Dinas Peternakan Kupang
mencatat 48 ekor babi mati di Kupang. Berdasarkan hasil observasi, babi yang
mati mendadak menunjukkan gejala klinis demam tinggi dengan suhu tubuh di atas
39 derajat celsius. Selain itu, nafsu makan babi hilang, tubuhnya lemas, dan
muncul bercak kemerahan di sekujur tubuhnya.
Sementara itu, Dinas
Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur mencatat sebanyak 30 ekor babi
di Flores Timur mati dalam waktu sebulan terakhir. Berdasarkan sampel yang
diperiksa, babi tersebut positif mengandung virus ASF.
Simak fakta-fakta
ancaman virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika di NTT berikut
ini:
48 Ekor Babi di Kupang Mati Mendadak
Kepala Bidang Kesehatan
Hewan (Keswan) dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Dinas Peternakan
Kupang Yosep Paulus mengatakan 48 babi mati mandadak itu belum diketahui
etiologinya (penyebab). "Total 48 ekor babi yang terserang di sejumlah kecamatan
dan kami sudah ambil sampel darahnya untuk dilakukan uji labotarorium di UPTD
Veteriner Oesapa," ujarnya kepada detikBali, Rabu (18/1/2023).
Yosep menerangkan wilayah yang melaporkan kasus kematian babi antara lain,
Kecamatan Kupang Timur sebanyak 16 ekor; Kupang Tengah (18), Nekamese (6),
Takari (5). Selain itu, laporan kematian babi juga datang dari Kupang Barat 3
ekor dan Semau (1).
Dinas Peternakan Kupang Terbitkan Edaran Terkait Wabah Penyakit Ternak Babi
Dinas Peternakan Kabupaten Kupang menerbitkan surat edaran terkait wabah
penyakit yang menyerang ternak babi. Edaran, tersebut terbit pada Kamis, 12
Januari 2023.
"Kami sudah
mengeluarkan surat edaran tertanggal 12 Januari karena adanya laporan wabah
penyakit ternak babi," tutur Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) dan
Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Dinas Peternakan Kupang Yosep Paulus
kepada detikBali Rabu (18/1/2023).
Yosep mengimbau
masyarakat tetap menerapkan biosecurity sehingga meminimalisasi kematian
ternak. Sebab, jika ternak babi yang mati mendadak itu akibat (African swine
fever) ASF atau virus flu babi Afrika maka vaksinnya belum ada.
"Sementara hog
cholera atau (kolera babi) memang vaksinnya sudah ada, namun tingkat morbiditas
dan mortalitas sangat tinggi," tutur Yosep.
Pakar Virologi Sebut Kupang Belum Bebas ASF
Pakar virologi dari
Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang Andrijanto Hauferson Angi
menuturkan Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) belum
bebas dari serangan African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika. Hal itu
terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 138 sampel darah babi
pada 2022.
"Dari 138 sampel
darah ternak babi di kota dan kabupaten Kupang, sebanyak 77 sampel positif
ASF," tutur Andrijanto, Rabu (18/1/2023). Adapun sebanyak 55 sampel
negatif dan 10 invalid.
Menurut Andrijanto,
hasil penelitian itu menunjukkan Kota Kupang dan Kabupaten Kupang belum bebas
dari ASF. Demam babi akan meningkat jika kondisi lingkungan mendukung seperti
saat ini.
30 Babi Kiriman dari Bali Mati Terjangkit ASF di
Flores Timur
Kepala Dinas Perkebunan
dan Peternakan Kabupaten Flores Timur Sebas Sina Kleden mengungkapkan sebanyak
30 ekor babi di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) mati dalam
waktu sebulan terakhir. Berdasarkan sampel yang diperiksa, babi tersebut
positif mengandung virus ASF.
Sebas mengatakan
seluruh anakan babi yang mati tersebut merupakan bantuan dari Ditjen Peternakan
dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian untuk tiga kelompok peternak di
Flores Timur. Babi tersebut dikirim dari Bali melalui Satuan Kerja (Satker)
Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijaukan Pakan Ternak Denpasar. Adapun total
bantuan anakan babi yang dikirim dari Bali berjumlah 50 ekor.
Peternak awalnya
mengira kematian seekor babi itu disebabkan stress dalam perjalanan. Namun,
beberapa ekor yang lain juga menyusul mati.
Dokter hewan di Flores
Timur kemudian turun mengambil sampel daerah tujuh ekor babi yang mati. Sampel
darah babi itu selanjutnya dikirim ke Balai Besar Veteriner di Denpasar pada
akhir Desember 2022 untuk tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dan pemeriksaan
laboratorium.
"Awal Januari ini
kami terima hasilnya, ternyata 7 sampel itu ada yang positif ASF. Memang betul,
di awal Januari dari satu dua ekor sekarang sudah mati sekitar 30 ekor dari 50
ekor sumber babi yang sama," kata Sebas.
Babi Dilarang Masuk Flores Timur
Pemerintah Kabupaten
Flores Timur, Nusa Tenggara Timur melarang masuknya babi hidup, daging babi,
hingga berbagai olahan babi seperti sei, sosis, kerupuk kulit, dan lainnya.
Langkah itu menyusul babi mati terjangkit virus ASF atau demam babi Afrika di
daerah tersebut.
"Untuk memasukkan
ternak babi maupun hasil olahan kami larang dulu, ada instruksi gubernur
juga," kata Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Flores Timur
Sebas Sina Kleden, Rabu (18/1/2023). *** detik.com