Beliau bercita-cita ingin sekali menjadi pengacara,
tapi lain halnya dengan ibunya yang menginginkan anaknya menjadi seorang PNS dengan
harapan kelak masa tuanya sang anak akan terjamin.
“Nak, ini ada informasi instansi pemerintah membuka
lowongan CPNS, secepatnya nak kamu mendaftar ya, pokoknya ibu tidak mau tahu,
kamu menjadi harapan satu-satunya ibu menjadi PNS seperti Bapak,” ujar sang ibu
dengan semangatnya.
Semua usaha Natasya untuk menjadi PNS di Instansi
pemerintah sudah semaksimal mungkin sudah dilakukan tapi Allah berkehendak
lain, yang mengharuskan harus lebih bersabar untuk mencapai harapannya.
Pada akhirnya tahun 2000 Natasya diberikan
kesempatan bekerja di instansi pemerintah, walaupun statusnya sebagai tenaga
honorer, tapi beliau bekerja dengan sepenuh hati.
Setelah berbagai pengalaman ikut tes CPNS diberbagai
instansi, akhirnya pada tahun 2008, Natasya diterima menjadi PNS di instansi
pemerintah.
Sejak awal memang Natasya tidak mau menjadi seorang
PNS, karena saat itu PNS gajinya sangat kecil daripada kantor swasta.
Selain itu, image pegawai swasta terlihat lebih
eksekutif, keren dengan kemeja, dasi, dan juga jas. Tidak seperti PNS yang
didominasi para orangtua dan mesin tonjoknya.
Namun, seiring berjalannya waktu, nyatanya hal
tersebut pun berbalik, saat ini sebagian besar orang berlomba-lomba untuk
menjadi PNS dan menjadi tren tersendiri bagi masyarakat pada umumnya.
Natasya sangat bersyukur mengikuti arahan sang ibu,
apa yang dikatakan oleh ibu sangat benar.
Berkarir sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)
merupakan salah satu hal yang didambakan berbagai kalangan masyarakat
Indonesia.
Sebab, sekarang ini banyak sekali kelebihan yang
ditawarkan bagi siapa pun yang bisa menjadi PNS.
Banyak orang mengatakan, PNS merupakan profesi yang
paling aman dan stabil ketimbang pekerjaan lainnya.
Bahkan, kelebihan tersebut umumnya tak bisa
didapatkan oleh orang-orang yang bekerja sebagai pegawai di perusahaan swasta.
Karena itulah, satu posisi dalam suatu instansi bisa
diperebutkan ribuan orang dalam seleksi CPNS yang diadakan setiap tahun.
Lantas, apa saja sih keuntungan menjadi PNS yang
pertama adalah penghasilan yang tetap, malah cenderung naik dengan berbagai
tunjangan-tunjangan lainnya.
Berbeda dengan karyawan swasta yang penghasilannya
ditentukan oleh kondisi industri dan performa perusahaan.
Selain itu sebagai timbal balik pengabdian PNS
terhadap negara, negara juga menjamin kelangsungan hidup para PNS saat memasuki
masa pensiun. Nah ini yang tidak kita dapatkan di perusahaan swasta.
Kemudian ini yang paling penting, keuntungan menjadi
PNS yang tak kalah menarik adalah profesi ini bebas dari pemutusan hubungan
kerja (PHK).
PNS bebas dari PHK karena perannya dalam melayani
masyarakat akan terus dibutuhkan, terlepas dari krisis ekonomi apapun.
Di situasi masa sulit seperti sekarang ini, pandemi
Covid 19 yang melanda seluruh negara, banyak perusahaan yang memutus kontrak
kerja para karyawannya secara besar-besaran, dikarenakan sudah tidak mampu lagi
untuk bangkit akibat pandemi ini.
Berbicara mengenai keuntungan tentu saja menjadi PNS
pasti ada kerugiannya, lantas apakah ada kerugiannya menjadi PNS dibandingkan
menjadi karyawan swasta.
Dengan segudang kelebihan yang sudah disebutkan di
atas, nyatanya menjadi PNS juga memiliki beberapa titik lemah dibandingkan
dengan orang yang bekerja sebagai karyawan swasta.
Salah satu kekurangannya yaitu sistem birokrasi yang
ada di negara ini kadang tidak sesuai dengan pribadi atau passion seseorang.
Hal ini umumnya menjadi kesulitan bagi orang
tersebut untuk bisa berkembang sesuai dengan passion dan skill yang dimiliki.
Semua yang menjadi PNS harus mengikuti aturan yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Kemudian terkait gaji, walaupun memiliki gaji tetap
tiap bulannya, tapi seorang PNS tidak bisa melakukan negosiasi gaji sesuai
dengan skill atau kemampuannya.
Sebab, gaji yang didapatkan sudah digolongkan sesuai
golongan kepegawaian dan sudah ditentukan oleh pemerintah.
Nah oleh karena itu, tergantung dari kita mana yang
lebih menarik untuk Anda, menjadi PNS atau karyawan swasta. Bagaimana dengan
Anda?
***
Sumber: kumparan.com