Tidak hanya merawis
sebenarnya, namun juga ada kesenian lainnya, mulai dari paduan suara, seni tari
dari daaerah Nias.
Ketua Pembangunan Gereja Katolik Santo Yosep Tanjung Enim Fx Sigit Heri Basuki dalam
sambutannya mengatakan bahwa sejarah gereja Katolik ini mulai dibangun ditahun
1928 oleh tokoh-tokoh Katolik yang bekerja sebagai pekerja tambang di Tanjung
Enim.
Di tahun 1993 dilakukan
renovasi pertama kali sehingga daya tampung umat saat ini baru sekitar 200
umat. Bertambahnya waktu dengan daya tampung gereja namun kondisi fisik
bangunan yang sudah membutuhkan perbaikan, maka pada pada tahun 2020 mulai
lakukan renovasi pembangunan gereja tahap II.
Gereja ini terdiri 2
lantai, dengan luas bangunan Gereja 600 m2 dan ditambah bangunan pendukung
seperti kapel/ruang doa harian, ruang serbaguna, tempat tinggal pastur, ruang
dewan paroki, perpustakaan dan service area dengan luasan 600 meter persegi
sehingga luas total 1200 meter persegi.
Untuk dana pembangunan
gereja hingga sampai saat ini sudah menghabiskan dana sekitar Rp 7
Milyar.
"Dana tersebut 60
persen adalah dana swadaya umat, dan sisanya ada dana dari para donatur baik
CSR PTBA, anak perusahaan PTBA, dan juga perusahaan lokal serta dari
perseorangan / Pribadi dari Jakarta, Palembang, Muara Enim, Tanjung Enim dan
kota lainnya di Indonesia," jelasnya.
Dalam kegiatan tersebut
turut hadir Kapolda Sumsel Irjen Pol Albertus Rahmad Wibowo, Keuskupan Agung
Palembang Uskup Aloysius Sudarso, Keuskupan Agung Tanjung Karang Uskup Yohanes
Harun Yuwono dan Anggota DPR RI Komisi VIII Esti Wijayanti.
Ketua DPRD Kabupaten
Muara Enim Liono Basuki BSc, Direktur Operasi dan Produksi PTBA Suhedi, GM PTE
PTBA Venpri Sagara, para unsur Forkopimda Muara Enim.
Pembangunan gereja ini
belum selesai 100 persen, pihaknya terus berharap bantuan dan suport dari para
donatur sehingga bisa menyelesaikan pembangunan tersebut sehingga umat Katolik
dapat beribadah dengan nyaman.
Plt Bupati Muara Enim
Ahmad Usmarwi Kaffah mengapresiasi kegiatan tersebut.
Dirinya berharap dengan
diresmikannya gereja ini bisa menjadi simbol pemersatu umat Kristiani yang ada
di Kabupaten Muara Enim.
Bupati juga
berpesan,agar semua masyarakat tetap bisa menjaga kondusivitas yang ada di
kabupaten Muaraenim.
"Apapun agama,
suku dan ras, kita hendaknya tetap saling bergandengan tangan menjaga kerukunan
dan kebhinekatunggalan yang kita miliki," ujarnya.*** suara.com