Ia tak pandai
mengungkapkan cinta, karena bentuk cintanya adalah kerja. Ia bukan atm, tapi
ketika aku membutuhkan uang, entah bagaimana caranya? Ia selalu mampu
menyediakan. Orangnya sederhana tapi cintanya tiada duanya.
Ia tameng perlindungan
ketika aku dalam masalah dan tempat perteduhan ternyaman. Ada di sampingnya aku
merasa baik-baik saja, tak perlu ada yang harus aku kwatirkan. Tak peduli apa
pun yang akan terjadi padanya, intinya, ia dapat memastikanku baik-baik saja,
itu sudah lebih dari cukup baginya.
Ayah, tak perlu hamil
untuk ikut menderita, tak perlu melahirkan untuk ikut kesusahan dan tak perlu
menyusui untuk ikut terluka. Ia pemilik cinta dalam diam yang tak perlu banyak
kata, tapi dengan tindakan nyata.
Dada lapang, bahu kekar, berjiwa tegas dan pemilik cinta dalam diam, dialah sosok yang sangat hebat. Bersamanya, dalam gelap sekalipun ada rasa aman. Belaian tangannya walaupun kasar, karena kerjanya yang berat. Namun, mampu menenangkan.
Cintanya tersebunyi.
Namun, tulus tak terbalaskan. Ia jarang di rumah, bekerja demi tercukupinya
segala kebutuhanku. Keluhnya tak pernah aku dengar. Keriput-keriput pada tulang
pipinya adalah gambaran nyata dari kerasnya perjuangan dan besar cintanya.
Ia tulus mencintai
tanpa peduli cintanya dibalas ataupun tidak. Yang ia tahu hanya memberi tanpa mau
menuntut balas. Tak pernah ada catatan hutang yang harus aku lunasi sebagai
ganti keringatnya. Selain ibu, dialah kesempurnaan cinta itu juga.