Susi Susanti |
Di kala senior lainnya
telah bertumbangan, Susi justru melaju hingga babak 8 besar.
Prancis Open sendiri
digelar di kota Toulouse yang hanya berjarak dua jam perjalan ke Lourdes,
dimana terdapat Gua Maria tempat terjadi peristiwa penampakan Bunda Maria.
Karena beberapa atlet
bulutangkis yang ikut ke turnamen Prancis Open beragama Katolik dan sudah gugur
dalam turnamen tersebut, mereka bersepakat untuk pergi ke Lourdes.
Saat susi sedang
bertanding di babak 8 besar, dari tribun penonton para seniornya berteriak jika
keesokan harinya mereka akan pergi ke Lourdes. Hal ini membuat konsentrasinya
terganggu. Padahal dirinya telah berhasil mengamankan set pertama.
” Aku ingat persis saat
itu babak kedua, aku sementara unggul 8-3 saat senior aku berteriak dari tribun
penonton kalau mereka mau ke Lourdes keesokan harinya. Aku langsung berpikir,
kalau menang aku nggak bisa ikut ke Lourdes. Sementara aku sendiri berpikir ini
kesempatan aku Lourdes, kapan lagi,” ujar Susi yang mengaku cerita ini baru
pertama kali ia ceritakan ke publik.
Dirinya pun sengaja
kalah dalam pertandingan tersebut dan gagal melaju ke semifinal demi bisa ke
Laurdes.
” Di marahi juga
persetan, yang penting aku ke Lourdes,” ujarnya mengenang peristiwa tersebut.
Keesokan harinya, Susi
pun pergi ke Gua Lourdes dan mengikuti perayaan Ekaristi di sana. Saat komuni
tiba, Susi dua kali menerima hosti dari dua pastor yang berbeda. Peristiwa yang
sebelumnya belum pernah ia alami. Biasanya ia hanya menerima satu hosti dalam
setiap perayaan Ekaristi. Susi yang saat itu baru berusia 17 tahun lalu
menelpon ayahnya untuk bertanya apakah hal tersebut salah.
” Saya telepon ayah
saya untuk bertanya apakah saya salah sudah menerima dua hosti dalam satu
perayaan Ekaristi. Ayah saya lalu bilang kalau saya diberkati dan akan
mendapatkan rejeki atau berkat,” kisah Susi.
Hanya satu tahun
berselang, tepatnya di tahun 1989, pernyataan sang ayah terbukti. Susi menjadi
juara dalam turnamen Sudirman Cup. Karir Susi dalam dunia bulutangkis pun terus
meroket hingga menjadi juara Olimpiade.
” Puji Tuhan setelah
kejadian itu, saya langsung menjadi juara di turnamen Sudirman Cup dan juara di
beberapa event lainnya,” sebutnya.
Setelah peristiwa itu,
Susi mengaku lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan Bunda Maria. Dirinya
mengaku, setiap malam sebelum bertanding, dirinya selalu menyempatkan diri
berdoa Rosario. Tak sampai di situ, Susi juga membawa lebih dari satu Rosario
setiap kali bertanding.
” Berdoa dan membawa
Rosario setiap kali mau bertanding memberikan saya kekuatan dan keyakinan. Saya
rasa ada yang kurang kalau tidak bawa Rosario. Dan setiap kali mau kalah pasti
ada tanda-tanda dari Rosario yang saya bawa. Entah Rosario itu hilang, putus,
atau salibnya hilang,” urainya.