Pastor Dario Monegatti, SVD, seorang misionaris Italia telah meninggalkan Papua Nugini pada 3 Agustus setelah melayani negara itu selama 52 tahun. (Foto: The Society of Divine Word) |
Pastor Dario Monegatti,
SVD meninggalkan Papua Nugini setelah 52 tahun karena pensiun, demikian menurut
pernyataan resmi kongregasinya pada 3 Agustus.
Pastor itu menginjakkan
kaki di Papua Nugini pada 29 Januari 1971, negara yang sudah menjadi impian
tujuannya untuk bermisi sejak di seminari menengah.
Selain melakukan
tugas-tugas pastoral dengan melayani umat di pedalaman negara itu, Pastor Dario
juga mengambil peran penting selama perang saudara di Bougainville pada
1989-1991, konflik yang menelan korban antara 15000–20,000 orang.
Konflik itu yang
digambarkan sebagai yang terbesar di Oseania sejak berakhirnya Perang Dunia II
tahun 1945 adalah antara PNG dengan pasukan separatis Tentara Revolusioner
Bougainville (BRA), dan antara BRA dengan kelompok bersenjata lainnya di
Bougainville.
“Seluruh situasi [saat
itu] menjadi tantangan bagi Pater Dario. Dengan caranya sendiri, dia melakukan
upaya perdamaian, mengunjungi tawanan kamp perang setiap hari, menawarkan
bimbingan fisik dan spiritual, termasuk makanan dan pakaian kepada mereka dan
memberi mereka nasihat spiritual,” kata SVD.
“Dia tidak pernah
berhenti bermimpi untuk perdamaian dan dia terus bekerja untuk itu. Dia begitu
banyak berkhotbah tentang perdamaian pada hari Minggu.”
Upayanya kemudian
membuat pada Februari 1992, ia dan para pemimpin dalam konflik itu memulai
dialog damai.
Pada tahun 2013 ia
dianugerahi penghargaan Loguhu oleh pemerintah atas pengabdiannya kepada
orang-orang Papua Nugini.
Karyanya yang luar
biasa itu membuat umat Katolik menyampaikan pesan menyentuh bagi imam itu
mengiringi perjalanannya ke Italia.
Mathias Aviva Pihei,
seorang Katolik mengatakan, ia bersama istri dan empat anak mereka merupakan
tawanan politik selama konflik Bougainville.
“Dia mengunjungi kami
setiap hari, terkadang dua kali sehari, hanya untuk memastikan bahwa kami masih
di sana dan tidak terluka. Dia menjelaskan bahwa dia harus mengunjungi tahanan
setiap hari sehingga para penculik kami tidak akan menyakiti kami jika mereka
tahu dia akan menelepon keesokan harinya. Dia adalah mercusuar harapan kami
dalam situasi tanpa harapan,” katanya.
Ia mengatakan, Pastor
Dario tidak takut untuk berbicara menentang BRA, bahkan ketika ia diancam akan
ditembak berkali-kali.
“Satu-satunya
tanggapannya adalah…. ‘Jika Anda harus membunuh seseorang, Anda membunuh saya.
Saya dari negara lain dan saya tidak punya kerabat di sini yang akan berduka
dan membalas apa yang Anda lakukan terhadap saya. Anda membunuh orang-orang
Anda sendiri dan menyebabkan ketidakharmonisan bagi orang-orang Anda
sendiri adalah sesuatu yang saya tidak mengerti,” katanya.
Daisy Rowaro, seorang
wanita Katolik mengatakan dia ingat imam itu pada tahun 80-an mengendarai
sepeda dari desa ke desa.
“Dan kemudian sebagai
orang dewasa [saya] mendengar bagaimana Anda membantu selama konflik di
Bougainville,” katanya.
Bill Olmi, seorang
Katolik lainnya menggambarkan bagaimana umat Katolik di Stasi Dirima di Gumine,
provinsi Simbu, tempat imam itu melayani pada 1985-1986, masih memiliki ingatan
tentang “seorang imam yang berjalan hampir setiap hari.”
“[Dia] lebih suka ubi
jalar panggang dan air daripada makanan yang disiapkan dengan istimewa. Kami
sangat berhutang budi atas pelayanan Anda,” katanya.
Pastor Monegatti
berasal dari Pejo, sebuah komune di Trentino, di Italia utara. Ia bergabung
dengan SVD bersama seorang teman dari desa mereka pada tahun 1953. Ia
ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1970.
SVD adalah ordo
religius misionaris pertama yang tiba di PNG pada tahun 1896. Saat ini, para
anggota kongregasi melayani di tujuh keuskupan di PNG.
PNG memiliki sekitar
dua juta umat Katolik, sekitar 27 persen dari total populasi negara itu,
tersebar di 19 keuskupan termasuk empat keuskupan agung.
Sumber: Italian
priest hailed for peace efforts in Papua New Guinea