Akibat Kenaikan Harga Gabah Pengaruhi Harga Beras Bulog di NTT

Akibat Kenaikan Harga Gabah Pengaruhi Harga Beras Bulog di NTT

Tim gudang beras Bulog Alak mengangkat beras dari kontainer untuk disusun pada Selasa, 7 Maret 2023 



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Kenaikan harga gabah menjadi penyebab beras Bulog seharga Rp 9.950 per kilogram sempat tidak muncul di pasaran Provinsi NTT.

Manager Operasional dan Pelayanan Publik (OPP) Bulog NTT, Faizal dihubungi beberapa waktu lalu  mengatakan harga Pembelian Pemerintah (HPP) bagi Bulog Rp 5.000 per kilogram untuk gabah kering panen (GKP). 

"Setelah terkonversi menjadi beras maka akan dijual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 9.950 itu," kata dia.

Sedangkan harga pasar belakangan ada pada harga terendahnya Rp 6.000. Bulog sesuai ketentuan HPP tidak bisa mengambil gabah dengan harga seperti itu untuk dijual kembali ke masyarakat.

"Kemarin-kemarin memang tidak masuk Bulog.  Karena harga gabahnya mahal, tidak cocok dengan harga ambil atau HPP-nya Bulog," tukas Faizal.

Saat harga gabah mahal di daerah penghasil beras, lanjut dia, harga pasar di NTT juga akan mengikutinya.

"Harga tersebut diikuti oleh petani di NTT terlepas dari besaran perhitungan biaya produksi," ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa fenomena ini yang menyebabkan harga beras yang harusnya tertinggi di kisaran Rp 11 ribu namun terus naik. Akhirnya, kata dia, harga beras di pasar belakangan ada yang mencapai Rp 14 ribu karena didatangkan dari luar NTT.

Harga beras yang dikirim dari Pulau Jawa sampai ke NTT biasanya mendekati harga Rp 11 ribu.

Ia i menampik kelangkaan beras terjadi di NTT. Sebab stok beras sangat tersedia, namun stoknya di pasar adalah stok dari gabah yang harganya mahal.

Diharapkan di awal April ini saat panen harganya betul-betul sudah turun karena panen baru. Bila Bulog melakukan pengadaan setelah panen nantinya di Pulau Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat (NTB) maka harga dasarnya akan turun juga.

Ia menambahkan harga gabah yang tinggi menguntungkan petani atau juga pedagang namun masyarakat sebagai pembeli akan terdampak.  Penyerapan beras yang dilakukan Bulog sendiri dari panen di seluruh Indonesia kurang lebih hanya 10 persennya. Para pedagang atau distributor terlebih dahulu membelinya dari petani setelah panen dengan kualitas yang tinggi.

Pasar tersebut memang lebih menguntungkan petani dan secara ekonomi dan bisnis memang hal ini tidak bisa dihalangi.

Bulog sebagai penyedia Cadangan Pangan Pemerintah (CPP), kata dia, juga sebagai penyedia beras untuk bencana alam juga jatah bagi golongan anggaran untuk TNI/Polri, ASN dan pasar murah.

"Begitu pertama panen, Bulog tidak bisa langsung menyerap karena panen pertama belum terlalu banyak tapi sudah banyak yang pesan. Saat turun harga baru Bulog menyerap," jelas dia.

Setelah musim panen April ini bila harga beras tak kunjung turun maka impor akan menjadi opsi yang akan diambil pemerintah guna menstabilkan harga.

"Caranya yaitu impor untuk seimbangkan, cuman impornya harus betul-betul akurat, jangan berlebihan supaya tidak ada ketimpangan," tandasnya. * poskupang.com






 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama