Presiden Nikaragua Daniel Ortega. Foto: AFP/YAMIL LAGE |
Ortega menyebut, Gereja
sebagai diktator sempurna. Ia beralasan kebijakan Gereja yang melarang
pemilihan Paus secara langsung sebagai bukti perilaku otoriter.
"Di dalam Gereja
semua dipaksakan. Ini adalah kediktatoran sempurna, ini tirani sempurna,"
ujar Ortega seperti dikutip dari AFP.
Ucapan teranyar Ortega
terhadap institusi Gereja semakin membuat hubungan pemerintah dan institusi
keagamaan tersebut itu memanas. Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah
Nikaragua terus menerus menekan Gereja.
Ortega menuduh Gereja
Katolik sebagai otak di balik protes antipemerintah yang dimulai sejak 2018.
Gerakan antipemerintah
di negara Amerika Tengah itu meninggalkan duka mendalam. Sebab, ratusan nyawa
melayang akibat kekerasan yang menjadi buntut aksi protes.
Ortega juga menuding
Amerika Serikat mendukung oposisi yang mengincar kursi kekuasaan di Nikaragua.
Ia bahkan meyakini Gereja terlibat di dalam upaya menggulingkan pemerintahan.
Pada pidato Rabu (28/9)
waktu setempat, Ortega menyebut pastor di Gereja Katolik sebagai pembunuh dan
perancang kudeta.
Awal bulan ini, Paus
Fransiskus mencoba memperbaiki hubungan Gereja dan Pemerintah Nikaragua. Ia
memastikan pihak Gereja siap berdialog demi mencegah kerusuhan di Nikaragua.
"Ada dialog dan
kami akan berbicara dengan Pemerintah," ujar Paus.