Hidupkan Kembali Kultur Berbahasa Daerah di Sekolah, Kantor Bahasa NTT Latih 251 Guru

Hidupkan Kembali Kultur Berbahasa Daerah di Sekolah, Kantor Bahasa NTT Latih 251 Guru

Kantor Bahasa NTT menggelar kegiatan revitalisasi bahasa daerah dengan memberi pelatihan kepada para guru di Borong, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, Selasa (23/5/2023).


Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk) Demi melestarikan bahasa daerah yang jumlah penuturnya terus berkurang, Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur melatih 251 guru di daerah tersebut. Para guru yang dilatih itu diharapkan dapat menjadi penggerak dalam menghidupkan kultur berbahasa daerah di masing-masing sekolah.

Pada Rabu (24/5/2023), tim dari Kantor Bahasa NTT melatih 50 guru yang terdiri atas 30 guru sekolah dasar dan 20 guru sekolah menengah pertama. Pelatihan yang berlangsung di Borong, Kabupaten Manggarai Timur, itu dimulai sejak Selasa (23/5/2023) hingga Sabtu (27/5/2023).

Koordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional Pelindungan dan Pemodernan Bahasa dan Sastra Kantor Bahasa NTT Pangkul Ferdinandus lewat sambungan telepon mengatakan, kegiatan di Borong itu merupakan bagian dari tur pelatihan. Materi pelatihan di Borong fokus pada penggunaan bahasa daerah Manggarai.

Bahasa Manggarai dituturkan oleh masyarakat di tiga kabupaten, yakni Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur. Jumlah penutur bahasa tersebut lebih kurang 800.000 orang atau yang terbanyak di NTT. Sayangnya, seiring waktu, penggunaan bahasa daerah di sekolah berkurang.

”Ini lantaran sekolah mewajibkan muridnya menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan, ada guru yang memberi sangsi kepada murid yang menggunakan bahasa daerah di sekolah. Di sisi lain, murid juga minder menggunakan bahasa daerah. Ini yang menjadi problemnya,” tutur Ferdinandus.

Kantor Bahasa NTT menggelar kegiatan revitalisasi bahasa daerah dengan memberi pelatihan kepada para guru di Borong, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, Selasa (23/5/2023).


Menurut dia, persoalan itu nyaris sama di sejumlah tempat yang sudah mereka didatangi. Sebelumnya, tim Kantor Bahasa NTT melatih penggunaan bahasa daerah Dawan kepada guru di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan bahasa Kambera di Kabupaten Sumbawa Timur.

Menurut rencana, tim akan melatih penggunaan bahasa Abui di Kabupaten Alor dan bahasa Rote di Kabupaten Rote Ndao. ”Untuk tahun ini, kami fokus di lima kabupaten dengan total guru yang kami latih sebanyak 251 orang. Mereka yang nanti akan menjadi penggerak di sekolah masing-masing,” ucapnya.

Penutur bahasa

Para guru yang dilatih, lanjutnya, adalah guru pada sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Tujuannya agar kultur berbahasa daerah itu sudah mulai dibangun sejak jenjang tersebut. Diyakini, prosesnya akan berjalan lebih mudah.

Setelah selesai pelatihan, Kantor Bahasa NTT akan menggelar kegiatan semacam festival bahasa daerah sebagai ruang ekspresi para penutur muda. ”Pada momen itu mereka bisa berpidato atau membaca puisi dalam bahasa daerah. Tujuan kami adalah mereka bangga berbahasa daerah,” kata Ferdinandus.

Florianus Ganggur, guru pada Sekolah Dasar Katolik Lengko Ajang, Kabupaten Manggarai Timur, mengaku senang dengan pelatihan tersebut. Ia tak menampik bahwa kewajiban berbahasa daerah di sekolah ikut berkontribusi terhadap memudarnya kultur berbahasa daerah di sekolah. Hal tersebut menjadi catatan penting bagi sekolah.

Dalam pengamatannya, jaringan media sosial yang mencapai perdesaan ikut memengaruhi penggunaan bahasa daerah. ”Anak-anak sekarang terpengaruh dengan menonton Tiktok, Youtube, dan Facebook. Mereka lebih suka pakai kosakata bahasa gaul yang lagi tren,” ujarnya.

Di sisi lain, untuk mendukung kultur berbahasa daerah di sekolah, Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur telah mendorong sekolah untuk ikut melestarikan bahasa daerah melalui mata pelajaran muatan lokal. Regulasinya adalah Peraturan Bupati Manggarai Timur Nomor 108/HK/XII/2022 tentang Kurikulum Muatan Lokal pada Jenjang Pendidikan Dasar di Kabupaten Manggarai Timur.

”Saya selaku Bupati Manggarai Timur memandang perlu menetapkan peraturan bupati yang di dalamnya mengatur tentang pelestarian bahasa daerah dengan mengajarkannya pada kurikulum di sekolah jenjang SD dan SMP dalam bingkai mata pelajaran muatan lokal.” tutur Bupati Manggarai Timur Agas Andreas.

Pada momen itu mereka bisa berpidato atau membaca puisi dalam bahasa daerah. Tujuan kami adalah mereka bangga berbahasa daerah.

Berdasarkan data Kantor Bahasa NTT, secara keseluruhan di NTT terdapat 72 bahasa daerah atau sekitar 10 persen dari total 718 bahasa daerah di Indonesia. NTT menjadi penyumbang bahasa daerah terbanyak ketiga. Dari 72 bahasa itu, sebanyak empat bahasa daerah terancam punah.

Bahasa dimaksud adalah Beilel, Sar, Kafoa, dan Nedebang. Semuanya berada di Kabupaten Alor. Kuat dugaan, masih banyak bahasa daerah yang terancam punah, tetapi belum teridentifikasi. Penyebabnya adalah jumlah penutur yang berkurang akibat migrasi masyarakat dari luar atau kawin campur yang membuat anak tidak menguasai bahasa kedua orangtuanya.*** kompas.id

 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama