Maria Sebagai Locus Devosional Orang Muda Katolik (Catatan Iman)

Maria Sebagai Locus Devosional Orang Muda Katolik (Catatan Iman)

Pentahtaan Arca Bunda Maria Paroki St. Lukas Wekfau Keuskupan Atambua di salah satu Lingkungan di wilayah Kapela Harekain, Kabupaten Malaka


Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk) Devosi berasal dari kata bahasa latin devovere yang berarti menundukkan diri. Ketika berdevosi, orang sebenarnya menundukkan dirinya di hadapan Allah. Dalam tradisi Katolik, devosi biasanya merujuk pada berbagai bentuk keyakinan dan ekspresi iman di luar liturgi resmi Gereja Katolik.

Berbagai bentuk keyakinan dan ekspresi iman tersebut mencakup doa, madah dan kebiasaan yang dikaitkan dengan waktu atau tempat tertentu, panji-panji, medali, busana, atau kebiasaan yang dijiwai oleh sikap iman dan mengunkapkan hubungan khusus kaum beriman dengan Tritunggal, santa Maria dan para kudus.

Devosi bersifat personal dan cenderung emosional. Ia bersifat personal karena tidak terikat dengan kebersamaan. Devosi bisa dijalankan bersama kalau orang memiliki keinginan hati yang sama. Ia cenderung emosional karena berkaitan dengan perasaan seseorang.

Maria adalah tokoh penting dalam sejarah keselamatan. Sepanjang sejarah Gereja, Maria juga berperan penting sejak awal pembentukan Gereja bersama para rasul hingga perkembangan Gereja masa kini. Ia selalu mengambil bagian dalam sejarah Gereja melalui berbagai bentuk devosi yang dihidupi oleh umat Allah sepanjang sejarah.

Umat Allah sepanjang waktu membangun relasi yang personal dengan Maria dan menunjukkan kedekatan emosional yang mendalam dengannya dalam berbagai devosi yang mereka tujukan kepada Maria. Mengapa Maria begitu penting bagi Gereja? Mengapa devosi kepada Maria selalu hidup? Mengapa orang muda harus berdevosi kepada Maria?

Maria dalam Kitab Suci

Kitab suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru memiliki korelasi yang khas ketika berbicara tentang Maria. Keduanya saling mengandaikan baik itu secara historis maupun secara teologis. Secara historis Hawa dan Maria adalah dua tokoh yang berbeda zaman, Hawa adalah tokoh perempuan Perjanjian Lama sedangkan Maria adalah tokoh perempuan  Perjanjian Baru. Secara teologis kedua tokoh ini pada dasarnya bercerita tentang perempuan yang sama. Maria adalah Hawa baru sebagaimana dinubuatkan secara tersamar dalam Perjanjian Lama dan memperoleh kepenuhannya dalam Perjanjian Baru (bdk. Kej:3-15, Yes 7:14).

Kesinambungan kisah tentang Hawa dan Maria juga ditunjukkan secara implisit dalam kata Gune, dalam Bahasa Yunani berati Perempuan. Kata ini  dipakai Yohanes untuk menyebut Maria pada peristiwa perkawinan di Kanaan (bdk. Yoh 2:4); juga pada peristiwa Kalvari, menjelang kematian Yesus (bdk. Yoh 9:26). Paulus menggunakan kata yang sama untuk menyebut Maria dalam suratnya kepada jemaat di Galatia (bdk. Gal 4:4). Menurut Groenan Kata Gune dalam teks-teks asli digunakan Yohanes dan Paulus untuk menegaskan korelasi spiritual antara Hawa dan Maria (bdk. Kej:3-15, Yes 7:14).[1]

Secara kualitatif kisah tentang Maria sebagai Hawa baru memang kurang ditonjolkan di dalam Kitab Suci sebab Penginjil sendiri berbicara tentang Maria sejauh ia relevan dengan Yesus. Visi utama  dari pewartaan Injil adalah tentang Yesus Kristus dan karya keselamatan-Nya. Meskipun demikian, Maria tetap mengambil peran penting dalam hidup dan karya Yesus. Maria malah disebut sebagai yang bahagia  justru karena ia bersedia mengandung Yesus dan mendidikNya hingga dewasa (bdk. 1:45).

Peran Maria sebagai Ibu Yesus

Orang Kristen percaya bahwa Maria adalah ibu Yesus. Kenyataan ini memiliki relevansi Kristologiknya. Hubungan Kristologik ini dapat ditemukan dalam Injil Matius 1-2 dan Lukas 1-2. Dalam Matius 1-2 dan Lukas 1-2 dibicarakan cukup terperinci berkaitan dengan kelahiran Yesus hingga Ia beranjak dewasa. Setelah Yesus beranjak dewasa, Ia hadir bersama Maria saat perjamuan di Kanaan.

Penginjil Yohanes menceritakan momen kebersamaan itu demikian: Ketika anggur habis di pesta pernikahan di Kana, Maria berpaling kepada Yesus dan berkata: “Mereka tidak punya anggur lagi,…perempuan, mengapa kamu melibatkan aku? Jawab Yesus. Waktuku belum tiba.” Ibunya berkata kepada para pelayan, “Lakukan apa pun yang dia katakan padamu” (Yoh 2:3-5). Meskipun peristiwa itu bersifat Biblis namun pada sisi yang lain kisah itu menggambarkan kedekatan yang khas antara Maria dan Yesus sebagai seorang ibu dan anak.

Kedekatan Maria dengan Yesus bukan hal yang baru. Sejak kelahirannya, Maria  merawat Yesus dengan penuh kasih dan tanggungjawab. Yesus dilahirkan di Betlehem dengan kondisi yang sangat tidak beruntung, di sebuah kandang yang tidak layak. Kesulitan itu tidak sedikitpun mengurangi tanggungjawab Maria sebagai seorang Ibu. Hal ini sekaligus menggenapkan  nubuatkan Yesaya, bahwa: “Sesungguhnya seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Emanuel”  (Yes 7:14).

Sebagai seorang Ibu, Maria tidak hanya mengandung Yesus sebagai manusia melainkan juga Yesus sebaga Putera Allah. Lukas  menggambarkannya demikian. Ketika Maria diberi kabar oleh Malaikat bahwa Ia akan mengandung, Maria menjawab: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1:38).

Maria sungguh ingin mendengarkan sabda Allah dan bersedia mengandung Yesus sebagai Putera Allah sekaligus biologisnya. Inilah yang menentukan relasi antara Maria dengan Allah bagi misi penyelamatan  manusia. Bayangkan saja kalau Maria tidak menghendaki atau menolak untuk mengandung Yesus, kita tidak tahu persis bagaimana karya keselamatan Allah akan direalisasikan.

Meskipun diberikan penekanan lebih pada relasi personal antara Maria dengan Yesus, namun hal itu tidak berarti bahwa relasi biologis antara keduanya tidak  penting.  Sebab bagaimanapun juga, kedekatan biologis antara Maria dengan Yesus Anaknya turut membentuk karakter Yesus kecil hingga dewasa. Secara manusiawi dapat dikatakan bahwa kehadiran Yesus selalu mengandaikan Maria sebagai sorang ibu.

Sikap dan peran Maria sebagai ibu Yesus baik itu secara biologis maupun secara personal berdampak lansung pada perealisasian karya penyelamatan Allah melalui Yesus Puteranya. Berdasarkan peran itu, Maria memiliki di dalam dirinya apa yang disebut sebagai “visi kerygma apostilik”. Secara apostolik, Maria tentu bukan murid Yesus, namun seperti para rasul Maria termasuk dalam golongan orang yang mendengarkan sabda Allah.[2]

Dengan memahami peran Maria yang demikian, maka cukup beralasan bagi kaum Muda Katolik untuk menjadikan Maria sebagai locus Ziarah devosional mereka. Maria mencerminkan sikap iman yang taat kepada Allah. Sikap iman itu direalisasikan ke dalam hidup Maria bersama Yesus. Spirit dan sikap iman yang tercermin dalam diri Maria dapat menjadi bekal spiritual kaum muda dalam seluruh aspek hidup mereka menuju kedewasaan iman akan Allah, sebagaimana ditunjukkan oleh Maria ketika mengasuh Yesus.

Devosi kepada Maria

Devosi berasal dari kata devotion, dalam Bahasa Latin disebut Devorare berarti kesetiaan, ketaatan atau ketertundukkan. Devotion berarti kebaktian keagamaan. Salah satu hal yang membedakan Gereja Katolik dengan Gereja Kristen lainya adalah adanya devosi kepada para kudus termasuk devosi kepada Bunda Maria.

Umat Katolik merupakan warisan tradisi yang diajarkan Gereja Katolik melalui penjelasan-penjelasan Biblis. Hal tersebut ditegas Paus Paulus VI dalam Marialis Cultus. Surat tersebut berisi tentang penataan dan perkembangan yang benar bagi devosi kepada Maria yang mesti didasarkan pada isi Kitab Suci.[3]

Selain itu, Lumen Gentium, melalui Konsili Vatikan II menegaskan bahwa penghormatan Gereja terhadap Maria mesti dipahami dalam konteks Kristologi. Sebab pusat iman Kristiani adalah pada Allah Tritunggal Maha Kudus dengan tokoh sentral Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Maria bukan tokoh sentral dalam iman Kristiani. Namun Devosi terhadap Maria berakar pada Tritunggal Maha Kudus.

Bila Maria dimasukkan di seputar pusat iman Katolik, sejauh devosi kepada Maria dapat membantu menumbuhkan cinta kasih kepada Allah, menghantara kita kepada Allah dan semata-mata demi kemuliaan Allah.[4] Dengan kata lain, devosi kepada Bunda Maria tidak diartikan sebagai penyembahan kepada Maria apalagi menempatkan Maria sama seperti Allah sebab hanya Allah Tritunggal Maha Kudus yang boleh disembah.

Dengan maksud itu, maka devosi kepada Maria menjadi penting. Makna terdalam dan utama dari kebaktian serta devosi kepada Maria dalam Gereja Katolik ialah menghormati Maria bunda Allah secara pantas. Peran Maria sebagai bunda Allah dalam tata keselamatan dan karya penebusan Allah bagi dunia yang dilaksanakan oleh Yesus sangat besar. Bagi Gereja, sebagaimana ajaran Kitab suci dan Tradisi, peran  Maria adalah sebagai pembela, penolong dan penghantar umat yang sedang berziarah.

Devosi sebagai Locus Ziarah Spiritual Kaum Muda Katolik

Kaum muda adalah kelompok kategorial yang rentan dengan persoalan “identitas” baik itu secara psikologis maupun secara spiritual. Krisis identitas dan kebutuhan akan intimitas merupakan masalah orang muda pada umumnya.[5] Meskipun demikian, secara spiritual jati diri kaum muda dapat ditemukan melalui pendalaman rohani.

Jati diri yang dimaksud erat kaitannya dengan intimitas dan perkembangan spiritual mereka sebagai orang Katolik, salah satunya melalui praktik devosi kepada Maria. Beberapa alasan mengapa devosi kepada Bunda Maria dapat menunjang perkembangan spiritual kaum muda katolik sebagai berikut:

Pertama,  devosi bersifat konkret dan realistik. Devosi bertitik tolak dari kehidupan sehari-hari dengan segala kebutuhannya. Orang meminta kepada Maria penyembuhan, pekerjaan, jodoh, lulus ujian, tambahan penghasilan, pertobatan orang-orang tertentu, dibebaskann dari bencana dsb. Demikianlah ciri-coraknya dan menjadi lebih konkret dan personal, sebagaimana para pemuda lebih tertarik dengan hal-hal yang konkret dan realistik sebab hal semacam itu lebih menyentuh kepribadian orang muda.

Kedua, Maria adalah ibu bagi umat katolik. Secara psikologis dan spiritual kedekatan seorang ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan seseorang. Seorang ibu biasanya selalu mengupayakan hal yang baik bagi anaknya. Ia mengasuh, menyayangi, bahkan lebih dari itu, seorang ibu yang baik akan selalu berdoa kepada anaknya. Ketika anaknya tidak berhasil, ia akan merasa sedih namun ketika anaknya sukses ia akan merasa bahagia. Sikap-sikap seperti ini merupakan bagian dari panggilan hati seorang ibu pada umumnya.

Orang muda Katolik melihat Bunda Maria sebagai seorang ibu. Maria adalah Ibu yang senantiasa mendoakan anak-anaknya. Kelembutan hati Maria sebagai seorang ibu dan sikap penyerahan diri yang total kepada Allah membantu orang muda semakin dewasa baik secara spiritual. Sikap “Iman seorang ibu” yang tercermin dalam diri Maria memungkinkan pemuda Katolik untuk semakin dekat kepada Allah. Doa-doa yang disampaikan secara pribadi, dalam lingkungan, kegiatan OMK atau Goa Maria terasa lebih khusuk, karena pendoa menyampaikan permohonannya sebagai seorang anak kepada sorang ibu.

Ketiga, Maria adalah pendoa yang baik. Sikap doa bunda Maria yang tulus dan jujur di hadapan Allah menjadi dasar kehidupan rohaninya. Sebagai seorang hamba Allah,  Maria tidak berdoa dengan cara menuntut melainkan lebih bersifat “penyerahan” kepada Allah. Saat Maria berada bersama Yesus di Kanaan (bdk. Yoh 2:1-11), dikisahkan bahwa tuan pesta kekurangan anggur. Karena itu Maria berinisiatif untuk menyampaikannya kepada Yesus. Maria tidak memaksa Yesus, melainkan sifatnya bercerita.

Ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur” (Yoh 2:3). Meski sikap Yesus di awal kurang simpatik namun dalam imannya Maria percaya Yesus akan membantunya. Malah Maria menyuruh para pelayan untuk mengisi semua tempayan yang ada. Sikap Doa semacam itu dapat membantu kaum muda Katolik untuk tidak selalu menuntut kepada Allah. Karena itu, kaum muda dapat belajar bersama Maria cara berdoa yang baik, yaitu doa yang bersifat penyerahan diri kepada Allah.

Kelima, Maria adalah ibu yang penuh kasih. Karena kasihnya ia merelakan diri untuk mengandung dan melahirkan Yesus secara biologis dan mengasuhnya di dalam kebudayaan Yahudi yang taat, suatu budaya yang pada zaman itu sangat kaku. Dalam  tradisi itu, Maria ditantang untuk menjadi seorang ibu yang pada satu sisi taat kepada hukum Taurat tetapi pada sisi yang lain ia harus menjadi seorang ibu yang mengasihi.

Bukan tidak mungkin bahwa hukum kasih yang ditanamkan Maria pada Yesus turut membentuk sikap Yesus yang kritis terhadap hukum Taurat yang malah menjadi alat untuk mengekang manusia. Bagi Yesus, “bukan manusia untuk hukum  melainkan hukum untuk hukum” (Luk 13:10). Bahasa kasih yang ditawarkan Yesus tentu tidak muncul begitu saja tanpa  dipengaruhi oleh Maria ibuNya.

Sikap penolakan terhadap hukum biasanya menjadi ciri khas kaum muda pada umumnya, termasuk kaum muda Katolik. Mereka bahkan selalu mengambil sikap kontra terhadap hukum yang ada, baik itu hukum sosial maupun Negara. Mereka pada dasarnya tidak ingin terikat dengan suatu hukum yang formal.

Karena itu melalui kasih yang tercermin dalam diri seorang Maria, pemuda Katolik menjadi lebih matang dalam menyikap diri di hadapan hukum, sama seperti Yesus. Yesus pada dasarnya tidak menolak hukum, yang ditolak adalah konsep tertentu yang menganggap hukum di atas segalanya. Bagi Yesus hukum adalah sarana bagi kestabilan sosial, bukan sebaliknya menjadi penentu bagi setiap tindakan sosial. Pada masa sekarang, hukum malah menjadi momok, yang sengaja menjerat orang pada ketidakadilan.

Keenam, Maria adalah ibu yang suci. Kesucian Maria tidak semata-mata diperolah melalui perbuatan baik Maria sendiri melainkan lebih karena sikap imannya kepada Allah. Maria adalah orang yang dianggap suci karena Ia termasuk golongan yang beriman dan setia kepada Allah. Hal itu juga berlaku bagi orang Kristen terutama pemuda Katolik.

Para pemuda Katolik biasanya akan cepat merasa bersalah, merasa minder karena ia banyak melakukan dosa. Padahal bagi orang Kristen, dosa apapun tidak mengubah sikap Allah kepada manusia. Allah tetap mengasihi kaum muda sejauh mereka percaya dan beriman kepada Allah sama seperti Maria.

Kesimpulan

Bagaimanapun juga bentuk dan rupa devosi marial itu selalu harus didasarkan pada gambaran Maria seperti yang ditampilkan Kitab Suci. Maria nampak sebagai orang beriman yang merelakan diri bagi Allah dan karya-Nya. Itulah ciri khas dasar ibu Yesus. Setiap devosi dan setiap teologi yang melepaskan dasar itu menempuh jalan keliru.

Sebagai orang beriman, Maria menjadi model bagi semua sebab setiap orang beriman menghayati sikap dasar yang sama dalam dirinya seadanya dan dalam situasi hidup yang nyata. Tetapi Maria dalam devosi kaum muda tidak hanya atau bahkan tidak pertama-tama suatu model yang bersifat ritualistik diteladani.

Maria terutama ibu Yesus yang menampung dan membantu pemuda Katolik dalam ziarah hidup mereka sehari-hari tetap merupakan bagian dari pangglian Allah sendiri melalui Roh Kudus sebagai penggerak utama. Meski terdapat beberapa tafsiran teologis yang hendak menyampingkan Maria, tapi intinya sama: ibu yesus membantu umatnya, secara khusus kaum muda Katolik. *** Oleh Gregorius Sukur dan telah dipublikasikan di bulir.id


DAFTAR PUSTAKA

Groenan,C. 1988. Mariologi, Teologi dan Devosi. Yogyakarta: Kanisius.
Musakabe, Herman. 2003.  Berkarya dalam kasih dan Iman. Jakarta: Citra Insan Pembaru.
Musakabe, Herman. 2009. Bunda Maria Pengantara, Pembela dan Penolong Kita. Bogor: Grafika Mardi Yuana.
Shelton, M. Charles. Spiritualitas Kaum Muda: Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya. Yogyakarta: Kanisius.
[1] Herman Musakabe. Berkarya dalam kasih dan Iman (Jakarta: Citra Insan Pembaru, 2003), p. 96.
[2] C. Groenan, Mariologi, Teologi dan Devosi (Yogyakarta: Kanisius, 1988), p. 34.
[3] Herman Musakabe, Op. Cit., p. 77.
[4] Herman Musakabe, Bunda Maria Pengantara, Pembela dan Penolong Kita (Bogor: Grafika Mardi Yuana, 2009), p. 78.
[5] Charles M. Shelton, Spiritualitas Kaum Muda: Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya (Yogyakarta: Kanisius, 1987), p. 66.

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama