"Efek dari angin
kencang, gelombang sampai empat meter bahkan lebih. Demi keselamatan, kami
sementara waktu menutup pelayaran di NTT," ujar Manager Usaha PT ASDP
Bolok Andri Matte kepada detikBali, Senin siang.
Andri menyebut hanya
satu rute pelayaran yang masih beroperasi, yaitu Kupang-Hansisi. Menurutnya,
kapal KMP Ile Labalekan rute Aimere-Kupang terpaksa kembali ke Pelabuhan Aimere
karena cuaca tidak bersahabat untuk berlayar.
"Hanya satu rute
saja yang masih beroperasi, sementara lainnya ditutup sementara waktu. Tadi
malam KMP Ile Labalekan terpaksa batal berlayar," imbuhnya.
Andri mengimbau warga
untuk terus mengikuti perkembangan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG. Ia
berharap cuaca kembali membaik agar seluruh rute pelayaran dapat kembali
beroperasi.
Pelaksana Tugas Kepala
Stasiun Meteorologi Maritim Tenau-Kupang Agung Sudiono Abadi menyebut gelombang
tinggi masih berpotensi di perairan NTT hingga 26 Juli mendatang. Menurutnya,
gelombang setinggi 4-5 meter perlu diwaspadai di wilayah Selat Sumba bagian
barat dan Samudera Hindia selatan Sumba-Sabu.
"Gelombang tinggi
itu sangat berisiko terhadap kapal ukuran besar seperti kapal kargo dan kapal
pesiar dan juga kapal ferry," kata Agung.
Agung menjelaskan,
gelombang setinggi 2,5-4 meter juga berpotensi terjadi di Selat Sape bagian
selatan, Laut Sawu, perairan selatan Kupang-Rote dan Samudera Hindia Selatan
Berikutnya, gelombang setinggi 1,25-2,5 meter berpotensi terjadi di wilayah
Selat Sumba bagian timur, Selat Flores-Lamakera, Selat Alor-Pantar, Selat
Ombai, dan Perairan utara Kupang-Rote.
"Gelombang tinggi
ini juga berisiko terhadap perahu nelayan dan kapal tongkang. Karena itu,
perhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran terutama perahu nelayan
kecepatan angin lebih dari 15 knot," tandasnya.