Pasalnya, para frater
dan bruder itu harus tertahan dan diinterogasi oleh aparat Satlantas Polres
Sikka di jalanan Kota Maumere saat pergi berbelanja keperluan dapur di kota
tersebut.
Mereka ditahan dan
diinterogasi karena diduga meneriaki kata ‘Sambo’ ketika pulang berbelanja dan
melewati anggota Satlantas Polres Sikka yang sedang bertugas.
“Tadi kami sempat
ditahan polisi dan diinterogasi karena mereka bilang kami teriaki kata Sambo
saat pulang belanja tapi kami pastikan bahwa tuduhan itu tidak benar,” kata
salah seorang biarawan, Bruder Legi Oki dikutip TribunFlores.com.
Bruder Legi Oki
menyebutkan tuduhan yang dialamatkan kepada mereka tidak realistis karena ia
bersama yang lainnya tidak berbuat hal demikian.
“Kami pastikan bahwa
tidak ada yang teriak, mereka tidak ada bukti yang kuat,” demikian sebutnya.
Bahkan tak sampai disitu
saja, rombongan biarawan bersama beberapa karyawan Ledalero diikuti hingga ke
Ledalero untuk dimintai keterangan terkait dugaan tadi.
Aparat Satlantas Polres
Sikka yang datang ke Ledalero berjumlah 3 orang berpakaian dinas dengan
menumpangi mobil polisi berwarna putih bercampur biru dan merah.
Di Ledalero rombongan
diterima oleh Rektor SVD, Pater Frans Ceunfin, Pater Vande Raring, Pater
Yanuarius Lobo, rombongan para frater yang pulang berbelanja tadi dan beberapa
biarawan dan karyawan lainnya juga terlihat berada di lokasi itu.
Aparat Satlantas Polres
Sikka diterima dengan tangan terbuka dan pertemuan dalam rangka interogasi
kilat oleh aparat Polres Sikka berlangsung 30 menit lebih.
Pada momen itu, kedua
belah pihak membicarakan hal yang sama yakni teriakan menyebutkan kata Sambo
yang diduga diperbuat oleh para frater dan bruder SVD yang baru pulang belanja
keperluan dapur tadi pagi.
Salah satu pembina Para
Frater dan Bruder SVD, Pater Vande Raring usai pertemuan itu menerangkan bahwa
memang benar aparat Polres Sikka mendatangi rumah Ledalero untuk meminta
keterangan dugaan teriakan kata Sambo oleh para Frater dan Bruder SVD yang baru
pulang berbenja tadi pagi.
“Tadi pagi aparat
Satlantas Polres Sikka mendengar suara teriakan nama sambo lalu menuduh para
frater tapi para frater bilang kami tidak melakukan hal itu, jadi mungkin
karena mereka rasa tidak puas mereka lari ikut ke sini,” tandasnya.
Pater Vande
melanjutkan, menurut Polisi bahwa saat mobil melewati mereka, mereka mendengar
ada frater yang berteriak dengan menyebutkan ‘Sambo lagi, Sambo lagi’.
“Sehingga polisi merasa
tidak puas karena para frater tidak mengaku, lalu mereka lari ke sini bertemu
dengan pimpinan tapi dari sikap para frater, para frater tidak meneriakkan hal
itu. Sehingga tadi saya bilang, kita tidak bisa menjustis bahwa para frater
yang meneriak karena ini berada di jalur publik, kendaraan lalu lalang, bisa
jadi ada mobil-mobil yang serempet lalu terik dan lari yang kebetulan kerumunan
di situ para frater, lalu frater itukan diduga jadi semua kita berbicara dari
praduga tak bersalah,” jelasnya.
Pater Vande menjelaskan
Pater Rektor yakni Pater Frans Ceunfin memberikan jaminan bahwa pater rektor
itu akan menyelesaikannya dengan para frater.
“Pater rektor akan
tanya para frater apa yang sesungguhnya terjadi tadi pagi, baru setelah itu
dilaporkan ke keamanan,” tutupnya.
Sementara itu, salah
satu aparat Satlantas Polres Sikka, K. Omeng ketika diwawancarai
TribunFlores.com di depan halaman Ledalero, usai pertemuan itu mengatakan
informasi sepenuhnya langsung ditanyai secara langsung kepada Kasat Lantas
Polres Sikka.
“Nanti langsung ketemu
dengan pak Kasat Lantas,” tuturnya melanjutkan perjalanan menuju mobil.*