Quo Vadis Gereja Katolik?

Quo Vadis Gereja Katolik?



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Gereja Katolik sebagai paguyuban/persekutuab umat beriman menyadari bahwa ia senantiasa berjalan dan mengada bersama dinamika zaman. Kesadaran itulah yang mendorong Gereja Katolik untuk mengadakan pembaharuan dan membuka dirinya terhadap dunia. Seiring dengan semakin kompleksnya masalah kehidupan dan dinamika manusia, membicarakan peran Gereja dalam menjawab tantangan modernitas menjadi hal yang sangat penting. Untuk setiap persoalan tersebut, diperlukan usaha dari Gereja Katolik sendiri untuk membuka diri dan menjawab setiap tantangan zaman sehingga pada gilirannya Gereja Katolik dapat hadir atau tampil untuk dapat memecahkan problematik kehidupan modern.

Pada hakikatnya, semua manusia dalam cita-cita dan realitas kehidupannya memerlukan ide yang terus berkembang, keahlian tertentu, kebiasaan yang baik dan bermanfaat bagi orang banyak, yang disertai dasar-dasar pergaulan dan tata tertib sosial, nilai-nilai kemanusiaan. Namun pada kenyataannya, penerapan ide- ide tersebut memiliki cara yang berbeda, terlebih di dalam konteks kehidupan modern di mana ajaran agama mungkin tidak disertakan untuk mewujudkan suatu gagasan. Pendek kata, di era modern ini, manusia sedang mengalami krisis nilai kemanusiaan yang disebabkan oleh tidak terduganya kemajuan ilmu pengetahuan. Gereja Katolik melalui Konsili Vatikan II berusaha untuk menampilkan wajah Gereja bagi seluruh dunia

 Konsili ini dilaksanakan antara tanggal 11 Oktober 1962 hingga 8 Desember 1965 melalui empat periode sidang. Momen relevan yang pertama dan menjadi haluan dalam Konsili ini, ialah Amanat Pembukaan yang disampaikan oleh Paus Yohanes XXIII pada tanggal 11 Oktober 1962. Beliau mendesak supaya Konsili menempuh arah pastoral, menghadapi dunia yang memerlukan uluran belas kasihan. Bukan maksud utamanya untuk mengulang- ulangi apa saja yang jelas sudah merupakan ajaran katolik, atau melontarkan kecaman- kecaman (anathema) terhadap kesesatan. Kendati mendesaknya tantangan-tantangan zaman, para Uskup yang hadir diundang untuk menjauhkan sikap murung terhadap dunia modern . Mengapa demikian? Kita mengetahui bahwa sebelum Konsili Vatikan II, Gereja cenderung menutup dirinya terhadap dunia. Gereja memegang teguh pandangan bahwa apa yang ada di luar Gereja adalah dunia yang profan, tidak sakral. 

Lewat Konsili Vatikan II, para uskup diajak untuk merenungkan: Mungkinkah Allah justru hendak memulai erabaru dalam sejarah manusia? Mereka diharapkan membedakan antara pokok-pokok iman disatu pihak, dan di sisi lain bagaimana cara-cara mewujudkan iman dalam situasi dan kondisi zaman yang silih-berganti, serta bagaimana menanggapinya. Soal utamanya adalah bagaimana pusaka iman diungkapkan dalam konteks situasi masa kini untuk sungguh menyentuh hati manusia zaman sekarang dan memecahkan problematik kehidupan yang aktual.

"Maka, sesudah mendalami misteri Gereja, Konsili Vatikan Kedua ingin mengarahkan amanatnya bukan hanya kepada umat Katolik saja, melainkan kepada semua orang. Kepada mereka semua, Konsili bermaksud menguraikan bagaimana memandang kehadiran serta kegiatan Gereja di dunia masa kini."( Gaudium Et Spes art. 1)  

Jadi Konsili ingin menghadapi realitas dunia manusia, dengan kata lain, segenap keluarga manusia beserta kenyataan semesta yang menjadi lingkungan hidupnya.

Pada zaman sekarang ini, terutama berkat ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia menggabungkan diri dalam satu komunitas global.  Manusia mulai mengusahakan segala sesuatu yang berkaitan dengan hidupnya melalui bantuan teknologi dan berbagai macam penelitian. Seiring dengan hal tersebut, terjadi pula ketimpangan antar lapisan masyarakat dalam berbagai aspek. Masih banyak negara yang mengalami krisis kelaparan, angka mortalitas yang tinggi karena penyakit, kebebasan pendapat yang belum setara bagi kelompok minoritas, dsb. Perubahan sepesat itu sering kali berlangsung secara tak teratur, bahkan juga menimbulkan pertentangan dan ketidakseimbangan baik dalam segi afektif serta keimanan.

Didasari oleh apa yang telah disebutkan di atas, Gereja Katolik menawarkan persaudaraan yang tulus kepada umat manusia, untuk membangun persaudaraan bagi semua orang yang menanggapi panggilan itu. Gereja menyadari bahwa padaakhirnya karya Kristus dapat diteruskan dengan membuka diri pada kompleksitas zaman dan membangun persaudaraan sejati dengan semua orang termasuk mereka yang berbeda keyakinan.

 Sumber-Sumber

Dokumen Konsili Vatikan II, Diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, Obor, Jakarta, 1993, vi-viii.

Dokumen Konsili Vatikan II, " Gaudium Et Spes": Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, Diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, 510.

 



Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama