Prosesi, Jeruji, Perjamuan Suci & Ikrar Sang Penjaga (Sajak Liar Jalan Terjal)

Prosesi, Jeruji, Perjamuan Suci & Ikrar Sang Penjaga (Sajak Liar Jalan Terjal)



Prosesi

Jiwaku terbelenggu oleh ketidak berdayaan
dalam kepulan asap rokok dan kenangan masa kanak-kanak.
Ada lembar catatan yang ingin kurobek dari buku hidupku
dan kukubur dalam bak sampah;
Semua perjalanan sepi dan kesia-siaan yang begitu sulit terlupa
Seperti belenggu yang mencucuk hidungku
dan menggelandangku ke mana-mana.

Aku berjalan dari satu gereja ke lain gereja
menerjemahkan bunyi lonceng
menangkap isyarat pada kerdip lilin
dan berjam-jam berlutut memohon hadirat-Nya.
Aku berasa bukan yang dulu lagi
musafir lelah dan hendak istirahatkan kaki,
tapi sebentar malam kan turun
sedang tujuanku belum juga sampai

 

Jeruji

jeruji itu telah jadi jarak yang mengungkung hasratku mencium rembulan
dinding-dinding lapuk berlumut jadi petaka yang memenjara jiwa
karena telah aku kukuhkan rembulan di matamu
jadi satu-satunya mutiara di lautan malamku
tapi mengapa jiwa ini begitu gersang rindukan gemercik aliran sungaimu?
dalam deraan letih aku coba terus berjalan menelusuri padang kerontang ini
menepis debu demi debu, lengking tawa dan cemoohan hyena
yang menghujat pertalian takdir di antara kita

apa yang menghalangiku dari kematian? selain balutan gerimis
yang senantiasa menitik di sudut-sudut matamu?
memaksaku mengarungi malam demi malam dalam amukan badai
dan gemuruh kilat tak henti-henti memukuli dinding hati
tapi masih juga tak kutemukan pintu
untuk menyelami mimpimu, pedih dan risaumu dan sejuta angan
yang membuat ingatanmu pergi

jeruji itu telah jadi jarak yang memasung rusuh awan
dan setitik cahaya dalam genangan kepiluan

jadi, salahkah aku karena mencintai kepedihan?

 

Perjamuan Suci

Di depan katedral, aku menunggu bersama dzikir yg memohonkan kamu. “Tuhan, bukankah kami sama-sama mengingatmu!”


saat konsekrasi

dosa manusia membayang atas hosti

dusta menggenang dalam cawan penuh berisi

anggur luka darahNya sendiri

 

Selamat malam cinta.

Mimpi indahlah,

karena semua mimpi buruk telah kuangkuti;

tuk ku nikmati sendiri.

 

Sajak ini adalah rindu,

pucuk dari sunyi,

mahkota dari resah.

****

Ikrar Sang Penjaga

aku tak akan tidur
aku akan terus berjaga
sekalipun iblis sendiri yang datang
bersama bala tentaranya
kakiku tak akan mundur
hatiku tak akan gentar

tak akan kubiarkan ia
mencuri jiwa anak-anakku
tak akan kubiarkan ia
melukai dirimu lagi, ibu

karena lebih baik aku mati
daripada mengecewakan hatimu

****

Tanjakan Foho Betara Kateri

Medio Kamis, 23 Maret 2023



Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama