TRADISI: Para tokoh Katolik Keuskupan Malang mengunjungi kediaman pimpinan Ponpes Az-Zainy Tumpang KH Zain Baik untuk mengucapkan selamat Idul Fitri kemarin. (YUDHISTIRA/RADAR MALANG) |
Rombongan tokoh agama
Katolik itu dipimpin Ketua Hubungan Antar Kepercayaan (HAK) Keuskupan Malang
Romo Peter B. Sarbini. Saat tiba di ponpes tersebut, Romo Sarbini disambut
hangat Gus Zain. Demi mengapresiasi pimpinan ponpes, Romo Sarbini juga
mengenakan peci. Gus Zain juga menyalami para romo, suster, serta frater.
Seperti Suster Annuciata dari Kongregasi Suster PIJ, Romo Adam dari Paroki
Katedral Ijen, Romo Eko Atmono dari Paroki Lely, hingga Frater Irenus CSA.
Sembari bercanda, Romo
Sarbini menegaskan kembali bahwa suasana seperti itu sudah menjadi kebiasaan
sebelum pandemi Covid-19. ”Kami, romo, suster, dan frater dari gereja Katolik
di Malang mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri. Kami sangat berterima kasih
atas kehangatan dan keakraban dengan Gus Zain selama bertahun-tahun,” ujar Romo
Sarbini kepada Jawa Pos Radar Malang di sela-sela acara silaturahmi itu.
Menurut Romo Sarbini,
kehidupan antarumat beragama di Malang sudah seyogianya bisa berjalan harmonis.
Sebab kemajemukan bukanlah sebuah kelemahan bagi masyarakat. Sebaliknya,
keberagaman adalah kekuatan dan harta bagi keberlangsungan sebuah peradaban.
Dengan sikap saling menghargai, Romo Sarbini yakin Malang adalah pusatnya
toleransi. ”Hidup dalam kemajemukan itu memperkaya kita semua. Kami gembira
bisa menjalin persaudaraan seperti ini. Saya rasakan di sini (ponpes Az-Zainy)
ada kesejukan dan kesegaran. Semoga persaudaraan ini bisa kita bina selamanya,”
tambah tokoh agama dari Seminari SVD Malang itu.
Suasana akrab makin
terasa ketika suguhan makanan sudah tersaji di atas meja. Gus Zain memimpin doa
makan dengan bacaan Al-Fatihah. Begitu doa selesai, para romo, frater, dan
suster menyentuhkan jari tangan ke dahi, dada, dan kedua bahu. Itu merupakan
tanda salib yang biasanya diiringi dengan pengucapan rumusan trinitarian yang
dipercayai kesakralannya oleh umat Katolik. Sembari menikmati hidangan, Gus
Zain mengaku telah merindukan suasana seperti hari itu.
Dua tahun belakangan,
dia tidak bebas bertemu dengan para tokoh agama Katolik di Malang akibat
pandemi. Begitu Covid-19 menurun, Gus Zain dengan tangan terbuka menjalin lagi
silaturahmi secara langsung. ”Ini hari bahagia. Saya senang sekali,” ujarnya.
Bagi Gus Zain, para romo yang kemarin hadir adalah tamu agung di pondok
pesantren yang dia kelola. ”Terakhir kali kami bertemu langsung di Gereja St
Albertus Blimbing sebelum pandemi. Kami ini sudah teruji, berteman puluhan
tahun. Mudah-mudahan panjang umur semua,” imbuhnya.
Gus Zain mengungkapkan bahwa keakraban dan persaudaraan penuh cinta kasih antarumat beragama adalah Islam yang sesungguhnya. ”Ini adalah contoh nyata miniatur Indonesia. Wujud kebinekaan dan NKRI. Banyak yang bisa kita petik dari persaudaraan seperti ini,” tutup Gus Zain.(fin/fat)
***
Source: radarmalang.jawapos.com