Nasib Tragis Pahlawan Devisa (TKI Ilegal)

Nasib Tragis Pahlawan Devisa (TKI Ilegal)



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk) Kalau zaman Bu Susi Pudjiastuti jadi Menteri Kelautan dan Perikanan, kita terbiasa dengan penenggelaman kapal kosong, maka ironisnya saat ini WNI yang jadi TKI ditenggelamkan ketika berupaya bertaruh nasib di negeri seberang. Peristiwa ini bukan kali pertama terjadi, bahkan sudah tujuh kali dengan unsur kesengajaan yang melibatkan mafia perdagangan orang.

Kejadiannya di Johor baru tahun 2021 lalu di mana ada kapal pengangkut TKI ilegal tenggelam dan 22 orang menjadi korban. Namun, cerita mengerikan dan busuk sesungguhnya terjadi lebih kelam lagi. Ditenggarai kapal itu sengaja ditenggelamkan untuk mengelabui aparat agar kapal lain yang mengangkut TKI ilegal yang lebih banyak bisa lolos. Kejahatan ini luar biasa, nyawa manusia dijadikan mainan. Bisa dikategorikan pelanggaran HAM berat.

Mengapa nyawa manusia Indonesia begitu murah dihargai? Mereka adalah pekerja migran yang hanya mencari sesuap nasi. Karena statusnya ilegal, setibanya di Malaysia derita yang mereka hadapi juga sungguh tidak terperikan. Disiksa, tidak digaji, dianiaya, bahkan dipenjara dan mati dalam penjara.

Yang jadi pertanyaan, mengapa mata rantai TKI ilegal tidak pernah putus? Sudah saatnya pemerintah membentuk Badan Khusus Pemberantasan TKI ilegal. Hal ini perlu agar mafia-mafia perdagangan orang bisa diberangus secara tuntas sampai ke akar-akarnya.

Mafia perdagangan orang memang rumit dan kompleks, tak jarang mereka muncul sebagai perusahaan perekrut tenaga kerja yang beroperasi sampai ke pelosok-pelosok desa. Mengapa kapal-kapal pengangkut TKI ilegal tetap bisa beroperasi? Apakah sama sekali tidak terdeteksi oleh petugas bea cukai dan patroli laut? Tentu saja perlu ditelisik model dan modus yang digunakan. Sayang disayangkan, ternyata mafia-mafia itu sangat pandai, sampai bisa mengelabui aparat hingga bertahun-tahun?

Penenggelaman-penenggelaman kapal-kapal TKI harusnya tidak terjadi. Mereka juga manusia yang hanya ingin hidup layak. Di lain sisi karpet merah terbentang untuk tenaga kerja asing atau TKA.

Mengapa untuk bisa makan saja, rakyat Indonesia harus bertaruh nyawa keluar negeri? Apa artinya angka-angka miliaran kubik tambang dan kekayaan alam kalau ibarat pepatah hanya membuat rakyat seolah menjadi tikus mati di lumbung padi?

Belum lagi terkuaknya kasus-kasus korupsi skala besar makin membuat gambaran suram kehidupan ironis di negara ini makin centang perenang. Para pejabat yang korupsi memamerkan kendaraan-kendaran mewah berharga miliaran, jam-jam tangan ratusan juta, tas-tas mewah yang hanya ada di Paris dan satu buah bisa mencecah harga termurah 500 juta.

Ke mana nurani mereka ketika membaca saudara-saudaranya kelelep sengaja ditenggelamkan untuk menopang kehidupan keluarga. Maka sudah seharusnya RUU perampasan aset disahkan.

Para TKI malang itu, tau konsekuensi jadi TKI ilegal. Namun ada wajah-wajah orang tercinta yang perutnya harus diisi, sanak saudara yang harus disekolahkan. Mereka berharap bisa mengubah nasib ketika bekerja di negeri seberang yang konon katanya gajinya sama bahkan melebihi gaji ASN di Indonesia.

Menenggelamkan orang itu kejahatan, dan hanya pemerintahlah yang punya power memutus mata rantai kejahatan brutal ini. Masyarakat perlu dilindungi hak-haknya. Buat aturan dan regulasi yang ketat untuk pemberangkatan TKI. Beri hukuman yang seberat-beratnya untuk para mafia perdagangan orang. Memperbaharui kerja sama dengan negara-negara tujuan TKI bahwa apabila perusahaan atau masyarakat di sana kedapatan memperkerjakan TKI ilegal akan mendapat hukuman yang juga tidak main-main.

Tidak lupa, patroli dan keamanan batas wilayah laut dan darat diintensifkan. Tutup semua celah agar aparat tidak bisa menerima sogokan mafia-mafia perdagangan orang dan TKI ilegal. Saya yakin, tidak segampang itu kapal-kapal yang mengangkut orang bisa lolos dengan mudah. Budaya sogok dan suap sudah mendarah daging dalam negara ini.

Sesuatu yang dianggap biasa dan jalan pintas untuk mendapatkan uang dengan mudah oleh aparat-aparat nakal. Seharusnya TKI dilindungi hak-haknya dengan lebih baik. Mereka adalah pahlawan devisa yang ikut menopang ekonomi negara ini. Mau seburuk apa pun ekonomi, segonjang-ganjing apa pun Rupiah terhadap dolar, uang kiriman TKI tetap mengalir deras di dalam negeri

Sangat menyedihkan di 77 tahun Indonesia merdeka, wajah muram buruh migran masih saja menggelayuti negara ini. Sampai kapan cerita-cerita sedih tentang mereka yang ditenggelamkan demi sesuap nasi akan berakhir? Sampai kapan keluarga-keluarga miskin akan berhenti meratapi kehilangan dan kematian anak mereka nun jauh di perbatasan wilayah NKRI? Mengapa begitu sulit memutus mata rantai TKI ilegal? Sampai kapan pahlawan devisa ditenggelamkan? Hanya waktu yang bisa menjawab.

 


 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama