Deputi Bidang Sarana
dan Prasarana OIKN (Otorita IKN), Silvia Halim, menyebutkan bahwa progres
pembangunan Bendungan Sepaku, misalnya sudah mencapai 84 persen.
“Saya sebagai orang
baru yang pertama kali melakukan kunjungan ke sana juga sudah melihat, eh sudah
jadi. Jujur melihat kegiatan yang sudah terjadi sudah sangat impress,”
ujarnya dalam Dialog FMB9 yang mengangkat tema ‘Geliat IKN Menyongsong
Masa Depan’, Senin (6/3).
Menurutnya, dalam
beberapa minggu terakhir, Bendungan Sepaku juga terlihat sudah mencapai tahap
akhir dan direncanakan akan selesai pada April 2023. Setelah itu, persiapan
infrastruktur air bersih selanjutnya akan dilakukan.
“Tak hanya bendungan
saja, jaringan pipa dari sungai Sepaku juga sudah mencapai 87 persen,” ungkap
Silvia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa infrastruktur dasar sudah terbangun
dengan baik.
Begitu juga dengan
hunian bagi 16.990 Aparatur Sipil Negara (ASN) dan personel Pertahanan dan
Keamanan (Hankam). Saat ini sudah ada 47 tower yang sedang disiapkan bagi
mereka yang masuk dalam prioritas 1 untuk dipindahkan.
“Dalam membangun hunian
ini kita juga melibatkan swasta dengan skema KPBU (Kerja sama Pemerintah dan
Badan Usaha) sejumlah 184 tower,” sebutnya.
Mitigasi Bencana
Sebagai representasi
dari identitas, sejarah, dan budaya Indonesia di masa yang akan datang,
pembangunan IKN harus mempertimbangkan aspek keamanan, termasuk dari ancaman
bencana yang melanda.
Silvia pun menekankan
bahwa pemerintah telah mengembangkan strategi mitigasi bencana yang berfokus
pada pengurangan risiko bencana dan peningkatan kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana alam. Termasuk untuk menghadapi isu perubahan iklim yang saat ini
tengah menjadi perhatian dunia.
“Perubahan iklim ini
sebuah keniscayaan dan sebuah kewajiban dalam membangun sebuah kota. Dalam hal
ini salah satu parameter dalam membangun IKN adalah weather proofing,”
paparnya.
Dia pun memastikan
bahwa sebelum melakukan pembangunan, pemerintah sudah melakukan identifikasi
terhadap risiko-risiko yang mungkin muncul lainnya, seperti bencana alam,
longsor hingga banjir.
“Maka dari itu,
infrastruktur yang digunakan untuk membangun IKN telah dipastikan tangguh untuk
menghadapi ancaman tersebut,” tutupnya.
Multiplier Effect
Pengamat Kebijakan
Publik yang juga mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2014-2015, Andrinof Chaniago
menilai fokus pemerintah saat ini pada kawasan inti sangat penting untuk
perencanaan wilayah yang lebih luas.
“Dalam 3-5 tahun ke
depan, konsentrasi membangun kawasan inti. Saya yakin dalam begitu sudah mulai
terlihat, bahkan ketika progres pembangunan sedang berlangsung, investor akan
antri,” ucapnya.
Menurutnya, melalui
pendekatan ini, pemerintah dapat memastikan kesediaan infrastruktur dasar.
Sehingga ketika pembangunan kawasan sekitarnya di kemudian hari dapat dilakukan
dengan cepat.
“Ini perlu dipahami
oleh pemprov dan kabupaten untuk melihat potensi daerah mereka dan merencanakan
pembangunan kota. Hal ini akan membantu pengembangan kota baru dan kawasan
sekitarnya seperti Samarinda, Sangata, Balikpapan, Tenggarong, Penajam dan kota
baru lainnya,” sebut dia.
Andrinof pun menekankan
pentingnya peran investor dalam membangun kota keseluruhan. Akan tetapi, dia
menegaskan, pemerintah harus memegang kendali arah kota agar tetap ramah
lingkungan dan tidak melenceng dari rencana pengembangan yang telah disusun.