Pastor Richard Masivi Kasereka (36) dibunuh oleh orang-orang bersenjata di wilayah timur laut Lubero saat berkendara ke parokinya, St Michael the Archangel pada 2 Februari 2022. (Facebook) |
Pastor Richard Masivi Kasereka (36) dibunuh oleh
orang-orang bersenjata di wilayah timur laut Lubero saat berkendara ke
parokinya, St Michael the Archangel.
Kala itu, dia baru selesai mempersembahkan Misa
Hidup Bakti Sedunia di Kanyabayonga. Umat Katolik di Kongo memberikan
penghormatan kepada imam muda tersebut.
Uskup Melchisedec Sikuli Paluku dari Butembo-Beni
mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikirim pada 3 Februari kepada ACI
Africa, bahwa penyelidikan atas pembunuhan itu telah dimulai.
Serangan oleh Allied Democratic Forces (ADF)
telah dilaporkan di keuskupan Butembo-Beni. Kelompok pemberontak yang
berafiliasi dengan ISIS dari negara tetangga Uganda dilaporkan di bawah
kepemimpinan seorang Muslim yang murtad dari Kristen.
Uskup Paluku mengutuk serangan teroris di wilayah
itu tahun lalu. Dia mengatakan bahwa kelompok-kelompok bersenjata
“menghancurkan sekolah dan rumah sakit.”
“Mereka bahkan membunuh orang sakit saat mereka
berbaring di ranjang rumah sakit. Tiada hari berlalu tanpa ada korban jiwa,”
kata Paluku pada Mei 2021.
“Banyak yang menyaksikan orang tua mereka dibunuh.
Ada banyak anak yatim dan janda. Desa-desa telah dibakar habis. Kami berada
dalam kondisi yang sangat menyedihkan.”
Uskup Kongo telah mengumumkan novena di seluruh
keuskupan pada 3-11 Februari 2022 dengan “niat saleh untuk keselamatan jiwa
Pastor Richard kepada belas kasihan Tuhan.”
Almarhum imam mengucapkan kaul kekalnya di Order
of Clerics Regular Minor pada Maret 2018 dan ditahbiskan menjadi imam pada
Februari 2019. Ia adalah alumnus Tangaza University College yang berbasis di
Kenya – sebuah lembaga pendidikan yang dimiliki bersama oleh 22 ordo religius.
Dia bertugas sebagai imam di St. Michael the Archangel
sejak Oktober 2021.
“Saya ingat dia sebagai seorang religius yang
berdedikasi, misionaris yang berdedikasi. Dia mencintai keluarga religius
kami,” kata Pastor Laurianus Banyuzukwabo Tuyisabe.
Pastor para Migran
Tuyisabe, yang saat ini bertugas sebagai pastor bagi
para migran dan pengungsi di Keuskupan Aversa Italia, menambahkan: “Mereka yang
bertemu dengannya akan mengingatnya karena kebaikan dan semangat
kegembiraannya, yang menarik begitu banyak orang kepadanya.”
Pastor Teodoro Kalaw, pemimpin umum Order of
Clerics Regular Minor, mengutuk pembunuhan itu dan mengingat kemurahan hati
Masivi.
"Kami mengutuk tindakan pembunuhan ini dan kami
berdoa agar keadilan segera ditegakkan," kata Kalaw.
“Dia yang dengan murah hati memberikan hidupnya
kepada Tuhan melalui profesi penasihat evangelis dalam keluarga religius kami,
nyawanya diambil darinya dengan cara yang kejam dan tercela,” katanya.
Misa pemakaman Masivi telah dijadwalkan pada 5
Februari di Sanctuary St. Francis of Assisi, Kaghuntura.
“Dia
mengalami bayang-bayang salib dan penumpahan darahnya akan, dalam kata-kata Pastor
Tertullianus, darah para martir adalah benih Gereja,” kata Kalaw.
“Kematian Pastor Richard bukanlah cerita terakhir
melainkan awal dari kehidupan baru … Kehilangan yang kita alami adalah
kesaksian dan pengakuan atas kebaikan yang dia lakukan dan cinta yang dia
tunjukkan kepada kita ketika dia berada di antara kita.” ***
Sumber: https://www.enbeindonesia.com