KASUS USKUP BELO - Monsignor Marco Sprizzi, Kuasa Usaha Nunsiatur Apostolik di Dili, saat memberikan keterangan belum lama ini. Monsignor Marco Sprizzi menyoroti kasus Uskup Carlos Ximenes Belo |
Perwakilan Vatikan
di Timor Leste juga meminta mereka untuk
mempertahankan kesetiaan kepada Gereja di tengah perdebatan sengit mengenai
masalah tersebut.
Kasus Uskup Belo bukan
lagi sekadar tuduhan, tetapi telah diputuskan, Monsignor Marco Sprizzi, Kuasa Usaha Nunsiatur Apostolik di
Dili.
"Ini adalah
keputusan yang dibuat dan diterima oleh uskup dan kami hanya harus
menghormatinya, menghormati uskup dan menghormati keputusan Vatikan," kata
Monsignor Marco Sprizzi dalam sebuah wawancara yang disiarkan di televisi
pemerintah RTTL pada 4 Oktober 2022.
"Saya memberi tahu
umat Katolik Timor, yang sangat setia kepada Paus, kepada Vatikan, untuk
mengikuti pedoman Vatikan, sama seperti Uskup Belo mengikuti pedoman Vatikan.
Dia menerimanya," katanya, merujuk pada langkah-langkah yang diambil
Vatikan terkait kasus ini.
Pernyataan Sprizzi
muncul di tengah perdebatan sengit di negara itu setelah surat kabar Belanda De
Groene Amsterdammer atau The Green Amsterdammer menerbitkan laporan investigasi
atas dugaan skandal Uskup Belo.
Uskup Salesian berusia
74 tahun itu dilaporkan atas dugaan skandal selama lebih dari 20 tahun.
Tak lama setelah
laporan itu memicu badai media, Juru Bicara Vatikan Matteo Bruni mengatakan
kepada pers bahwa Vatikan telah menjatuhkan sanksi kepada Uskup Belo pada 2019
ketika menerima laporan tentang perilaku para uskup.
Menggarisbawahi
keputusan Vatikan, Sprizzi mengatakan, "Ini adalah posisi resmi yang tepat
dari Takhta Suci tentang masalah ini" karena "kejahatannya
serius" dan "itu bukan karena artikel surat kabar Belanda."
Dia juga mengatakan
bahwa meskipun Uskup Belo dijatuhi sanksi atas perbuatannya, Vatikan masih
menghormati kontribusinya pada gerakan kemerdekaan Timor Leste yang
memenangkannya Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1996.
Dan tidak ada yang
menyangkal tentang itu.
"Kami sangat
menghormatinya, atas sejarahnya, atas kontribusinya dalam perjuangan
pembebasan, atas kedekatannya dengan rakyat, terutama mereka yang berada di
garis depan untuk membela kebebasan, pembebasan Timor Leste,"
katanya.
Dia juga meminta
orang-orang untuk tidak menyerang media yang meliput masalah ini, termasuk
jurnalis karena mereka hanya memberikan berita tentang apa yang telah
diputuskan Vatikan.
Sprizzi juga mendesak umat
Katolik untuk terus menunjukkan persaudaraan dan mendukung Gereja dalam
memerangi pelecehan seksual yang juga telah ditunjukkan oleh para uskup Timor
yang menyetujui pedoman untuk perlindungan anak di bawah umur dan orang dewasa
yang rentan.
Dia mengatakan
wawancara itu dimaksudkan untuk membantu orang mengatasi masalah ini dengan
menjunjung tinggi kebenaran.
“Saya menjawab
wawancara dengan harapan bahwa ini dapat berkontribusi untuk membawa kebenaran,
rasa hormat untuk semua, harmoni dan persaudaraan di antara semua orang,”
katanya kepada UCA News pada 5 Oktober 2022.
Kasus Uskup Belo tidak
menjadi perbincangan yang kuat di media Timor Leste.
Namun, hal itu telah
memicu perdebatan sengit di media sosial.
Beberapa netizen
termasuk anggota parlemen menuduh media internasional melakukan “konspirasi”
untuk menodai citra Gereja dan negara.
Kantor Berita Negara
Tatoli mengutip Antonio da Conceicao dari Partai Demokrat yang meminta
Kementerian Luar Negeri untuk menyelesaikan masalah ini dengan serius dengan
Kedutaan Besar Belanda untuk menghormati budaya orang Timor
Termasuk tidak
mendorong perselisihan masyarakat atas nama hak asasi manusia dan keadilan.
Dia juga meminta
berbagai organisasi internasional yang beroperasi di negara itu untuk
menempatkan kepentingan nasional di atas segalanya dan tidak menghina rakyat
Timor Leste.
Wartawan yang berbasis
di Dili Antonio Sampaio dari Kantor Berita Portugis Lusa yang telah meliput
masalah ini secara ekstensif mengatakan dalam sebuah posting Facebook liputan
itu memberinya ancaman dan intimidasi.
"Banyak yang
mengancam, mengintimidasi, dan menyerang kredibilitas profesional saya,
menggunakan komentar rasis dan xenofobia," katanya.
UCA News tidak dapat
menghubungi Uskup Belo, yang diyakini berada di Portugal, atau para korbannya,
untuk komentar mereka. (*)
Artikel
ini telah tayang di UCA
News