Felisha dalam senyuman terpotret dalam bingkai usianya |
Anakku,
Jika
Anakku,
jika kau mampu mengangkat kepala
Jangan lengah cara merunduk
Jika kau mampu melumpuhkan mata tungkak
Jangan biarkan tapaknya bertukar arah
Jika kau mampu mengepakkan tangan
Jangan lupa cara bertaut dan merapalnya
Jika kau mampu berkata jujur
Jangan biarkan lunak pada mulut seribu
Jika kau berani berperang
Jangan pernah lari sebelum penjajah pulang
***
Felisha dan Hendrik ketika asyik bermain bersama |
Anakku...
kelak
kau akan mengayuh
bahteramu
seorang diri
dengan
gagah berani
melewati
segala kemungkinan
yang
ada di depanmu
Di
amuk dahsyat topan badai
di
hantam keras gelombang
di
seret pertemuan pusaran arus
yang
mungkin saja sekali waktu
dapat
merobek lambung kapalmu hingga pecah
Hingga
kemungkinan terburuk menenggelamkan bahteramu
kedasar
lautan yang paling dalam
dan
disana pulalah kubur bagi bahteramu yang menjadikannya bangkai berkarat
saksi
sejarah pernah ada nafas kehidupan disana
Ayah
yakin kau sudah tahu konsekuensi
menjadi
seorang pelaut
yang
kelak melayari lautan lepas
membentang
luas tak berbatas
mengikuti
hasratmu yang memiliki jiwa merdeka
Jiwa
yang tak terpasung
dan
terkungkung berbagai aturan
yang
mengebiri liar gelora jiwa
untuk
puaskan dahagamu
pada
mimpi masa kecilmu
Kau
adalah titisan ayah
di
nadimu mengalir deras darahku
darah
seorang petualang sejati
yang
senantiasa rindu aroma laut
yang
menyimpan mistery beserta keheningannya
Bukan
laut yang ingin kau taklukan
namun
keangkuhanmulah
yang
ingin kau benamkan
yang
membawamu pada titik sadar
bahwasanya
kau hanyalah bagian kecil
Dari
semesta yang tak berbatas
ya...
kau tak lebih dari serpihan debu
yang
melayang berputar-putar di udara
terbawa
angin laut membawamu
ke
tempat nun jauh di sana
***
Secuil Goresan Tangan kasih sayang dan cinta dari ayah
dan Ibumu...F3 Family ...