Raja mesum Louis XIV
dipercaya para peneliti menjadi pihak yang bertanggung jawab mempromosikan
metode melahirkan dengan
posisi telentang pada abad ke-17. Padahal metode persalinan di era sebelumnya
dilakukan dengan bertumpu pada lutut hingga duduk di atas kursi khusus.
“Sebelum saat ini,
catatan sejarah (proses) melahirkan menunjukkan posisi lahir secara tegak telah
digunakan secara luas,” tulis Profesor Lauren Dundes dalam risetnya yang
dipublikasi di American Journal of Public Health.
Metode melahirkan
dengan posisi bertumpu pada lutut justru telah diterapkan sejak zaman Mesir
kuno. Kemudian sebuah bangku persalinan
dengan sandaran yang terinspirasi dari era Babilonia tercipta pada abad ke-14.
Penggambaran kelahiran paling awal menunjukkan wanita melahirkan dengan posisi bertumpu pada lutut pada zaman Mesir kuno. Foto: American Journal of Public Health |
Wanita melahirkan
dengan bersandar di kursi persalinan terus berlanjut hingga abad ke-16. Bedanya
dengan abad sebelumnya adalah hadirnya bidan perempuan dalam proses persalinan.
Raja Louis XIV biang keroknya
Praktik persalinan
lantas berubah saat memasuki era Raja Louis XIV di Prancis. Pada abad ke-17, ia
dipercaya oleh para peneliti menjadi pihak yang bertanggung jawab mempromosikan
metode melahirkan dengan posisi telentang.
Posisi persalinan itu
diperkenalkan bukan karena terobosan sains, melainkan cara si raja untuk bisa
memuaskan hasrat mesumnya melihat istri dan selirnya melahirkan anak. Raja
Louis XIV dikenal memiliki voyeuristic disorder, gangguan yang menyebabkan ia
menikmati melihat atau mengintip orang lain dalam keadaan bugil atau yang
tengah berhubungan seks.
Semasa hidupnya, Raja
Louis XIV memiliki 22 orang anak. Setiap anak-anak itu lahir, ia pun
menggunakan kekuasaannya untuk membuat istri atau selirnya berbaring telentang
saat melahirkan.
Louis senang
menyaksikan wanita melahirkan, dia akan frustrasi tatkala pemandangan
melahirkan terhalang oleh bangku persalinan.
- Profesor Lauren
Dundes dalam American Journal of Public Health -
“Menurut Louis, posisi
berbaring adalah cara baru untuk melahirkan, dan dia mempromosikan tindakan itu
kepada para bidan yang menghadiri persalinan," tambah Dundes, seperti
dikutip IFL Science.
Bangku persalinan kuno untuk wanita melahirkan. Foto: American Journal of Public Health |
Kehadiran metode
persalinan itu hingga saat ini dimungkinkan karena adanya peran sang raja dalam
mempromosikan hal itu kepada rakyatnya. Tak hanya itu, raja Prancis itu juga
menghadirkan pria lain yang dipercaya sebagai bidan dalam proses persalinan.
Metode melahirkan itu
terus menyebar hingga seantero dunia. Dan sejak saat itu, persalinan dengan
posisi berbaring telentang masih mendominasi.
Kata ahli soal wanita melahirkan dengan posisi
telentang
Seorang ilmuwan
biomedis Inggris, Kellie Leonard, mengungkap proses kelahiran dengan posisi
berbaring telentang justru memakan waktu sedikit lama dibandingkan persalinan
dengan posisi yang ramah gravitasi. Hal itu berhubungan dengan sistem kerja
rahim dan panggul wanita.
Saat melahirkan dengan
posisi telentang, wanita akan sulit untuk melakukan gerakan dorongan mengejan.
Panggul perempuan yang melahirkan dengan cara itu tidak bisa bermanuver dengan
baik.
Selain itu, posisi yang
tidak searah dengan gravitasi membuat calon ibu mengalami kesulitan dalam
membuka rahimnya.
Berbanding terbalik
dengan posisi jongkok, merangkak, maupun berdiri. Baik pinggul maupun leher
rahim wanita, lebih mudah untuk melakukan persalinan dengan kontraksi yang
baik.
“Jadi (hal) itu
benar-benar bertentangan dengan biologi alami kita,” sebut Leonard, seperti
dikutip Daily Star.
Meski sebenarnya posisi
telentang dapat disebut ‘sesat’ secara medis karena banyak kekurangannya, hal
itu tak menyurutkan tren melahirkan dengan posisi tersebut.
Tak dipungkiri saat ini
banyak dokter yang menghadirkan proses persalinan yang lebih nyaman baik bagi
ibu dan bayi yang dilahirkannya, seperti melahirkan dengan posisi setengah
berjongkok atau berlutut di dalam air maupun lainnya. *** kumparan.com