Para pastor. tokoh agama, Bimas Katolik dan tamu undangan dalam Rakernas Pesparani/Dok. Humas LP3KN |
Pertama, toleransi
yaitu sikap aktif bukan sekadar pasif tentang menghargai orang lain. Kedua,
nilai kemanusiaan yaitu menentang apapun yang bertentangan dengan harkat dan
martabat manusia. Ketiga, budaya lokal harus diterima sebagai penguat
kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, komitmen kebangsaan terhadap
Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
“Empat indikator ini
harus mewarnai Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik II di Kupang,
Nusa Tenggara Timur tahun 2022 ini. Jadi bukan sekadar pesta gerejani, tetapi
pesta kemanusiaan,” ujar Mgr. Subianto dalam Misa syukur pembukaan Rapat Kerja
Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional di Pusat Pastoral
Samadi, Klender, Jakarta Timur pada Minggu, 13/5.
Para pastor. tokoh agama, Bimas Katolik dan tamu undangan dalam Rakernas Pesparani/Dok. Humas LP3KN |
Mewakili KWI, Mgr.
Subianto menegaskan dari Pesparani lahirlah semangat persaudaraan. Semua orang
berusaha menyanyikan, melantunkan, dan melafalkan persaudaraan. Ada satu
tarikan nafas persaudaraan dalam Pesparani.
Sebutnya Gereja Katolik
mendukung penuh program-program penguat moderasi beragama dari Kementerian Agama.
Gereja mendukung pemerintah untuk menguatkan kesadaran masyarakat akan hidup
beragama orang lain.
Sekretaris Eksekutif KWI Mgr. Antonius Subianto, OSC/Dok. Humas LP3KN |
Karena itu Gereja
berharap dalam Rakernas kali ini perlu membahas hal-hal penting khususnya
situasi-situasi tertentu yang berpotensi menghambat moderasi beragama.
“Anggota LP3KN dan
LP3KD perlu serius mengevaluasi persoalan-persoalan internal yang tidak sejalan
dengan semangat persaudaraan yang menguat di Pesparani.”
Ketua Bidang Humas
LP3KN, Muliawan Margadana menambahkan Pesparani II di Kupang harus membawa
pesan persaudaraan. Pesparani harus dipandang sebagai perlombaan yang
menyuarakan persaudaraan, kerukunan dalam bingkai kebhinekaan. Sebab,
menurutnya, kebhinekaan merupakan kekayaan bangsa yang besar.
“Persatuan, kerukunan,
dan persaudaraan harus dipertahankan agar membawa Indonesia menjadi negara yang
besar dan dihormati karena penghargaan terhadap martabat manusia diutamakan.
***
Humas LP3KN
Artikel ini diambil dari hidupkatolik.com