Pada hakikatnya, semua
manusia dalam cita-cita dan realitas kehidupannya memerlukan ide yang terus
berkembang, keahlian tertentu, kebiasaan yang baik dan bermanfaat bagi orang
banyak, yang disertai dasar-dasar pergaulan dan tata tertib sosial, nilai-nilai
kemanusiaan. Namun pada kenyataannya, penerapan ide- ide tersebut memiliki cara
yang berbeda, terlebih di dalam konteks kehidupan modern di mana ajaran agama
mungkin tidak disertakan untuk mewujudkan suatu gagasan. Pendek kata, di era
modern ini, manusia sedang mengalami krisis nilai kemanusiaan yang disebabkan
oleh tidak terduganya kemajuan ilmu pengetahuan. Gereja Katolik melalui Konsili Vatikan
II berusaha untuk menampilkan wajah Gereja bagi seluruh dunia
Konsili ini
dilaksanakan antara tanggal 11 Oktober 1962 hingga 8 Desember 1965 melalui
empat periode sidang. Momen relevan yang pertama dan menjadi haluan dalam
Konsili ini, ialah Amanat Pembukaan yang disampaikan oleh Paus Yohanes XXIII
pada tanggal 11 Oktober 1962. Beliau mendesak supaya Konsili menempuh arah
pastoral, menghadapi dunia yang memerlukan uluran belas kasihan. Bukan maksud
utamanya untuk mengulang- ulangi apa saja yang jelas sudah merupakan ajaran
katolik, atau melontarkan kecaman- kecaman (anathema) terhadap kesesatan.
Kendati mendesaknya tantangan-tantangan zaman, para Uskup yang hadir diundang
untuk menjauhkan sikap murung terhadap dunia modern . Mengapa demikian? Kita
mengetahui bahwa sebelum Konsili Vatikan II, Gereja cenderung menutup dirinya
terhadap dunia. Gereja memegang teguh pandangan bahwa apa yang ada di luar
Gereja adalah dunia yang profan, tidak sakral.
Lewat Konsili Vatikan II, para uskup diajak untuk merenungkan: Mungkinkah Allah justru hendak memulai erabaru dalam sejarah manusia? Mereka diharapkan membedakan antara pokok-pokok iman disatu pihak, dan di sisi lain bagaimana cara-cara mewujudkan iman dalam situasi dan kondisi zaman yang silih-berganti, serta bagaimana menanggapinya. Soal utamanya adalah bagaimana pusaka iman diungkapkan dalam konteks situasi masa kini untuk sungguh menyentuh hati manusia zaman sekarang dan memecahkan problematik kehidupan yang aktual.
"Maka, sesudah mendalami misteri Gereja, Konsili Vatikan Kedua ingin mengarahkan amanatnya bukan hanya kepada umat Katolik saja, melainkan kepada semua orang. Kepada mereka semua, Konsili bermaksud menguraikan bagaimana memandang kehadiran serta kegiatan Gereja di dunia masa kini."( Gaudium Et Spes art. 1)
Jadi Konsili ingin
menghadapi realitas dunia manusia, dengan kata lain, segenap keluarga manusia
beserta kenyataan semesta yang menjadi lingkungan hidupnya.
Pada zaman sekarang
ini, terutama berkat ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia menggabungkan diri
dalam satu komunitas global. Manusia mulai
mengusahakan segala sesuatu yang berkaitan dengan hidupnya melalui bantuan
teknologi dan berbagai macam penelitian. Seiring dengan hal tersebut, terjadi
pula ketimpangan antar lapisan masyarakat dalam berbagai aspek. Masih banyak
negara yang mengalami krisis kelaparan, angka mortalitas yang tinggi karena
penyakit, kebebasan pendapat yang belum setara bagi kelompok minoritas, dsb.
Perubahan sepesat itu sering kali berlangsung secara tak teratur, bahkan juga
menimbulkan pertentangan dan ketidakseimbangan baik dalam segi afektif serta
keimanan.
Didasari oleh apa yang
telah disebutkan di atas, Gereja Katolik menawarkan persaudaraan yang tulus
kepada umat manusia, untuk membangun persaudaraan bagi semua orang yang
menanggapi panggilan itu. Gereja menyadari bahwa padaakhirnya karya Kristus
dapat diteruskan dengan membuka diri pada kompleksitas zaman dan membangun
persaudaraan sejati dengan semua orang termasuk mereka yang berbeda keyakinan.
Sumber-Sumber
Dokumen Konsili Vatikan
II, Diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, Obor, Jakarta, 1993, vi-viii.
Dokumen Konsili Vatikan
II, " Gaudium Et Spes": Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia
Dewasa Ini, Diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, 510.