Asyik! Wujudkan Toleransi, Tokoh Katolik Malang Kunjungi Ponpes Az-Zainy

Asyik! Wujudkan Toleransi, Tokoh Katolik Malang Kunjungi Ponpes Az-Zainy

TRADISI: Para tokoh Katolik Keuskupan Malang mengunjungi kediaman pimpinan Ponpes Az-Zainy Tumpang KH Zain Baik untuk mengucapkan selamat Idul Fitri kemarin. (YUDHISTIRA/RADAR MALANG)


Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk Numbei)Nuansa toleransi antarumat beragama yang begitu kental terlihat di kediaman KH Zain Baik kemarin (4/5). Itu terjadi saat rombongan romo, suster, dan frater, dari Keuskupan Malang mengunjungi pengasuh pesantren Ponpes Rehabilitasi Mental Az-Zainy, Desa Pandanajeng, Tumpang tersebut untuk mengucapkan selamat Idul Fitri.

Rombongan tokoh agama Katolik itu dipimpin Ketua Hubungan Antar Kepercayaan (HAK) Keuskupan Malang Romo Peter B. Sarbini. Saat tiba di ponpes tersebut, Romo Sarbini disambut hangat Gus Zain. Demi mengapresiasi pimpinan ponpes, Romo Sarbini juga mengenakan peci. Gus Zain juga menyalami para romo, suster, serta frater. Seperti Suster Annuciata dari Kongregasi Suster PIJ, Romo Adam dari Paroki Katedral Ijen, Romo Eko Atmono dari Paroki Lely, hingga Frater Irenus CSA.

Sembari bercanda, Romo Sarbini menegaskan kembali bahwa suasana seperti itu sudah menjadi kebiasaan sebelum pandemi Covid-19. ”Kami, romo, suster, dan frater dari gereja Katolik di Malang mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri. Kami sangat berterima kasih atas kehangatan dan keakraban dengan Gus Zain selama bertahun-tahun,” ujar Romo Sarbini kepada Jawa Pos Radar Malang di sela-sela acara silaturahmi itu.

Menurut Romo Sarbini, kehidupan antarumat beragama di Malang sudah seyogianya bisa berjalan harmonis. Sebab kemajemukan bukanlah sebuah kelemahan bagi masyarakat. Sebaliknya, keberagaman adalah kekuatan dan harta bagi keberlangsungan sebuah peradaban. Dengan sikap saling menghargai, Romo Sarbini yakin Malang adalah pusatnya toleransi. ”Hidup dalam kemajemukan itu memperkaya kita semua. Kami gembira bisa menjalin persaudaraan seperti ini. Saya rasakan di sini (ponpes Az-Zainy) ada kesejukan dan kesegaran. Semoga persaudaraan ini bisa kita bina selamanya,” tambah tokoh agama dari Seminari SVD Malang itu.

Suasana akrab makin terasa ketika suguhan makanan sudah tersaji di atas meja. Gus Zain memimpin doa makan dengan bacaan Al-Fatihah. Begitu doa selesai, para romo, frater, dan suster menyentuhkan jari tangan ke dahi, dada, dan kedua bahu. Itu merupakan tanda salib yang biasanya diiringi dengan pengucapan rumusan trinitarian yang dipercayai kesakralannya oleh umat Katolik. Sembari menikmati hidangan, Gus Zain mengaku telah merindukan suasana seperti hari itu.

Dua tahun belakangan, dia tidak bebas bertemu dengan para tokoh agama Katolik di Malang akibat pandemi. Begitu Covid-19 menurun, Gus Zain dengan tangan terbuka menjalin lagi silaturahmi secara langsung. ”Ini hari bahagia. Saya senang sekali,” ujarnya. Bagi Gus Zain, para romo yang kemarin hadir adalah tamu agung di pondok pesantren yang dia kelola. ”Terakhir kali kami bertemu langsung di Gereja St Albertus Blimbing sebelum pandemi. Kami ini sudah teruji, berteman puluhan tahun. Mudah-mudahan panjang umur semua,” imbuhnya.

Gus Zain mengungkapkan bahwa keakraban dan persaudaraan penuh cinta kasih antarumat beragama adalah Islam yang sesungguhnya. ”Ini adalah contoh nyata miniatur Indonesia. Wujud kebinekaan dan NKRI. Banyak yang bisa kita petik dari persaudaraan seperti ini,” tutup Gus Zain.(fin/fat)

*** 

Source: radarmalang.jawapos.com

 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama