Sorgum sendiri
merupakan tanaman yang bisa digunakan sebagai pengganti nasi. Upaya penanaman
sorgum tersebut dilakukan Indonesia mengingat adanya peringatan akan
ancaman krisis pangan.
"Dalam rangka
peringatan yang diberikan oleh FAO, peringatan juga diberikan oleh PBB, bahwa
dunia sekarang ini dan yang akan datang akan mengalami krisis pangan,"
kata Jokowi dikutip melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Kamis.
"Sekarang sudah
kelihatan sekarang ini harga-harga pangan dunia semuanya naik. Oleh sebab itu,
harus ada rencana besar, plan negara kita menghadapi ancaman krisis
pangan itu," sambungnya.
Atas kondisi tersebut,
Jokowi menginginkan adanya berbagai alternatif untuk bahan pangan, selain
beras. Selain jagung dan sagu, Jokowi juga fokus pada penanaman sorgum.
Di Kabupaten Sumba Timur,
pemerintah mencoba untuk menanam sorgum di lahan seluas 60 hektar. Jokowi
melihat hasil yang baik dari upaya penanaman sorgum tersebut.
"Kita lihat
sendiri hasilnya sangat baik secara ekonomi juga masuk, bisa merekrut banyak
sekali SDM tenaga kerja kita," tuturnya.
"Hasilnya per
hektare per tahun bersih kurang lebih 50-an juta, ini juga sangat bagus.
Artinya kalau dibagi 12, per bulan mencapai kurleb (kurang lebih) 4 jutaan, ini
kan juga sebuah hasil yang tidak kecil," sambungnya.
Memiliki hasil yang
baik, Jokowi lantas memerintahkan pimpinan daerah setempat untuk memastikan
apakah ada lahan lainnya yang juga bisa ditanami sorgum.
"Sehingga kita
tidak tergantung kepada gandum, tidak tergantung pada jagung dari impor,"
tuturnya.
Kalau sudah mendapatkan
beberapa kendala dari penanaman sorgum dan
menemukan solusinya, Jokowi berharap
penanaman sorgum bisa diperluas di NTT.
Harapannya, Indonesia tidak melalui bergantung pada beras dan juga mendapatkan
keuntungan dari alternatif bahan pangan pokok.
"Kalau kita ada
berlebih, ada stok, ya enggak apa-apa, justru ini yang ingin kita ekspor dan
menghasilkan devisa bagi negara. Per hektar sorgum di sini menghasilkan 5 ton,
per hektar 5 ton minimal." *** suara.com