Susi Susanti "Gua Lourdes, Rosario dan Bulu Tangkis" (Pengalaman Rohani)

Susi Susanti "Gua Lourdes, Rosario dan Bulu Tangkis" (Pengalaman Rohani)

Susi Susanti


Setapak rai numbei Legenda bulu tangkis Indonesia, Lucia Francisca Susi Susanti Haditono atau yang lebih dikenal dengan nama Susi Susanti berbagi kisah spiritual dengan Daniel Mananta dalam Podcast Daniel Tetanggamu. Susi begitu sapaan akrabnya bercerita tentang pengalaman spiritualnya saat pertama kali mengikuti turnamen Prancis Open di level senior pada Tahun 1988. Kala itu, Susi yang belum memiliki peringkat dunia harus melewati babak kualifikasi dalam turnamen tersebut. Dirinya yang tidak menjadi unggulan dalam turnamen tersebut justru mampu membuat kejutan.

Di kala senior lainnya telah bertumbangan, Susi justru melaju hingga babak 8 besar.


Prancis Open sendiri digelar di kota Toulouse yang hanya berjarak dua jam perjalan ke Lourdes, dimana terdapat Gua Maria tempat terjadi peristiwa penampakan Bunda Maria.


Karena beberapa atlet bulutangkis yang ikut ke turnamen Prancis Open beragama Katolik dan sudah gugur dalam turnamen tersebut, mereka bersepakat untuk pergi ke Lourdes.


Saat susi sedang bertanding di babak 8 besar, dari tribun penonton para seniornya berteriak jika keesokan harinya mereka akan pergi ke Lourdes. Hal ini membuat konsentrasinya terganggu. Padahal dirinya telah berhasil mengamankan set pertama.


” Aku ingat persis saat itu babak kedua, aku sementara unggul 8-3 saat senior aku berteriak dari tribun penonton kalau mereka mau ke Lourdes keesokan harinya. Aku langsung berpikir, kalau menang aku nggak bisa ikut ke Lourdes. Sementara aku sendiri berpikir ini kesempatan aku Lourdes, kapan lagi,” ujar Susi yang mengaku cerita ini baru pertama kali ia ceritakan ke publik.


Dirinya pun sengaja kalah dalam pertandingan tersebut dan gagal melaju ke semifinal demi bisa ke Laurdes.


” Di marahi juga persetan, yang penting aku ke Lourdes,” ujarnya mengenang peristiwa tersebut.


Keesokan harinya, Susi pun pergi ke Gua Lourdes dan mengikuti perayaan Ekaristi di sana. Saat komuni tiba, Susi dua kali menerima hosti dari dua pastor yang berbeda. Peristiwa yang sebelumnya belum pernah ia alami. Biasanya ia hanya menerima satu hosti dalam setiap perayaan Ekaristi. Susi yang saat itu baru berusia 17 tahun lalu menelpon ayahnya untuk bertanya apakah hal tersebut salah.


” Saya telepon ayah saya untuk bertanya apakah saya salah sudah menerima dua hosti dalam satu perayaan Ekaristi. Ayah saya lalu bilang kalau saya diberkati dan akan mendapatkan rejeki atau berkat,” kisah Susi.


Hanya satu tahun berselang, tepatnya di tahun 1989, pernyataan sang ayah terbukti. Susi menjadi juara dalam turnamen Sudirman Cup. Karir Susi dalam dunia bulutangkis pun terus meroket hingga menjadi juara Olimpiade.


” Puji Tuhan setelah kejadian itu, saya langsung menjadi juara di turnamen Sudirman Cup dan juara di beberapa event lainnya,” sebutnya.


Setelah peristiwa itu, Susi mengaku lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan Bunda Maria. Dirinya mengaku, setiap malam sebelum bertanding, dirinya selalu menyempatkan diri berdoa Rosario. Tak sampai di situ, Susi juga membawa lebih dari satu Rosario setiap kali bertanding.


” Berdoa dan membawa Rosario setiap kali mau bertanding memberikan saya kekuatan dan keyakinan. Saya rasa ada yang kurang kalau tidak bawa Rosario. Dan setiap kali mau kalah pasti ada tanda-tanda dari Rosario yang saya bawa. Entah Rosario itu hilang, putus, atau salibnya hilang,” urainya. 





 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama