
fajar.
Mulai sekarang,
masyarakat jangan mudah baper, kenali betul sosok calonnya. Bagaimana dengan
latar belakang kepribadianya? Kira-kira memiliki kepedulian sosial atau tidak?
Masyarakat mesti lebih kritis menilai visi dan misi seorang calon kepala desa
sebelum menentukan pilihan.
Karena kita ingin desa
milik kita bersama, bukan milik Kades pemenang kontes dan juga para koleganya.
Masyarakat ingin pemimpin yang berpikir visioner, mampu memaksimalkan desa
sebagai subjek pembangunan untuk kesejahteraan bersama.
Kini, masyarakat harus
lebih jeli dan cerdas sebelum pelaksanaan Pilkades. Sebab, tentu kita tidak mau
kena ghosting oleh calon kepala desa terpilih nanti, bukan?
"Pemimpin
terhebat belum tentu dia yang melakukan hal-hal terbesar. Tapi, dialah yang
membuat orang melakukan hal-hal terbesar." - Ronald Reagan