Video insiden
penyerangan dokter tersebut viral di media sosial. Menanggapi itu, pihak RSUD
Jayapura menyayangkan aksi pengeroyokan tersebut. Dia menceritakan peristiwa
pengeroyokan tersebut terjadi pada Sabtu, 16 April 2022.
Direktur RSUD Jayapura,
dr. Anton Mote, menyampaikan pengeroyokan terjadi karena diduga kesalahpahaman
antara keluarga pasien dengan korban dokter James Gedi, yang bertugas saat itu.
Dia mengatakan imbas pengeroyokan itu, rekan sejawat dokter lainnya merasa
tidak nyaman saat bekerja di RSUD Jayapura.
“Adanya pemukulan pada
dokter ini, teman-teman dokter lainya merasa tidak nyaman melaksanakan
pelayanan di ruang perawatan dan rawat jalan. Kami minta kepada masyarakat
tindakan anarkis seperti ini tidak boleh terjadi," kata Anton, Senin, 18
April 2022.
Namun, karena keluarga
pasien tak terima penjelasan dokter dan tak paham dengan SOP, terjadilah
pengeroyokan terhadap James Gedi. Dia mengatakan kondisi James yang jadi korban
pengeroyokan mengalami luka memar di bagian wajah.
“Kita sudah laporkan ke
polisi untuk pelaku diproses hukum karena dokter kami mengalami memar pada
bagian wajah. Kami harap kasus ini diseriusi oleh pihak kepolisian untuk
menangkap pelaku," tutur Anton Mote.
Terkait dokter yang tak
merasa aman, ia mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Polda Papua.
Koordinasi ini diperlukan untuk menambah personel di RSUD Jayapura.
Dia mengimbau bagi
keluarga pasien yang mau bertanya atau konfirmasi ke dokter mesti dengan cara
baik. Pun, dia bilang masalah ini sudah dilaporkan ke Polda Papua. Anton minta
agar kasus ini diselesaikan secara hukum dan pelaku diproses.
Dia menekankan dokter
James Gedi sudah melakukan tugasnya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
atau SOP di rumah sakit.
Kemudian, ia
menambahkan pihaknya juga akan memproses penyebar video di mendia sosial yang
saat ini viral. Sebab, video itu telah menyudutkan pihak rumah sakit. Dalam
video itu, dokter di RSUD Jayapura dituding membunuh orang asli Papua.
“Kita telah melaporkan
pemilik akun YouTube yang menyebarkan video. karena dalam video itu dibilang
dokter di rumah sakit Jayapura adalah pembunuh Orang Asli Papua,"
tuturnya.
"Jadi saya mau
tegaskan ya, bahwa kami disini (dokter-red) bukan pembunuh Orang Asli Papua
(OAP). Saya juga menjamin bahwa seluruh dokter yang bertugas disini bukan pembunuh,"
ujarnya.
Menurut dia, video itu
telah menjatuhkan semangat para dokter yang bertugas di RSUD Jayapura. Selain
itu, video tersebut mencoreng profesi dokter.
"Kami meminta
pihak kepolisian untuk menangkap pemilik akun YouTube yang menyebarkan video
tersebut," ujarnya. *** trans7.co.id